BAB 1

28 3 0
                                    

“Hah … hah … hah ... mimpi buruk itu lagi.”

Seorang pemuda terbangun dari tidurnya dengan keringat yang membasahi seluruh tubuhnya. Tangan nya sontak memegang kepala nya yang sedikit pusing mengakibatkan keringat menetes dari rambut hitamnya. Hampir setiap malam mimpi itu selalu mendatangi tidur nya.

Ray. Begitulah pemuda berusia 22 tahun itu kerap di sapa. Saat ini ia tinggal sendiri di sebuah kontrakan kecil. Ray hanya memiliki seorang adik perempuan setelah kedua orang tuanya meninggal saat ia masih SMA. Adiknya bernama Rhea umurnya terpaut 3 tahun dibawah Ray, yang saat ini tinggal di asrama kampus.

Demi memenuhi kebutuhan hidup dan biaya kuliah adiknya, Ray memutuskan untuk tidak melanjutkan pendidikannya dan memilih untuk bekerja setelah lulus SMA.

Ray tinggal di sebuah kota yang bernama Kota Slaburgh. Kota kecil yang berada di negara Zenith. Meskipun terbilang kota kecil, tapi kota ini cukup maju. Dengan adanya sebuah sungai besar yang melintasi kota itu, pemimpin kota memanfaatkan sumber daya yang berasal dari sungai itu kehidupan penduduknya.

“Siapa sebenarnya wanita itu? Kenapa dia selalu hadir di mimpiku?” gumam pemuda itu. Setiap kali dia mimpi buruk, wanita itu selalu muncul.

Dia hanya bisa menggelengkan kepalanya, semakin dipikirkan kepalanya semakin pusing, entah ada hubungan apa kehancuran dunia di mimpinya dengan wanita itu. Ray sudah terlalu malas untuk memikirkannya.

“Sialan! Aku terlambat.”

Sontak pemuda itu langsung bangun dari tempat tidurnya saat melihat jam sudah menunjukkan pukul 10.00 pagi. Dia bergegas cuci muka dan bersiap untuk berangkat kerja.

Ray berlari mengambil sepedanya sambil menggigit sepotong roti. Mengayuh dengan sekuat tenaga sambil berharap bosnya tidak datang hari ini.

‘Ckiiiitt'

‘Braaakk’

“Hei! Kau tidak punya mata ya!”

Sebuah teriakan dari dalam truk besar.
Ray hampir saja tertabrak truk karena tidak hati-hati. Untungnya sopir truk itu bisa mengendalikan truknya sehingga hanya menabrak sebuah papan reklame dipinggir jalan. Tidak terjadi kecelakaan yang serius.

Ray yang saat itu sedang buru-buru hanya meminta maaf dan langsung pergi ke tempat kerjanya.

Sekitar lima belas menit mengayuh sepedanya, Ray akhirnya sampai di tempat kerja. Dengan terburu-buru dia masuk ke dalam cafe, tapi baru saja masuk ke cafe terdengar teriakan dari arah belakangnya.

“Ray, kamu terlambat lagi?!”

Ray tahu kalau itu suara pak Roger, manajer café tempat ia bekerja. Usianya sekitar 40 tahunan memiliki postur tubuh pendek yang tumbuh ke samping, perut yang menggembung seperti ibu-ibu hamil 8 bulan.

Ray menghentikan langkahnya dan berbalik, dengan wajah malu-malu Ray berkata, “maaf pak, ada kecelakaan tadi di jalan.”

Pak Roger berjalan mendekati Ray, wajahnya sudah penuh dengan amarah.

“Sudah berapa kali kamu aku kasih peringatan, hah?!” Pak Roger berkacak pinggang lalu menunjuk Ray, “Apa kamu sudah tidak mau bekerja di sini lagi?”

Pak Roger yang murka langsung menceramahi Ray. Berteriak di depan wajah Ray, di ikuti air surgawi yang keluar dari mulutnya, menyebabkan hujan lokal di wajah Ray.

Ray yang sudah biasa mendapatkan semburan air surgawi hanya bisa pasrah meratapi nasibnya. "Habis makan apa si gendut tadi pagi? Baunya lebih parah dari kemarin," batinnya.

“Maaf pak, besok tidak akan saya ulangi lagi.” Ray menundukkan wajahnya. Dia tidak ingin wajah tampannya terkena semburan air surgawi terus menerus.

The World End Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang