Halimah 1

4.5K 14 4
                                    

Sungguh Minggu yang tenang, Halimah menonton acara favorit di hari libur bersama sang ayah sambil memakan mie instan untuk mengisi perut di pagi hari. Tentu saja hari Minggu adalah hari yang sangat bagus untuk bermalas-malasan setelah menghabiskan waktu yang sibuk selama enam hari.

Tidak ada yang namanya liburan, pergi bertamasya ataupun ke tempat wisata. Bagi Halimah dan ayah nya diam di rumah sudah sangat menyenangkan, bisa tidur sepuasnya karena jika hari Senin sudah tiba, kebebasan ini pasti akan hilang.

Tok tok tok.

Perhatian ayah dan anak ini terganggu saat mendengar ketukan pintu, dengan cepat, Jaka berdiri dan melihat sendiri siapa yang bertamu ke rumah nya di pagi hari Minggu yang cerah ini.

"Loh mas Dodi, kapan sampai nya mas."

Jaka tersenyum ramah ketika melihat tetangga samping rumah nya lah yang datang berkunjung. Pasalnya, tetangga yang bernama Dodi itu baru kembali setelah seminggu pulang kampung, katanya sih hendak mengunjungi ayah nya di sana.

"Baru aja sampai tadi malam bang, ini ada bawa oleh-oleh dari kampung."

Jaka tersenyum senang dan menerima bingkisan dari Dodi.

"Monggo masuk dulu mas, gak enak kalau nyambut tamu sebatas di teras."

Dodi mengangguk dan mengikuti Jaka masuk ke dalam rumah.

"Dek, salam dulu sama om Dodi, baru balek dari kampung, repot-repot bawain oleh-oleh lagi."

Halimah langsung tersenyum manis ketika tahu Dodi lah yang berkunjung, gadis ranum itu langsung berdiri dan menyalami tangan Dodi.

Melihat Halimah yang tidak mengenakan hijab membuat dada Dodi berdesir hebat, kecantikan dari Halimah membuat nafsu nya menyapa syahdu.

"Bawa apa nih om, Halimah pengen tau." Ucap Halimah sambil melihat ke arah bingkisan yang ada di tangan ayah nya.

Dodi tertawa kecil dan mengusap rambut Halimah hingga berantakan sedikit.

"Yaudah di buka aja, kan om bawa nya karena ingat kamu juga." Goda Dodi sambil mengedipkan sebelah matanya.

Halimah langsung tersipu malu dan berjalan menuju Jaka dan mengambil bingkisan tersebut.

Setelah Halimah fokus dengan bingkisan nya, Jaka membawa Dodi duduk di ruang tamu dan melanjutkan obrolan mereka di sana.

Ternyata maksud dan tujuan Dodi datang tak lebih dan tak bukan memberitahu kepada Jaka bahwa dia membawa ayah nya pindah ke rumah nya.

Dodi sangat khawatir dengan umur ayah nya yang semakin tua, fisik beliau juga terlihat tidak bagus, maka dari itu Dodi membawa ayah nya untuk tinggal bersama dengan keluarga nya.

Dodi mempunyai seorang istri dan anak perempuan yang masih duduk di bangku SD kelas satu.

Jaka mendengarkan cerita Dodi dengan seksama, dia juga tahu menjadi Dodi itu sangat sulit, padahal Dodi mempunyai 3 orang saudara, namun tidak ada satupun yang ingin turun tangan sekedar untuk merawat ayah mereka. Dodi lah sebagai anak tengah yang turun tangan dan merawat ayah nya dengan ikhlas dan tanpa pamrih.

"Tapi mas, bukannya setahu ku mbak Wulan kurang akrab dengan ayah mu. Soalnya tahun lalu kalian sempat sedikit cekcok kan."

Dodi tersenyum senang. "Untuk istri ku, dia udah sepenuhnya memaafkan bapak bang, dengan pulang nya kami ke kampung semalam malah membuat salah paham Wulan sama bapak selesai, sekarang mereka udah baikan." Jelas Dodi.

"Syukurlah kalau gitu, ga baik juga menantu sama mertua ga baikan kayak sebelum-sebelumnya."

"Syukurlah bang. Tapi bang, sebenarnya kedatangan aku ke sini itu tidak lebih tidak kurang ingin meminta bantuan sama Abang."

Jaka mendengarkan dengan baik. Laki-laki ini sudah terkenal baik hari di kompleks perumahan mereka, bahkan Jaka sudah menjadi RT 3 kali berturut-turut dulu hingga dia sendiri memutuskan untuk istirahat dan berdalih memberi kesempatan kepada yang lebih muda.

"Apa itu mas, sampaikan aja. Selagi saya mampu, pasti saya bantu, tapi kalau saya gak mampu, maaf ya mas."

"Gak susah kok bang, aku cuma minta tolong buat sesekali lihat keadaan bapak di rumah, soalnya dua hari lagi aku dapat projek ke luar kota, ngebangun gedung di sana. Rencananya Wulan dan anak ku bakal aku ajak, kami bakal pulang sekali seminggu buat lihat keadaan bapak."

Jaka tertawa kecil, dia langsung mengangguk setuju tanpa ragu.

"Oh kalau begitu aman mas, gimana kalau bapak mas suruh nginap di sini aja, dari pada bolak-balik ke rumah mas terus ke rumah ku."

Dodi tersenyum kikuk dengan raut wajah tak enak.

"Masalah nya ya itu bang, bapak aku ini orang nya keras kepala, membujuk buat tinggal dengan ku aja banyak drama nya, gimana mau di suruh nginap di rumah Abang. Tadi udah aku bilang, bapak kekeh gak mau pergi, dia masih ngotot kalau bisa sendiri. Penyakit orang tua bang."

Jaka akhirnya paham dengan permasalahan Dodi, dia mengangguk setuju dan melanjutkan obrolan ke topik yang lain.

Tak terasa sudah satu jam mereka berbincang, akhirnya Dodi pamit pulang karena hendak bersiap-siap untuk kepergian nya ke luar kota bersama sang istri dan anak nanti.

Tinggallah Jaka dan Halimah di rumah mereka, tanpa basa-basi Jaka langsung kembali menuju ruang keluarga dan menemani putrinya yang masih setia menonton televisi.

"Gimana yah, nanti kita ngapain sama kakek nya."

"Liatin sesekali aja, terus kayak mastiin kakek udah makan atau belum, gak terlalu sering ke sana, kata om Dodi ayah nya itu agak keras kepala, jadi kita nanti biasa-biasa aja liatin keadaan kakek nya ya."

Halimah mengangguk paham lalu kembali memfokuskan matanya ke televisi.

Bersambung...

HalimahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang