P R O L O G

1K 90 11
                                    

🔐 U N L I M I T E D  L O V E

Happy reading!

===

"Don't do that, Ta. Nanti anak-anak lihat."

Suara peringatan itu teredam oleh bunyi musik EDM yang terputar di halaman luas kolam berenang villa yang terletak di lantai satu.

Namun walau begitu, Mahanta mendengar dengan jelas ucapan Aeris. Dan dia tidak peduli.

Semakin dilarang, semakin dia sengaja menunjukkan.

Tubuh yang tadinya hanya memberi pelukan ringan dari belakang, kini justru semakin mengerat, merapat tanpa jarak, bahkan sengaja membuat tubuh Aeris maju—terimpit ralling balkon yang tengah dia pegang juga tubuh tinggi dan besar Mahanta di belakangnya.

"Ta...," bisik Aeris menoleh dengan wajah memelas.

Lampu di balkon utama lantai dua itu sengaja dibuat remang-remang, karena pesta utama sedang diadakan di lantai satu. Namun, Mahanta bisa melihat dengan jelas wajah cantik itu yang dia betah pandangi lama-lama.

Mahanta tidak menjawab dengan ucapan, dia hanya menunduk untuk mencuri kecupan di bibir perempuan itu, lalu dia sengaja menumpukkan dagu di atas pundak terbuka Aeris, sebelum akhirnya kembali fokus pada obrolan dengan Ghali di seberang telepon yang sengaja ia loudspeaker.

"Ta, turun! Gak asik banget, sih, lo? Ngapain coba ke Bali tapi nggak mabok?"

"Ngapain juga ke Bali mesti mabok?" Mahanta menjawab santai sambil sesekali terkekeh mendengar umpatan dari seberang telepon.

Ghali—temannya itu sedang mengomel karena Mahanta tiba-tiba tidak mau bergabung dalam jadwal minum bersama ketika ulang tahun Nash sedang dirayakan.

Padahal, mereka sedang berada di villa yang sama, bedanya Ghali sedang berada di area kolam berenang yang dikerumuni banyak orang, dan Mahanta sedang mengamati teman-temannya dari balkon lantai dua villa... bersama Aeris yang sedang dipeluknya.

"Mumpung banyak bule Aussie di sini, kenalannya Nash. Cakep-cakep, seksi. Lo nggak tertarik?"

Suara Ghali di seberang telepon sengaja Mahanta loudspeaker, tujuannya, tentu saja untuk membuat perempuan yang sedang dia peluk dari belakang ini mendengar.

"Nggak," jawab Mahanta, kemudian dia mengecup pundak terbuka perempuan yang memiliki aroma jasmine itu. Kecupannya begitu sengaja dibuat terdengar, hingga si perempuan langsung menatapnya protes.

"Anjir, suara apaan tuh? Lo lagi sama cewek?!" Seruan Ghali membuat Mahanta langsung menahan senyum. Pasalnya, perempuan yang masih dipeluknya ini, kini berontak meminta dilepaskan, raut wajahnya terlihat begitu panik. Takut ketahuan.

"Hm, cewek cantik dan seksi," ucap Mahanta, sengaja menggoda Aeris dengan mengecup ringan telinga perempuan itu, hingga membuat Aeris menggigit bibir.

Bisa Mahanta rasakan, Aeris terpancing. Perempuan itu meremat tangan Mahanta yang masih melingkari perutnya.

"Bangsaaat!" Teriakan Ghali disusul tawanya terdengar begitu keras. "Syukurlah kalo lo ada temen. Gue gak mau aja, lo jadi cowok ngenes di Bali. Have fun."

Mahanta hanya bergumam sebagai jawaban. Sebelum menutup teleponnya, Ghali kembali bersuara, "Ta, butuh kondom gak?"

Aeris terkejut, sedangkan Mahanta mengulum senyum. "You hear that, Sayang? Butuh kondom nggak?" Dia sengaja bertanya hal itu yang didengar oleh Ghali.

Wajah Aeris memerah di bawah lampu remang-remang, sedangkan Mahanta terkekeh karena merasa lucu. Dia kembali berucap pada Ghali yang masih heboh, sebelum benar-benar mengakhiri panggilan.

"Nggak butuh, Ghal. Dia nggak suka soalnya."

Tanpa menunggu jawaban Ghali, Mahanta segera memutuskan sambungan telepon. Menyimpan benda pipih itu di saku celana, dan mulai mengungkung tubuh Aeris di antara ralling balkon setelah perempuan itu berbalik menghadapnya, dan memunggungi pemandangan balkon.

"Kamu tuh... nakal banget," kata Aeris sambil meremat kemeja yang Mahanta kenakan.

"Tapi kamu suka, kan?" Balas Mahanta tersenyum miring, sebelum akhirnya wajahnya maju, hendak tenggelam di ceruk leher Aeris.

Namun, gerakannya terhenti, saat mendengar suara teriakan dari lantai satu, dan beberapa sorot flash kamera mengarah padanya dan Aeris.

"WOY, MAHANTA! NGAPAIN LO DI SANA?!"

Mata Aeris kontan membulat, sedetik setelahnya, Mahanta menarik Aeris pergi dari balkon, berlarian sambil tertawa, lalu keluar dari villa menghindari kemungkinan terbesar dikejar.

===
TBC

Hi, aku repost dari awal karena ganti prolog, hehehe.

Ikuti perjalanan Aeris-Mahanta yang gak kalah gila dari Arjune dan Jelita ya.🫢

Ada yang mau next part?

Unlimited LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang