Wonwoo membawa Mingyu ke suatu pameran seni di dalam kapal pesiar yang menakjubkan. Meskipun langit di luar jendela terus biru dan laut terus membentang tanpa batas, fokus mereka saat ini adalah pada seni yang terpajang di ruangan.
Wonwoo, yang tidak pernah tahu rasa malu, merasa senang mendapatkan perhatian. Dengan sikap santai namun menantang, dia mencoba menggoda Mingyu yang selalu berada di sisinya. "Mingyu, apa menurutmu seni ini sesuai dengan selera kita?"
Mingyu, yang selalu menuruti setiap keinginan Wonwoo, menjawab dengan antusias, "Apa pun yang Anda sukai, Tuan."
Wonwoo tersenyum, memutuskan untuk mengangkat permainan flirtnya ke level berikutnya. Saat berjalan di sepanjang galeri seni, dia secara sengaja menyentuh lengan Mingyu dan menjaga kontak mata yang penuh arti.
"Mingyu, bisakah kau memegang tanganku?" Wonwoo bertanya dengan nada lembut, seolah-olah ini hanya permintaan kecil.
Mingyu, yang selalu siap memberikan perhatian yang diminta Wonwoo, menurunkan tangan dan meraih tangan Wonwoo dengan lembut. Mereka berjalan bersama, seni di sekeliling mereka menjadi latar belakang untuk permainan flirtnya yang semakin intens.
Dalam perjalanan mereka melalui pameran seni, Wonwoo secara terbuka mencari perhatian Mingyu. Ia berhenti di depan lukisan dan menyuruh Mingyu untuk memberikan pendapatnya. Setiap kali mereka berhenti di depan suatu karya seni, Wonwoo dengan sengaja menciptakan momen-momen keintiman, seolah-olah untuk mengukur sejauh mana Mingyu bersedia melibatkan diri.
Saat perjalanan mereka melalui galeri seni berlanjut, Wonwoo merasa kepuasan melihat respons Mingyu yang tak pernah berubah. Meskipun Mingyu mungkin merasa bingung dengan perubahan sikap Wonwoo, dia tetap setia mengikuti permainan Wonwoo.
Setelah menghabiskan waktu di pameran seni, mereka keluar dan berjalan di atas dek kapal yang terbuka. Wonwoo, dengan gaya yang selalu percaya diri, menuntun Mingyu ke pinggir kapal yang memungkinkan pemandangan laut yang indah.
"Wonwoo," Mingyu berkata, senyum lembut di wajahnya, "apa yang ingin Anda lihat di sini?"
Wonwoo hanya tersenyum, merasa senang dengan kepatuhan Mingyu. Dengan pemandangan laut yang luas di depan mata, mereka berdua berdiri di tepi kapal, menghadapi petualangan yang tak terduga. Meskipun mungkin hanya permainan untuk Wonwoo, Mingyu dengan setia siap memenuhi setiap keinginan bosnya, tak menyadari bahwa di balik itu semua, mungkin saja benih-benih perasaan sesungguhnya tumbuh.
Saat senja tiba, suasana di kapal pesiar semakin menghangatkan. Wonwoo dan Mingyu masih berkeliaran di atas dek, menikmati angin laut yang lembut. Wonwoo, dengan senyum misteriusnya, terus memainkan permainan flirtnya, menuntun Mingyu melewati setiap sudut kapal.
"Wonwoo, pemandangan malam ini benar-benar indah," kata Mingyu dengan penuh kagum, tetapi mata Wonwoo tetap fokus pada dirinya sendiri.
Wonwoo berhenti di tempat yang terpencil, memperhatikan cahaya bulan yang memantul di atas gelombang laut. "Tentu saja indah," jawab Wonwoo, suaranya bergetar dengan nada yang tak terduga.
Mingyu, yang selalu mencari petunjuk dari Wonwoo, mengamati dengan cermat. "Apakah Anda baik-baik saja, Tuan?" tanyanya dengan perasaan cemas.
Wonwoo tersenyum mempesona. "Tentu saja, Mingyu. Hanya merenung sejenak."
Namun, di bawah kedamaian malam, ketegangan tumbuh di antara mereka. Setiap langkah yang diambil oleh Wonwoo, setiap mata yang diarahkan padanya, semakin menimbulkan sensasi aneh di hati Mingyu. Kedekatan mereka bukan lagi sekadar pelayanan biasa; ada keinginan yang terpendam, tetapi masih diselimuti oleh permainan flirts yang sangat halus.
Ketika Wonwoo berbalik untuk melanjutkan perjalanan mereka, ia memutuskan untuk menaikkan taruhan. "Mingyu, apakah kamu bisa memeriksa sesuatu untukku di dalam kabin? Aku merasa seperti lupa membawa sesuatu."

KAMU SEDANG MEMBACA
DESERTER [MINWON FF]
Fiksi Penggemar⚠️ MATURED CONTENT ⚠️ Ketika sebuah kapal pesiar mewah mengalami kecelakaan mengerikan, Wonwoo, seorang anak kaya yang terbiasa dimanjakan, dan pengawalnya yang setia, Mingyu, terdampar di sebuah pulau terpencil. Terlepas dari perbedaan kelas dan ke...