Bandung, Jawa Barat
Terhitung seminggu setelah Arden menghilang. Arden tidak meninggalkan jejak sama sekali di rumah, tetapi memberitahu ketiga temannya. Memastikan agar Aya pada akhirnya bisa menemukannya sebagaimana yang ia harapkan.
Sekarang perempuan itu di depannya dan tampak dingin. Arden membenci tatapan Aya. Selalu membuatnya merasa tidak disukai, padahal Arden yakin dia tidak seburuk itu.
"Papa nyariin Kakak."
Arden membiarkan tangannya terus menggores kertas. Menggambar apapun yang terpikir di benaknya sebagai pelarian selagi televisi di depannya menyala. Arden baru selesai menonton film dan sekarang dia terjebak kebosanan.
Kata Jasmir "najis, sok pundungan! Ajaran dari siapa coba!" Arden tidak belajar dari siapapun. Cuma tiba-tiba kepikiran menghilang agar Aya merasa bersalah. Soalnya kata Dave perempuan itu hobi ngerasa bersalah.
"Kakak enggak mungkin, kan, kabur gara-gara obrolan terakhir kita."
"Harusnya memang gitu. Ngapain gue mikirin omongan tajam dari cewek yang gue suka."
"Kakak tahu gimana keadaannya."
"Yang gue tahu lo keras kepala dan munafik."
"Aku enggak suka sama Kakak. Aku enggak bisa ngasih Kakak kesempatan."
"Kenapa enggak? Semuanya juga diawali dengan coba-coba."
"Masalahnya coba-coba yang akan kita lakukan itu coba-coba berhadiah bom."
"Gue enggak peduli."
"Kakak egois, sedangkan aku mikirin perasaan Papa dan Mama, bahkan Kakak. Gimana jika setelah mencoba aku tetap enggak suka sama Kakak? Kakak akan sakit hati."
"Lo bukan peramal!" Arden membanting bukunya. Sumpah kesal sekali ia mendengar semua jawaban Aya.
"Aku hanya mengantisipasi."
"Lebih baik lo pergi sekarang."
Aya meletakkan plastik di meja kaca. "Aku beliin Kakak spaghetti. Tenang aja, ini dari restoran mahal yang disaranin sama Yuda."
"Gue enggak lapar."
"Papa khawatir sama Kakak."
"Loh, bukannya anak kesayangannya itu lo. Bahkan Papa memihak sama lo. Mami gue enggak peduli malah sejak awal mau gue mati atau gimana. Sekarang gue juga enggak bisa mendapatkan cinta dari cewek yang gue suka. Kurang anjing apalagi hidup gue?"
"Kakak punya temen-temen yang baik." Aya memeriksa jam tangannya. "Aku cuma bisa sebentar. Kalau Kakak enggak mau ikut pulang, aku sama Kak Yuda."
Maka diletakkannya buku tersebut. Duduk di sebelah Aya, lalu memeluk lehernya. Arden tahu kalau dia membiarkan Aya pergi, maka ia benar-benar akan kehilangan perhatian perempuan itu.
"Jangan tinggalin gue."
"Astaga, Kak!"
"Biarin kayak gini."
▪️🎧•🎀•♟️▪️"Gue selalu percaya kalau Mami sayang sama gue."
Mereka berada dalam perjalanan pulang. Bagaimanapun Arden sudah jengah tinggal di vila. Hampir hafal setiap sudut vila, karena ia menjelajahinya hampir seminggu.
"Sekarang Kakak enggak percaya?"
"Lo tahu gimana cara Mami ngerawat gue."

KAMU SEDANG MEMBACA
RED | Step Sister [END]
RomanceArden itu paling ganteng se-SMA Tanjuaya. Tumbuh dengan kepercayaan bahwa semua cewek menyukainya membuat Arden menjadi cowok yang gampang mematahkan hati perempuan. Sekarang targetnya adalah Gaia atau yang biasa disapa Aya. Adik tirinya sendiri ya...