Halimah 2

4.1K 20 5
                                    

Tok tok tok

Pintu di ketuk, Halimah menunggu kakek tua yang di titipkan kepadanya kemarin.

Pagi ini Halimah tinggal sendiri di rumah, karena Jaka sudah berangkat kerja dan baru akan pulang jam lima sore nanti, daripada bosan sendiri di rumah nya, Halimah lebih memilih bermain di rumah Doddy, sekaligus menjaga kakek tua itu seperti amanah yang di tinggalkan.

Klak.

Pintu terbuka, Halimah tersenyum saat melihat kakek menyambut kedatangan nya. Pria tua ini berpenampilan cukup rapi, dengan kaos polos serta sarung yang menutup area bawahnya, outfit khas orang-orang tua.

"Siapa?" Tanya kakek dengan nada ramah, karena dia tidak mengenal orang-orang yang tinggal di sini.

"Tetangga sebelah rumah kek, anak nya pak Jaka."

Kakek itu mengangguk menunjuk ke arah rumah milik Halimah.

"Yang di sana?" Tanya nya sekali lagi.

Halimah mengangguk dan tersenyum manis.

Kakek tadi tertawa kecil dan mempersilahkan Halimah untuk masuk.

"Mau minum apa cu, biar kakek bikin." Ucap kakek sambil berjalan pelan menuju ke dapur.

Halimah menggeleng cepat dan memilih untuk duduk di sofa ruang tamu. "Gak usah kek, tadi Ima udah makan di rumah, ke sini cuma mau main. Bosan tau sendirian di rumah." Jawab nya.

Entah mengapa Halimah langsung merasa nyaman di sekitar kakek ini, mungkin karena dia juga orang yang mudah akrab dengan orang baru.

"Ya sudah, anggap rumah sendiri aja toh cu, kakek mau balek ke kamar, tadi pagi lupa ngolesin minyak urut ke betis." Ucap kakek lalu berjalan pelan menuju kamarnya.

Halimah mengangguk dan melihat ke mana kakek pergi. Rasanya tak enak kalau membiarkan kakek itu sendirian, melihat dia berjalan saja Halimah sudah kasihan, sesusah itu kah berjalan di usia tua, semua badan terasa sakit.

Jangan-jangan saat kakek membuka pintu tadi, dia butuh usaha yang maksimal! Aduh, Halimah jadi gak enak.

"Kek, emang nya wajib ya ngasih minyak urut." Tanya Halimah sambil berjalan mengikuti kakek tadi.

"Wajib cu, namanya juga udah tua, semua badan itu rasanya sakit semua. Mau duduk sakit, mau berdiri sakit, semua serba salah." Jawab kakek lalu merebahkan dirinya di kasur.

Saat masuk ke dalam kamar kakek, Halimah di sambut dengan aroma khas orang tua, entah kenapa rasanya sangat menenangkan, Halimah suka dengan aroma ini, sedikit terkesan hangat.

"Sini biar Ima yang olesin."

Kakek langsung tersenyum senang, ternyata kehadiran Halimah sangat membantu nya, karena biasanya yang mengurut kaki nya itu selalu Doddy, tapi kemarin anak kesayangan nya itu harus pergi untuk masalah pekerja.

"Makasih ya cu, biasanya yang ngurut kaki kakek itu si Doddy." Ucap kakek sambil menatap sendu ke arah atap kamar nya.

Halimah mengangguk paham, namun detik berikutnya Halimah jadi sedikit bingung, memang nya masih sempat mengurut kaki kakek di pagi buta ini kalau setiap harinya om Doddy selalu pergi bekerja.

"Emang nya sempet kek, bukannya om Doddy itu kerja ya tiap pagi."

Kakek tersenyum pedih, rasa iba langsung mencuat dan mencubit perih hatinya.

Doddy, anak kedua nya. Anak tengah yang selalu mendapat perlakuan yang berbeda dari saudara nya. Rasa menyesal membuat kakek jadi sedih, siapa sangka anak yang merawat nya di masa tua adalah anak yang kurang mendapat kasih sayang di masa lalu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 31 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

HalimahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang