1.

592 25 1
                                    



>> "Pulang!" Fourth tersentak kaget saat seseorang mencekal pergelangan tangan kirinya sangat kuat hingga terasa nyeri di sana.

"Kak ge-m?" fourth berbicara terbata-bata tatkala melihat sosok laki-laki yang sudah sangat ia kenali. Gemini, kakak laki-laki satu-satunya yang selalu membatasi ruang geraknya, melarangnya melakukan sesuatu tanpa persetujuannya, dan membuat banyak aturan yang harus selalu dipatuhi oleh fourth.

gemini menarik pergelangan tangan fourth lebih keras hingga tubuh mungilnya ikut terseret dan menubruk dada bidang gemini yang masih terbalut sempurna oleh stelan formalnya. Dua sahabat fourth, satang dan ford hanya bisa menelan salivanya susah payah. Mereka sudah cukup mengenal bagaimana sikap gemini pada fourth.

"Siapa yang nyuruh kamu keluyuran, huh?" bisik gemini dengan penuh penekanan di setiap katanya. Kepalanya menunduk untuk bisa menatap wajah fourth yang terlihat dari samping.

fourth menatap dua sahabatnya. Lewat kedipan mata, lelaki munggil itu menginstruksikan kedua sahabatnya untuk segera pergi. Ia tidak mau sahabatnya ikut mendapat masalah. fourth tahu, jika ia bersama gemini pasti ada saja masalah. Tanpa ba-bi-bu lagi, satang dan ford pun segera undur diri.

"Jawab kakak!" desak gemini si pemarah.

"Tapi kak, aku udah izin sama mae dan phao. mereka juga udah ngizinin aku main sepulang sekolah," sahut fourth lirih. Jujur saja, pria munggil itu takut pada sosok tegap kakak tertuanya yang terpaut umur sepuluh tahun dengannya.

"Apa kamu lupa aturannya? Tanpa izin dari kakak, kamu nggak boleh melakukan apapun," gumam gemini serius. Satu tangannya mencengkram dagu fourth kuat-kuat hingga lelaki munggil itu memekik kesakitan.

"Tapi---"

"Nggak ada tapi-tapian. Aturannya sudah jelas."

"Tapi---"

"Pulang sekarang!" gemini menyeret tangan fourth membuat fourth mau tidak mau harus mengikuti langkah kaki lebar milik gemini.

"Kakak, pelan- pelan!" pekik fourth.

Tidak ada jawaban dari gemini, hanya langkah kaki gemini yang memelan.

"Kakak," panggil gemini.

"Apa?!"

"Aku belum beli----"

gemini menghentikan langkahnya. Tubuhnya berputar menatap fourth.

"Beli apa?! Baju?! Kakak udah beliin. Ada di mobil."

"Tapi---"

"Ngomong tapi sekali lagi, kakak pastiin kamu nyesel."

_____

gemini menutup pintu utama dengan emosi yang masih menguasainya menimbulkan suara dentuman keras. Tangannya masih setia mencekal tangan fourth yang sudah kemerahan. Ringis kesakitan lelaki itu diabaikan oleh gemini.

"Astaga kakak! Apa yang kamu lakuin ke adek?" seru New, mae gemini yang baru saja bangkit dari sofa dan menghampirinya. Cekalan tangan gemini terlepas membuat fourth langsung menghambur ke dalam pelukan pria paruh baya itu untuk mendapatkan perlindungan.

"Mae tanya aja sendiri sama anak nakal itu!" sahut gemini sembari melepaskan dasi dan jas yang melekat di tubuhnya dengan tidak sabaran. Dilemparkannya jas dan dasi miliknya ke sofa. Disusul tubuhnya yang dibanting di sofa.

"adek bikin ulah apa sampai kakak marah kaya gitu hm?" tanya New dengan suara lembut. Telapak tangannya membelai puncak kepala fourth.

"Adek nggak salah apa-apa mae. Adek cuma ke mall bentar. Padahal adek kan udah izin sama mae dan mae udah ngizinin. Tapi kak gem tiba-tiba datang dan marah-marah," adu fourth. new menatap ke arah gemini. Ditatap tajam oleh new, membuat gemini memejamkan mata sembari mengurut pangkal hidungnya.

new membawa anak bungsunya itu untuk duduk di sofa bersamanya. "kakak, kenapa kamu marahin Adek? Lagian adek udah izin sama mae."

"Mae, mae jangan manjain Adek. Kalau dari sekarang kerjaannya cuma foya-foya mau jadi apa nanti? Taunya cuma ngemall ngabisin uang."

"Tuh kan mae kakak selalu gitu sama aku" gerutu fourt

"gemini, harusnya kamu ngertiin adek kamu dong. Dia itu masih remaja. Pasti sukanya hura-hura. Selagi nggak berbuat yang macam-macam, mae nggak masalah. Kamu jangan terlalu ngekang adek kamu dong. Lagian fourth ngemall paling sebulan sekali, nggak keseringan."

"Belain aja terus ma."

"Mae nggak belain fourth, gemini."

"Terserah, kakak capek." gemini berdiri, meraih jas dan dasi yang tadi ia lempar. Sebelum meninggalkan ruang tamu, gemini menatap tajam ke arah sang adik. Tatapan yang selalu membuat pria munggil itu kehilangan keberaniannya.

_____

Makan malam keluarga Vihokratana berlangsung dengan tenang. Tidak ada suara yang keluar kecuali suara dentingan alat-alat makan yang saling bergesekan. Semuanya nampak begitu menikmati makanan yang dibuat oleh tangan new. Berbeda dengan fourth yang nampak kurang menikmati makan malamnya.

Bukan karena menu makannya tidak enak, melainkan tatapan mata elang gemini yang terus saja tertuju ke arahnya. fourth beberapa kali melirik ke arah new, berharap new meliriknya juga dan fourth bisa mengutarakan keresahannya atas tatapan gemini. Namun hasilnya nihil, new dan yang lainnya sibuk dengan makannya sendiri.

Sepuluh menit berlalu, satu per satu anggota keluarga sudah menyelesaikan makan malamnya. Piring fourth masih terlihat penuh. Baru berkurang beberapa suap saja padahal yang lainnya sudah habis bahkan nambah. "Mae, phao, kak gem, fourth, aku ke kamar dulu, ya. Ada tugas kampus yang harus diselesaikan," pamit  phuwin pada anggota keluarganya saat ia sudah selesai makan.

"Kalau ada yang nggak bisa, tanyakan aja ke kakak" pesan gemini yang langsung diangguki oleh phuwin.

"fourth, kamu habisin makan malam kamu. Phao mau lanjutin kerjaan phao," ujar tay lalu berdiri meninggalkan ruang makan disusul oleh new yang ikut berdiri bersiap mengikuti tay.

"gem, tolong pantau adek. adek susah kalau disuruh makan. Pastikan makan malamnya habis. adek, mae nemenin phao dulu, ya" new mengusap punggung fourth lalu melenggang pergi.

Kini di ruang makan hanya ada fourth dan gemini yang duduk saling berhadapan. Duduk hanya bersama dengan gemini membuat pacuan jantung fourth lebih cepat. fourth terus saja menunduk.

"Habisin, emang kalau cuma diliatin bisa kenyang?" sinis gemini membuat fourth gelagapan dan langsung meraih sendok dan garpu yang tadi ia letakan.

fourth buru- buru memasukkan nasi ke dalam mulutnya.

Wajah fourth memanas tatkala gemini berdiri. Wajahnya semakin memanas kala gemini ternyata duduk di kursi yang berjejeran dengan kursi yang fourth duduki.

"Kenapa berhenti makannya? Mau dibantuin?"

fourth menggelengkan kepala cepat. Daripada harus dibantu makan oleh gemini, fourth menyuapkan nasi dengan cepat ke mulutnya. Tidak mempedulikan jika cara makannya bisa saja membuat dirinya tersedak.

"Nggak pake belepotan bisa nggak?" ujar gemini lalu meraih tisu di meja. Satu tangannya menarik dagu fourth dan mengarahkan ke arahnya. fourth menelan salivanya susah payah dengan mata terpejam saat tisu dalam genggaman gemini menyapu bibirnya.

"Makasih. Aku udah kenyang, aku mau ke kamar dulu kak," pamit fourth.

"Nggak! Habisin dulu atau kamu yang kakak habisin." fourth gelagapan sendiri. Untuk menyembunyikan kegugupannya, fourth melahap cepat makannya.

Lima menit terasa sangat lama menurut fourth. Dia menghela nafas lega karena makanannya sudah habis dan itu berarti dia bisa segera lari dari gemini. Sebelum berangkat, fourth mengambil segelas air dan menyesapnya perlahan.

Cup.

fourth mendelik saat merasakan kecupan di pipi kirinya. Siapa lagi pelakunya kalau bukan gemini "anak pintar, kakak ke kamar dulu. Butuh sesuatu, langsung masuk aja ke kamar kakak," ucap gemini lalu berdiri meninggalkan fourth yang masih belum mempercayai semuanya.

brother [geminifourth]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang