PERTEMUAN

1 0 0
                                    

𝙅𝙖𝙡𝙖𝙣 𝙋𝙖𝙟𝙖𝙟𝙖𝙧𝙖𝙣, 𝙇𝙖𝙢𝙥𝙪 𝙈𝙚𝙧𝙖𝙝 𝙎𝙪𝙠𝙖𝙨𝙖𝙧𝙞.

Langit mulai memerah saat senja mulai menyinari Kota Bogor, Zafran dalam perjalanan pulang dari rumah neneknya. Usai ia menjenguk sang nenek yang sedang sakit, bersama Layla adik sambungnya. Ia mengendarai sepeda motor di tengah ramainya jalanan kota yang penuh kendaraan lalu lalang.

"Kak, beli buat makan dulu yuk!" Ajak Layla.

Zafran membalas. "Iya, emang mama kamu nggak masak bukan?" tanya Zafran.

Layla tercengang. "Mama aku? kan dia mama kakak juga kali." Tuturnya pelan sembari membawa barang pemberian neneknya.

Lampu mulai berubah menjadi hijau, Zafran melajukan motornya dengan kecepatan sedang menuju rumahnya yang berada di wilayah Bogor Nirwana Residence itu.

Saat di tikungan, Zafran melihat seorang gadis dengan dress hitam turun dari sebuah mobil. Tak lama, mobil sedan hitam langsung melaju meninggalkan gadis malang tersebut yang tak berdaya.

"HEI, TUNGGU!"

Zafran menghentikan laju motornya, lalu ia turun dan menghampiri gadis itu.

"Non, kamu nggak apa apa kan? dia tidak melakukan sesuatu kan?" tanya Zafran.

Gadis bernama Zaphira itu menjawab. "Aman sih, tapi uang sebesar tiga puluh juta raib dibawa kabur sama dia." Jelasnya dengan nada panik.

Zafran terdiam. "Yaudah, saya hubungi polisi aja bagaimana? biar kamu bisa diantar pulang. Nanti katakan saja, apa yang sebenarnya terjadi disini."  Tawar Zafran.

Zaphira mengangguk. "Yaudah."

Zafran menelepon polisi. "Halo pak, izin lapor di tikungan lawang gintung ada perempuan diturunkan oleh seseorang dari dalam mobil. Menurut korban, ada uang sebesar tiga puluh juta dibawa kabur. Ini tolong bantuan untuk mengantarkan korban pulang." Ucap Zafran.

"Oke, nanti tim patroli akan segera kesana. Terimakasih sudah melaporkan." balas pak polisi.

Zafran tersenyum. "Baik."

Zafran kembali menemui Zaphira. "Yaudah, sekarang kamu cobalah untuk tetap tenang. Meski ini berat, yakinlah ada sesuatu yang jauh lebih baik siap menanti kamu." Pesan Zafran.

Zaphira tersenyum, lalu ia mengangguk. Hingga akhirnya polisi datang dan Zafran menunjukan video barang bukti dari dashcam helm dan motornya.

"Ini pak, video barang bukti. Di dalamnya sudah termasuk plat nomor dan tipe mobil." Jelas Zafran.

Pak Polisi mengangguk. "Baik, nanti biar kami yang mencari barang bukti lainnya. Terimakasih, masnya bisa lanjutkan perjalanan." Ucap pak polisi.

Zafran memegang bahu Zaphira. "Semangat yah."

Ia kembali menaiki motor dan pulang bersama Layla, sementara Zaphira diantar pulang oleh polisi.

*****

17.38 PM.

Zafran sedang menyantap makan malam bersama Layla, tak lama muncul berita di televisi yang tersedia di restoran itu.

"Pemirsa, sebuah mobil mengalami kecelakaan tunggal di Jalan TOL Jagorawi. Tepatnya di KM13, diduga karena pecah ban dan akhirnya menabrak pembatas jalan. Pengemudi tewas seketika di lokasi kejadian."  Ucap seorang pembawa acara berita.

Layla terdiam. "Kak, lihat deh. Plat mobilnya sama persis gak sih sama yang tadi?" tanya Layla.

Zafran melirik. "Iya juga, tapi ya entahlah."

Usai makan, Zafran mengecek ponselnya. Tak lama, ia menerima chat dari Zahra agar cepat pulang.

"Udah makin sore, kita pulang ayo." Ajak Zafran.

Layla menjawab. "Ayo."

Zafran menghampiri kasir, lalu ia membayar makan malamnya itu.

"Terimakasih." Ucap kasir rumah makan itu.

Ia kembali menaiki motornya bersama Layla, lalu melanjutkan perjalanan pulangnya.

Berbeda dengan Zafran, Zaphira malah dimarahi habis habisan oleh orangtuanya. Karena kejadian tadi, sahabat papanya malah ditangkap dan mereka kehilangan uang tiga puluh juta yang awalnya dikeluarkan untuk bisnis itu.

"KETERLALUAN." Umpat pak Ridho.

Zaphira hanya terdiam, dengan sang mama dan kakaknya yang duduk bersebelahan dalam sidang keluarga itu.

"KAMU KENAPA MEMILIH PERGI? KENAPA KAMU TIDAK MAU IKUT DENGAN LELAKI PILIHAN PAPA ITU? KAN DIA ANAK YANG BAIK, ZAPHIRA!" tanya Pak Ridho.

Zaphira tersenyum sinis. "Baik? baik darimana yang memilih meninggalkan aku sendirian di tengah jalan?" tanya Zaphira.

Pak Ridho menggebrak meja. "MASIH BERANI MENJAWAB YA KAMU, EMANG YA TIDAK JAUH SEPERTI IBUNYA. SIFATNYA SAMA SAMA EGOIS."

Pria itu langsung pergi ke kamarnya untuk menenangkan diri, sementara Zaphira memilih pergi keluar untuk mencari ketenangan.

"Kenapa? KENAPA? semua orang nggak mengerti soal perasaanku? sementara mereka sangat ingin dimengerti sekali." Keluh Zaphira.

Tetesan air matanya sudah tak lagi bisa dibendung, cairan sebening mutiara itu pun membasahi pipi mungilnya bersamaan dengan rintik hujan yang mulai turun.

"Sampai juga." Ucap Layla yang turun dari motor.

Zafran melirik. "Dek, kakak pergi lagi ya!"

Layla membalas. "Mau kemana?" tanya Layla.

Zafran menjawab. "Ada urusan, bilang ke papa ya!"

Zafran kembali menancapkan gas motornya, lalu ia mencari Zaphira yang pergi dari rumahnya.

Zahra dan Ziva menghampiri Layla. "Zafran kemana lagi?" tanya Zahra.

Layla mengangkat bahunya. "Entahlah, urusan cowok kali. Paling dia ke tongkrongan."

Ziva terdiam. "Nggak aneh, namanya juga cowok. Udah ah ayo masuk, nggak bagus kita diluar rumah jam segini."

Layla mengangguk. "Iya."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 31 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Zafran & ZaphiraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang