Bab 3 : Rivals

6 1 0
                                    

Tahun 2024. Nayana POV

Senyumku merekah lebar ketika Pak Alfhi, sang Kepala Sekolah, memakaikan selempang bertuliskan 'Ketua Umum TienOnder' kepadaku. Aku menunduk melihat beliau melingkarkan selempang itu dari pundakku dan merekatkan ujungnya di pinggangku. Kedua tanganku bergerak menyalami beliau dan kepalaku menoleh ke kamera, tersenyum lebar.

Tak kusangka selempang ini akan membawaku ke kejadian luar biasa.

"Selamat atas keberhasilanmu memecahkan kasus dana yang hilang di sekolah ini, Nayana. Bapak bangga." Ucap Bapak Alfhi di mikrofon, diikuti dengan tepuk tangan dari semua orang di lapangan SMA Karunia Nusantara ini.

Sejenak, ingatanku kembali ke masa lalu.

Nama Nayana Vivienne di sekolah ini tidak pernah didengar oleh orang-orang kecuali warga kelas XI-D serta anggota TienOnder.

Dulunya aku pendiam dan pasif, tetapi sejak diumumkannya kasus dana sekolah-yang seharusnya digunakan untuk studytour ke Bali-menghilang begitu saja tanpa jejak, jiwa detektifku tergugah.

Organisasi TienerOnderzoek, atau yang biasa disingkat menjadi TienOnder, memang merupakan organisasi paling bergengsi di SMA ini. Siapa pun yang menjadi anggotanya sudah pasti menjadi anak-anak paling terkenal dan tercerdas di se-antero sekolah.

Namun tidak denganku. Aku lebih suka bekerja behind the scene, atau diam-diam di balik layar. Karena itu memiliki gelar Ketua Umum TienOnder tidak pernah terlintas di benakku.

Awalnya aku hanya mendengar desas-desus anak sekolah yang membahas spekulasi mereka sendiri tentang kasus uang hilang ini. Ada yang berpendapat Kepsek korupsi, murid mencurinya, bahkan ada yang berasumsi tuyul datang dan mencurinya.

Hingga akhirnya aku secara tidak sengaja menemukan sesuatu yang bisa mengarah pada jawabannya.

Sebuah cetakan bukti transfer dalam jumlah besar.

Jika mengingat kejadian ini lagi, aku akan tertawa kencang. Karena aku menemukannya di tong sampah.

Sepulang dari rapat TienOnder, aku berjalan sendirian menuju ke parkiran motor dengan menenteng novel yang kupinjam dari perpustakaan. Entah ada angin apa yang menerpaku, tiba-tiba saja aku tergelincir tepat di sebelah tong sampah, membuatku berpegangan pada tong sampah tersebut hingga akhirnya jatuh ke lantai. Sampah-sampah kering berserakan di sebelahku, membuatku bergeser menjauh dengan gesit.

Sontak aku menoleh, memeriksa apakah ada orang lain. Syukurlah tidak.

Aku pun mengembalikan sampah-sampah itu dengan tangan kosong. Meskipun agak jijik, tapi ya tak mungkin kubiarkan berserakan begitu saja.

Setelah selesai, aku pun membenarkan posisi tong sampahnya ke posisi semula. Aku juga meraih novelku yang tergeletak di lantai. Kucium baunya, untunglah tidak ada bau sampah.

Belum sempat aku berdiri, mataku menangkap sebuah kertas sedang di lantai. Kertas itu pasti berasal dari tong sampah dan tertindih oleh novelku. Aku hendak meraihnya sebelum menyadari angka yang berjumlah besar di kertas itu.

500 juta.

Sontak tanganku berhenti meraihnya dan kuteliti lebih lanjut. Rupanya itu bukti transfer yang dicetak dari suatu bank Indonesia.

Namun dengan nominal sebesar itu, tentunya kertas ini sangat mencurigakan. Apalagi berada di area sekolah yang sedang dihantui oleh kasus uang hilang, yang membuat studytour ke Bali terancam batal.

Menjadi anggota TienOnder membuat instingku berkata bahwa ini adalah salah satu bukti dan aku tidak boleh gegabah menyentuhnya. Aku merogoh saku, mengeluarkan sarung tangan yang selalu menemaniku. Aku pun memakainya dan mengambil kertas tersebut. Menyimpannya di tempat aman.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 06 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Silih BergantiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang