Bab 7: Club Malam

952 53 35
                                    

Rafi dan Bian sampai di sebuah Club malam yang sangat terkenal di kota itu, Rafi dan Bian duduk sofa yang sudah Rafi Pesan sebelumnya. Minuman pun datang, mereka duduk sambil menikmati alunan musik yang bermain malam itu. Selang satu jam, mata Bian tertuju kepada Pria yang matang duduk di depan meja Bar sambil menenggak segelas minuman beralkohol yang cukup tinggi.

Bian berbisik ke Rafi. "Kak Fi, kakak disini dulu ya."

"Kamu mau kemana?" ujar Rafi.

"Lihat pria di meja bar itu? Bukan kah itu Dimas Sandoro?" Ujar Bian.

Rafi mengerti maksud dan tujuan Bian, lalu berbicara. "Kamu masih mau menjalankan misi gila itu? Baiklah, aku hanya bisa mendukungmu."

Bian mengangguk, lalu pergi menghampiri Dimas. Awalnya Bian ingin menyapa, tapi dia mengurungkan niatnya, lalu memesan minuman. Suaranya membuat jantung Dimas berdegub kencang. Dimas melihat kesebelah kanannya, dan ternyata benar itu adalah Bian.

"Bian, kamu disini juga?" tanya Dimas.

"Loh, mas apa kabar?" ujar Bian sambil menyalami Dimas.

Tapi Dimas langsung memeluk Bian, Bian berbicara. "Mas kenapa disini? Lagi ada masalah ya sama istri?"

Dimas menghela napas, lalu berbicara. "Kita ke balkon itu bagaimana? Mas traktir kamu."

"Boleh," ujar Bian akan membayarnya, tapi Dimas langsung mencegahnya.

"Jadikan satu dengan bill saya." ujat Dimas pada bartender itu.

Dimas dan Bian pergi ke Balkon lalu duduk di Sofa yang ada disana. Mereka menikmati alunan musik yang berdentum, Dimas mabuk karena banyak Minum. Bian sengaja tidak mabuk agar bisa menyetir, Rafi juga tidak mabuk, dia mengawasi Bian dan Dimas. Mereka terhanyut dalam alunan musik, Dimas beberapa kali mencium Bian. Tak terasa jam sudah menunjukkan pukul enam pagi, Bian berbicara.

"Mas, ayo pulang... Sudah jam enam." seru Bian.

Dimas mengangguk, lalu Bian memapah Dimas untuk berjalan. Lalu Bian memberi Kode kalau dia akan mengantar Dimas kepada Rafi. Rafi mengerti, mereka berpisah disana. Bian merogoh saku Dimas untuk mencari kunci mobilnya, setelah ketemu Bian langsung mencari Mobil Dimas. Mobilnya sudah ketemu, Bian membawa Dimas masuk kedalam mobil. Bian menghela napasnya, kemudian Bian membawa Dimas ke hotel.

Sesampainya di hotel, Bian membaringkan Dimas. Tapi ntah setan apa yang merasuki Dimas, dia tidak dapat membendung napsunya. Dimas menarik Bian ke dalam pelukannya, menciumnya, bahkan melakukan tindakan di luar dugaan. Bian melayani napsu Dimas, Bian membuka satu persatu pakaian Dimas. Untuk seukuran pria dewasa, tubuh Dimas masih sangat bugar dan atletis.

Mereka berciuman, lidah mereka saling bertautan, mereka melakukan hubungan intim itu hingga mencapai puncaknya. Setelah selesai, Dimas terkulai lemas dan Bian membersihkan dirinya. Dimas melakukan itu dalam keadaan yang sadar, meski setengah mabuk. Dimas melihat Bian di sebelahnya, lalu mencium Bian lembut.

"Maafkan aku... Aku..." bisik Dimas.

Bian membalik kan badannya dan menghadap ke Dimas. "Gak apa-apa, tidurlah."

"Peluk..." sahut Dimas.

Bian mengangguk, lalu mereka tidur sambil berpelukan. Mereka pun tertidur pulas, karena hari itu adalah hari libur kantor, jadi mereka tidak perlu pusing untuk terlambat bekerja. Jam sudah menunjukkan pukul tiga sore, Bian bangun lebih dulu dan pergi mandi. Setelah selesai dia langsung berberes, niat hati ingin meninggalkan Dimas, tapi Dimas tiba-tiba bangun dan memeluknya dari belakang.

Bian menoleh, lalu mencium bibir Dimas. "Mandi dulu sana, setelah itu pergi makan."

"Iya sayang, kamu sudah mandi?" ujar Dimas.

"Sudah, gih sana." ujar Bian.

Dimas seperti anak kecil di hadapan Bian, Bian memutar bola matanya jengah saat Dimas masuk ke dalam kamar mandi. Bian membuka ponselnya, lalu membalas pesan dari Ayanknya.

"Ayank, kamu kemana saja? Tidak ada kabar." Pesan dari Wisnu.

"Maafkan Bie ya Yank, Bie tadi malam pergi sama teman Bie. Nonton Filem Horor, habis tu pas pulang langsung ketiduran. Ayanknya Bie lagi apa, nanti Bie kerumah ya." balas Bian.

"Iya sayang tidak apa-apa, aku tunggu ya. Besok malam nanti kita Ke Vila ya, sama kakek dan nenek." Balas Wisnu.

"Oke Ayank... I love u... Muuach." balas Bian lagi.

"I love u too sayang.... Mmuach 😘😘😘😘" balas Wisnu.

Bian menyimpan ponselnya, lalu Bian membuat Teh untuknya dan Dimas. Dimas selesai mandi, setelah berpakaian rapih, lagi dan lagi dia memeluk Bian dan mencium Bian. Bian tersenyum lalu memberikan teh hangat itu. "Ini minum dulu teh nya."

"Terimakasih, setelah ini kita pergi makan ya." ujar Dimas.

Bian mengangguk, Dimas duduk di Sofa, lalu Bian pun duduk di Sofa dan bersandar di tubuh Dimas. Dimas sangat senang dengan kemanjaan Bian, berkali-kali Dimas mencium puncak kepala Bian. Mereka berbicara banyak hal, setelah itu mereka pun pergi meninggalkan Hotel dan menuju ke Restourant yang sangat mahal.

"Ayah dan anak sama saja, pemborosan. Tapi tidak apa-apa, aku senang. Hahahahha..." dalam hati Bian.

Mereka sampai, lalu masuk dan memilih tempat duduk mereka. Setelah itu pelayan datang membawa menu, Bian memesan Steak yang sama seperti waktu itu. Dimas pun memesan yang sama, Biab ijin ke toilet sebentar. "Mas, aku ijin ke toilet dulu ya."

"Oke..." balas Dimas sambil tersenyum manis.

Saat Bian mau ke toilet, dia bertemu Tirta lagi. Tirta menarik tangan Bian. "Hai, kamu kan yang waktu itu?"

"Oh, hai... Apa kabar?" sahut Bian.

"Kenapa tidak menelponku, oh maksudku mengirim pesan padaku?" ujar Tirta.

"Aku lupa, aku mau ke toilet dulu. Anda mau ke toilet juga?" ujar Bian.

"Tidak, aku akan menunggumu disini." ujar Tirta.

Bian masuk kedalam toilet, saat selesai Bian keluar, dan ya benar saja, Tirta menunggu di luar sana. Bian berbicara. "Saya kesana dulu, bos saya menunggu. Nanti saya akan kirim pesan ke anda..."

"Baiklah, jika kamu kemari lagi lain kali, aku harap kamu datang sendiri. Ini adalah usaha milikku, kapanpun kamu bisa datang sesuka hatimu. Anggap saja milikmu," ujar Tirta.

Bian mengangkat alisnya sebelah, lalu tersenyum manis membuat jantung Tirta berdegub kencang. Bian kembali ke meja dan duduk di hadapan Dimas. Makanan sudah datang, namun belum lama. Bian berbicara. "Maafkan aku lama, tadi agak sakit perut."

"Tidak apa-apa sayang, maafkan aku... Seharusnya aku membawamu makan lebih cepat, ya sudah ayo makan dulu." ujar Dimas.

Tirta memperhatikan dari jauh, Tirta tau itu siapa. "Bajingan itu ternyata bosnya, atau Bian mangsa baru untuk memuaskan napsunya? Aku tidak akan membiarkan kau mengambil milikku begitu saja, Dimas Sandoro."

Bian dan Dimas memakan makanan itu, setelah selesai dan Dimas membayar itu semua, Mereka pun pergi meninggalkan Restourant milik Tirta itu. Tirta melihat dari dalam, Bian melihat kearah Tirta dan tersenyum penuh arti.








Bersambung...



Hai hai... Happy Valentine day dan met Nyoblos...





 Happy Valentine day dan met Nyoblos

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bian dan Tirta.... Saat di Toilet

BL- AYAHKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang