Bab 1: Prolog

2.7K 110 36
                                    

"Kau yakin akan melakukan itu kepada istri dan anakmu, Dimas?" ujar Wanita menor di samping Dimas.

Ya Dimas adalah Ayah kandung Bian, Ayah Bian berselingkuh dengan wanita yang jauh lebih muda dari usianya. Wanita itu tidak terlalu cantik, namun karena ketidak tahuan dirinya lah membuat Dimas nyaman dengannya.

"Ya, aku Yakin... Aku akan menceraikan Maria, dan mungkin anakku akan ikut bersamaku." ujar Dimas.

"Sial, kalau anaknya tidak pergi bersama wanita itu, lalu aku yang mengurusnya? Tidak sudi." dalam hati Soraya.

Soraya berusaha sebaik mungkin. "Oh, baiklah. Tapi apakah anakmu itu sebaiknya tidak ikut dengan Maria saja? Kan kamu bisa mengiriminya uang untuk biaya hidup anakmu dan pendidikannya? Ya bentuk tanggung jawabmu sebagai ayahnya."

Dimas nampak berpikir, lalu ia menyetujuinya. Kemudian, mereka pun melanjutkan aktivitas mereka di kasur. Sementara itu di rumah yang sangat megah bagaikan istana, Bian dan Maria menantikan kepulangan Dimas.

"Ibu, apakah ayah tidak akan pulang lagi? Hari ini ulang tahunku," ujar Bian.

"Ibu sudah menelpon ayahmu nak, tapi tidak aktif. Kita rayakan ulang tahunmu bersama ibu ya." ujar Maria.

"Baiklah, yang penting ada ibu." ujar Bian.

Maria dan Bian akhirnya merayakan ulang tahun itu berdua. Hingga larut malam tiba, Dimas tidak kunjung tiba. Maria membawa Bian yang tertidur ke kamarnya, kemudian membaringkan Bian di atas tempat tidur. Tidak lama berselang, terdengar suara mobil milik Dimas.

Maria membuka pintu rumah, disana Maria sangat terkejut saat Dimas datang bersama wanita lain. "Mas, siapa wanita ini?"

"Calon istriku yang baru, karena kau sudah tidak cantik lagi dan muda lagi. Aku bosan denganmu," ujar Dimas.

"Mas... Apa-apan kamu ha? Dan kau sebagai wanita, tega sekali melakukan ini? Dasar wanita jalang..." ujar Maria.

Plaaaak

Maria menampar Soraya, tapi Dimas tidak terima, dia justru memukul Maria. "Jangan sekali-kali kau berani menyentuhnya. Tanda tangani dan segera pergi dari sini,"

"Mas, aku mohon jangan usir aku... Bagaimana dengan anak kita?" ujar Maria.

"Aku akan membiarkanmu membawa Bian bersamamu." sahut Dimas.

Dimas naik kelantai atas membereskan semua barang-barang milik  Maria dan Bian, lalu memasukan sejumlah uang kedalam tas itu. Bian menangis, dirinya tidak tau apa-apa, Bian melihat senyuman sinis di wajah Soraya, ia bahkan melihat tampang angkuh ayahnya sendiri. Di hari ulang tahun Bian, ia harus mengalami hal yang tidak mengenak kan. Supir pribadi Maria menjemput Maria dan Bian, lalu menuju kesebuah Rumah yang sengaja Maria beli saat itu untuk Bian dan Dirinya kalau ada apa-apa, atau akan menjadi Hadiah untuk Bian.

"Maafkan ayahmu ya nak, meski begitu ayahmu tidak membencimu." ujar Maria.

"Aku benci ayah dan wanita itu bu..." Sahut Bian.

Mereka sampai dirumah itu, meski tidak terlalu besar seperti rumah sebelumnya, rumah itu cukup nyaman. Bian langsung masuk kedalam kamar, dia tidak banyak berbicara. Maria menghela napas panjang, Maria kemudian masuk ke dalam kamar dan melihat Bian menangis di pojokan samping meja belajar.

"Bian sayang, anak ibu... Maafkan ibu nak, ibu belum bisa menjadi ibu yang baik buat kamu." ujar Maria.

Bian memeluk erat ibunya sambil menangis, mereka berdua menangis. Tapi Bian sudah berhenti, karena sudah larut malam, akhirnya Bian tertidur. Maria juga tidur di samping anaknya, hingga pagi menjelang. Ke esokan paginya, adik dari Maria datang, dia adalah Wisnu. Wisnu masih kelas satu SMA, ia sengaja datang untuk menemui kakaknya.

BL- AYAHKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang