Pagi-pagi kamar penginapan sudah berisik. Anak kecil dengan surai merah melompat-lompat di atas kasur. Tamaki dan Nagi yang ditugasi menjaga Riku sampai waktu sarapan hanya memandangi Riku-- yang masih menjadi anak kecil-- melempar-lempar bantal dan guling. Tidak mengerti hal menarik dari melompat-lompat di atas kasur, tapi berkat kegiatan Riku, membuat kamar penginapan mereka menjadi luar biasa berantakan.
Belum lagi baju-baju yang berserakan karena Riku dengan segala rasa penasarannya memeriksa satu per satu koper yang ada di ruangan.
Nagi dan Tamaki menyerah.
Mereka akhirnya takluk dengan anak kecil sungguhan.
Riku tiba-tiba berhenti. Dia menghampiri Tamaki dan Nagi yang masih diam. "Onii-san! Aku mau menonton kartun,"
Meski kesal, dipanggil kakak dengan cara imut cukup menjadi pelipur lara kedua orang itu. Mereka bertiga duduk di atas sofa sambil menonton kartun robot kucing berwarna biru.
Setidaknya suasana terkendali beberapa saat.
Mitsuki yang baru saja masuk ke dalam kamar, langsung keluar dengan wajah tertekuk. Kembali duduk di meja makan sambil membuang napas berat.
"Kenapa? Rokuya-san dan Yotsuba-san berbuat ulah?" Iori yang sedang menyiapkan sarapan bertanya. Prihatin melihat ekspresi tertekan Mitsuki.
"Entahlah, aku pikir itu Riku yang berulah," jawab Mitsuki. "Aku tidak menyangka akan kesulitan mengurus anak kecil. Padahal aku sudah terlatih dengan Tamaki dan Nagi,"
"Mereka berdua juga sepertinya kalah telak," Yamato duduk di sebelah Mitsuki setelah mampir untuk melihat alasan keluhan Mitsuki. Yamato meregangkan tangannya. "Tapi bukankah kita sedikit beruntung. Dua hari liburan,"
"Mitsuki-san, jusnya sudah selesai. Bisa tolong panggilkan anak-anak?" Sougo muncul dengan celemek. Tangannya sibuk menata gelas berisi jus.
Mitsuki mengangguk. Meski sedikit pusing dia tetap melangkah kembali ke kamar. Butuh beberapa saat sampai akhirnya Tamaki dan Nagi muncul duluan lalu dilanjut dengan Mitsuki yang menggendong Riku.
Mata Riku basah. Wajah ketiga orang itu sangat kelelahan. Yamato meringis melihatnya. "Kenapa?"
"Rikkun menangis karena tidak mau berhenti menonton," jawab Tamaki sambil menjatuhkan kepalanya ke atas meja makan.
Riku duduk dengan tenang. Tampaknya tertarik dengan kue-kue manis yang berwarna-warni. Mitsuki duduk di sebelahnya. "Riku makan nasi gorengmu dulu,"
Si surai merah menggeleng cepat. Tangannya menunjuk kue kecil dengan krim merah muda. "Aku mau itu,"
Mitsuki menggeleng tegas. "Makan dulu,"
Pipi Riku menggembung jengkel. Baru saja mau menangis, Sougo lebih dulu menenangkan. "Setelah kau menghabiskan nasi gorengnya, kau bisa mendaptkan kuenya satu. Bagaimana?"
Mata merah Riku menatap Sougo. Berpikir sebentar dan kemudian mulai menyendok nasi goreng dalam diam.
Keenam orang dewasa di sana membuang napas lega. "Terima kasih, Sougo,"
"Pagi ini energiku sudah habis," keluh Yamato. "Padahal aku hanya melihat,"
"Aku tidak menyangka Riku akan serewel ini," Mitsuki menopang dagunya. Sesekali mengelap ujung bibir Riku yang berantakan.
"Aku rasa tidak aneh kalau Nanase-san semenggemaskan-- semenyebalkan ini. Bahkan sampai besar pun dia masih manja," Iori mendengus jengah sambil mengangkat ponselnya. Menggambil gambar. "Sangat menyusahkan,"
"Ichi, katakan itu tanpa merekam Riku," Yamato menggeleng letih. Dia memperhatikan wajah lucu Riku yang sibuk dengan nasi gorengnya. "Riku, coba panggil aku Yamato nii-san,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Another Note [IDOLiSH7 Fanfiction : NATSU☆Shiyouze!] (END)
FanfictionPada jaman dulu manusia dan Roh yang memiliki kemampuan khusus dapat hidup berdampingan. Meski begitu banyak hal terjadi yang membuat sebagain besar Roh harus kembali ke dunia asal mereka. Selebihnya memilih tinggal karena kebanyakan mereka jatuh ha...