C17

885 45 0
                                        

Hari itu, atmosfer di ruang pengantin terasa tegang. Persiapan pernikahan sudah mencapai puncaknya, dan tes pemilihan jas adalah momen di mana semua emosi tegang tersebut mencapai puncaknya. Wonwoo memasuki butik pengantin yang mewah, dipandu oleh Mingyu yang tetap setia di sisinya. Mereka berdua terdiam, menyimpan perasaan yang rumit di dalam hati masing-masing.

Sampai di ruang fitting, Wonwoo dipersilakan oleh para penata busana untuk mencoba jas pengantinnya. Satu-satunya kehadiran Mingyu dalam ruangan tersebut menambah ketegangan yang sudah ada. Wonwoo memilih jas putih yang elegan, mencerminkan kemewahan acara pernikahan yang akan datang. Dia masuk ke ruang fitting dengan perasaan bercampur aduk, mencoba menenangkan dirinya sendiri.

Sejenak, Wonwoo terlihat seolah-olah melupakan semua ketegangan yang meliputi persiapannya. Dia memandang dirinya sendiri di depan cermin, menyelaraskan setiap detail jasnya dengan hati-hati. Tapi di balik tatapan dinginnya, ada rasa cemas yang tak terungkap.

Di sisi lain tirai, Mingyu menunggu dengan hati yang berdegup kencang. Dia memahami bahwa perasaannya untuk Wonwoo tidak bisa lagi disembunyikan. Kesenangan dan kesedihan berbaur dalam dirinya, menciptakan kisah yang rumit.

Ketika tirai yang memisahkan mereka jatuh, dunia mereka terhenti sejenak. Wonwoo terpapar di hadapannya, memancarkan keanggunan dan kecantikan yang tak terbantahkan. Jas putih itu melengkapi tubuh Wonwoo dengan begitu sempurna, menciptakan gambaran dari masa depan yang tampaknya tidak mungkin.

Mingyu tidak bisa menahan diri saat melihat kecantikan Wonwoo. Senyum tipis merekah di wajahnya, tetapi air mata tersedu-sedu tak tertahan. Mata mereka bertemu, menciptakan hubungan yang memperdalam makna perasaan mereka.

"You look beautiful in white," bisik Mingyu dengan suara serak, senyum yang penuh cinta melintas di wajahnya. Air matanya bergulir turun dengan bebas, mencerminkan kebingungan dan penderitaan yang dia rasakan.

Wonwoo, yang biasanya tegas dan dingin, terkejut melihat ekspresi Mingyu yang begitu terbuka. Dia mencoba memproses semua perasaan yang berseliweran di dalamnya. Dalam ketidakpastian dan kebingungan itu, Mingyu memberikan ungkapan perasaan yang penuh arti.

Suara Wonwoo gemetar saat ia berucap, "Sialan, Mingyu," mencoba menyuarakan perasaannya yang sulit dipahami. Dengan langkah-langkah ragu, dia mendekati Mingyu yang masih menangis di depannya. Wonwoo merasakan beban momen, ketidakpastian yang menggantung tebal di udara.

Saat Wonwoo menyentuh lembut Mingyu, ia perlahan menghapus air mata yang membasahi pipi Mingyu. Sentuhan itu lembut, mengungkap sisi Wonwoo yang jarang dilihat oleh banyak orang. Mingyu menatap ke atas, matanya mencari jawaban dalam pandangan Wonwoo.

"Aku butuh kebenaran, Mingyu," Wonwoo berbicara, suaranya campuran antara kerentanan dan tekad. "Katakan padaku apa yang harus kulakukan. Aku akan membuatnya terjadi untuk kita."

Mingyu, masih penuh emosi dan terperangkap dalam intensitas momen, mengambil napas dalam-dalam. Dia mulai membuka kekacauan perasaannya, mengungkapkan kebenaran yang telah lama tersembunyi.

"Aku tak tahan melihatmu menikahi orang lain," Mingyu mengakui, suaranya retak. "Tapi aku juga tak bisa untuk menghalangimu dari hidup yang seharusnya kau dapatkan."

Mata Wonwoo melembut saat ia mendengarkan pengakuan Mingyu. Emosi yang bertentangan di udara tampaknya memperkuat, menciptakan ruang di mana kejujuran dan kerentanan berkembang. Mingyu melanjutkan, menceritakan perjalanan yang telah mereka bagi, momen-momen yang telah membentuk hubungan mereka, dan keinginan yang tidak terucapkan di antara mereka.

"Aku mencintaimu, Wonwoo," Mingyu menyatakan, suaranya teguh. "Tapi aku tidak bisa menjadi alasan kau menyerah pada segalanya demi aku. Wonwoo, kau pantas mendapatkan kebahagiaan, meskipun bukan bersamaku."

DESERTER [MINWON FF] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang