Setelah baca, gambar bintangnya jangan dianggurin.
Biar ada manfaatnya, kalian perlu tekan gambar bintangnya, lalu ketik komentar positif.Dengan begitu kalian telah terverifikasi sebagai pembaca yang baik xixi
Gipipi kin biir simingit nilisnyi!
"Barang kali warna kita sama-sama jingga. Bedanya adalah kau fajar, sedangkan aku senja."
***
Beberapa jam telah berlalu sejak aku meninggalkan rumah untuk pergi liburan. Sekarang, aku sedang berada di teras Musala dekat pantai usai menunaikan salat ashar.
Aku senang, Theo menepati janjinya untuk membawaku berburu senja di Pantai Sanggar setelah seharian jalan-jalan keliling kota. Kami menghabiskan waktu yang cukup lama untuk ke tempat wisata, kulineran, dan sisanya adalah perjalanan menuju pantai.
Dengan perasaan membuncah, aku berlari ke arah Theo yang duduk di gazebo untuk menungguku selesai salat. Dia langsung berdiri begitu melihatku berlari ke arahnya.
"Udah salatnya? Kita cari tempat dulu, yuk, biar dapat spot yang bagus untuk lihat sunset."
"Let's go!"
Kami berjalan menyusuri pinggiran pantai dengan tanpa alas kaki. Ada rasa yang tak bisa kujelaskan. Entahlah, bersama laki-laki ini aku sangat bahagia. Dia selalu tahu cara untuk mengalihkan rasa sedihku, tanpa perlu mengadu. Theo mematahkan stigma bahwa laki-laki adalah makhluk paling tidak peka.
Lihat saja, dia rela meninggalkan kesibukannya demi menemaniku liburan. Tanganku tidak pernah lepas dari genggamannya. Kami naik ke tebing.
Saat matahari mulai tenggelam, Theo menarik tanganku untuk berdiri di sampingnya, lalu menyalakan kamera dan meletakkan ponselnya di dekat batu. Sejak di mobil tadi, dia memang sudah berencana untuk membuat konten kenang-kenangan untuk di posting di media sosialnya.
Aku tidak habis pikir dengan tingkahnya. Rasa-rasanya, media sosial miliknya lebih cocok disebut media sosial milikku karena lebih dari separuh isinya adalah foto dan videoku. Katanya, dia ingin menunjukkan pada semua orang bahwa aku adalah miliknya. Sepenuhnya. Tidak ada yang boleh mencuriku darinya. Haha, lucu, kan? Salting sedikit aja kok, sedikit. Sedikit brutal.
"Sayang, coba deh kamu berdiri di sebelah sana. Lalu, sini tangan kamu."
Aku berusaha mengikuti arahannya dengan baik. Kami mencoba berbagai pose dalam beberapa kali jepretan.
"Kenapa sih pacar aku cantik banget?" ucapnya seraya mencubit hidungku. Lalu, kembali memusatkan perhatiannya pada foto-foto kami.
"Cantik dong, pacar Theo ...."
Theo tertawa. Lesung pipinya yang terkena sorot senja menjadi lukisan paling indah yang pernah kutemui. Sangat manis.
Aku jatuh bersandar di bahunya. Menikmati saat siang berganti malam dengan perasaan damai.
"Sayang, aku tau ada yang lagi ganggu pikiran kamu. Aku nggak akan memaksa kamu buat cerita saat ini juga. Tapi, ketika kamu butuh aku, datanglah. Aku pastikan kamu aman bersamaku."
Lidahku kaku, pandanganku mengabur bersama rembulan yang beberapa detik lagi datang menggantikan peran matahari.
"Terima kasih." Hanya itu yang mampu terucap. Itu pun sudah menggambarkan betapa aku sangat bersyukur memiliki Theo.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dan, usai.
SpiritualDaily Writing Challenge NPC 2024 ________________________________ Kita berupaya, kita berdoa. Semoga kelak harapan terkabul bersama amin paling serius, bukan ikhlas paling serius. Hanaksara, 28 Januari 2024