1 || He's Coming Back?

917 75 9
                                    


💖Happy reading

•••

"Jadi, gimana, Na? Lo udah punya jawabannya?"

Sebait kalimat pertanyaan itu mengguncang Aeris yang kini tengah duduk di kursi panjang besi bersama seorang lelaki di sampingnya. Kedua jari-jemarinya memilin gugup, sedangkan hatinya berdebar kuat karena mulai merasa takut untuk menjawab pertanyaan itu.

Pasalnya, pertanyaan itu datang bukan karena hal biasa yang melibatkan percakapan sederhana, tetapi... lebih dari itu, pertanyaan yang dilontarkan melibatkan perasaan.

Ya, lelaki tampan yang sedang duduk di sampingnya itu tengah menunggu jawaban Aeris dari pernyataan cintanya satu minggu yang lalu. Lelaki yang juga dekat dengannya beberapa bulan terakhir ini karena mereka sering terlibat dalam kegiatan sosial di kampus, apalagi lelaki di sampingnya ini merupakan mahasiswa Hubungan Internasional yang cukup populer.

"Na...?"

Aeris sedikit berjengit ketika merasakan sebuah tangan melingkupi punggung tangannya yang saling terkait di atas pangkuan.

"Sorry, ya, Kak. Gue nggak bisa," ucap Aeris dengan senyum canggungnya. Lalu, ia menarik tangannya menjauh dari tangan lelaki itu.

"Lo nolak gue?"

Aeris tidak memiliki pilihan lain selain mengangguk. "Thank you banget... gue menghargai perasaan lo, kejujuran lo. Tapi, untuk saat ini dan entah sampai kapan, gue belum berniat untuk menjalin hubungan sama siapa pun."

Raut wajah lelaki itu tampak tidak terima dengan penjelasan Aeris, ia terlihat belum cukup puas. Keningnya mengerut, matanya berubah menyipit menatap Aeris. "Terus perasaan lo ke gue gimana?"

Bibir bawah Aeris refleks ia gigit. Beberapa kali, Aeris sempat mengalihkan pandangan sebelum akhirnya menghela napas dan memberanikan diri untuk jujur, lalu menatap sepasang bola mata kecokelatan itu. "Gue cuma anggap lo sebagai teman, Kak. Nggak ada perasaan spesial di dalamnya. Sorry...."

Aeris sedikit menunduk, berniat ingin menghindari tatap dari lelaki yang duduk di sampingnya. Bukan karena ia takut mengutarakan penolakan, melainkan tidak ingin tatapannya menimbulkan perasaan bersalah.

Namun, ia tidak menyangka bahwa setelahnya, terdengar sebuah kekehan yang membuat kepalanya refleks mendongak.

"Aeris... ternyata bener, ya? Kata orang-orang dapetin lo itu susah, tapi gue nggak ngerti sebenernya, yang bikin lo susah didapetin itu karena lo mahal, atau sebenernya cuma sok jual mahal?

Kening Aeris mengerut. "Maksud lo apa, Kak?"

Lelaki yang bernama Dion itu tiba-tiba tertawa, tawa yang terdengar mengejeknya. "Sebenernya gue nggak tertarik sama lo. Gue cuma penasaran dan nerima tantangan temen-temen gue yang selalu bilang kalau mau deketin lo itu susah. Padahal, setelah gue coba, bukan susah, tapi lo nya yang terlalu jual mahal. Kalau lo emang nggak tertarik sama gue, seharusnya lo nggak perlu buang-buang waktu buat ladenin gue, bersikap sok baik sama gue, padahal di akhir lo nolak gue. Lo pikir setelah lo lakuin itu, lo ngerasa diri lo makin mahal dan nggak tersentuh?"

Tenggorokan Aeris tercekat. Ia kehilangan suaranya ketika mendengar kalimat yang seperti terdengar memojokkannya.

"Deketin lo selama tiga bulan cuma buang-buang waktu buat gue."

Unlimited LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang