***
One Half Year Ago
Kata orang kehidupan seorang anak perempuan dari keluarga kaya itu sangat menyenangkan. Bebas jika menginginkan sesuatu, selalu diprioritaskan oleh banyak orang terutama oleh orang tuanya, dan selalu menjadi pemeran utama bak putri kerajaan dalam setiap cerita. Kehidupan yang mulus, kisah cinta yang selalu berakhir bahagia dan sebagainya.
Itu semua kata orang-orang tentang Shani Indira Natio, satu-satunya pewaris Natio saat ini. Umurnya yang semakin matang tentu saja sudah dipersiapkan sebagai pewaris selanjutnya. Apalagi Papah-nya yang seharunya menjadi pewaris setelah kakeknya tiba-tiba menghilang meninggalkan semua kehidupan sempurnanya.
Masa depan yang cerah bagi Shani, Shani pikir juga seperti itu karena sekarang dia berada di posisi yang sangat dia dambakan. Karir dalam dunia entertainment-nya semakin meningkat dan ditambah sekarang dia berhasil bersama seseorang yang dia cintai.
Hari ini adalah puncak bahagianya karena pada akhirnya kakeknya menyetujui hubungannya dengan sang kekasih.
"Kak" Panggil Shani berdiri dari sofa sambil menyambut kedatangan seseorang yang dia tunggu dari semalam.
"I'm so sorry, I'm late!" Ujarnya sambil melepaskan tasnya membiarkan tas itu jatuh lalu menghampiri Shani.
Cup
Sebuah kecupan mendarat di bibir Shani, hanya kecupan dan dilanjutkan oleh pelukan mereka yang sangat erat.
"How was your flight?" Tanya Shani sambil menuntun kekasihnya untuk duduk bersamanya di sofa. Tak lama pelayanan menghampiri mereka bertanya ingin dibuatkan apa, hanya butuh 3 menit sampai akhirnya mereka berdua lagi di ruang tamu Vila yang sudah Shani sewa untuknya liburan bersama kekasihnya.
"So bad and tired!" Keluhnya sambil mengusap pundaknya yang terasa pegal "Tapi akhirnya sampai juga" Lanjut sambil tersenyum ke arah Shani.
Shani membalas senyumannya, dia tak mengeluarkan kata-kata lagi hanya memandangi kekasihnya itu dengan lekat. Ada sebuah kebahagiaan yang terpancar jelas dari wajah Shani.
"Why do you smile like that, han?" Tanya sambil tertawa kecil.
Shani menggelengkan kepalanya, lalu dia membenarkan posisi duduknya untuk bisa bersandar ke punggung Sofa. Dia menyandarkan juga kepalanya, lalu tak lama menatap ke arahnya lagi.
"Finally, we did it!"
"Yeah, I know we can. But, apa yang buat Kakek mu pada akhirnya menyetujui kita?" Tanyanya.
Shani mengangkat bahunya, "I have no idea, yang terpenting sekarang tidak ada yang harus dikhawatirkan lagi" Ujar Shani.
Mereka berdua kini saling berpandangan satu sama lain, senyuman sekalipun tak luntur dari keduanya. Apalagi Shani yang setiap detiknya menunggu berada di moment ini, moment dimana dia bisa bersamanya tanpa kekhawatiran apapun, tanpa ancaman, dan tentunya tanpa rasa bersalah karena menentang sang kakek.
"Ekhm!" Deheman terdengar memutuskan pandangan mereka dan menatap pelayan yang sudah berdiri di depan mereka dengan nampan berisi pesanan mereka.
Pelayan itu tampak canggung sekali, apalagi dia agak sedikit bergetar memindahkan dua gelas berisi jus dari nampan ke meja.
"So Shan, kayanya aku mandi dulu deh. Rasanya lengket banget"
Pandangannya Shani teralih dari pelayan ke arah kekasihnya. Shani mengangguk setuju, "Tolong antarkan dia ke kamarnya!" Minta Shani ke pelayan itu.
"Baik nona!" Ujar pelayan itu.
Kembali ke Shani, dia memandang lagi kekasihnya yang masih berdiri di depannya dan berpamitan untuk ke kamarnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Different World
FanfictionGita Sekar, mahasiswa sastra Inggris semester akhir yang sedang disibukkan dan dipusingkan dengan skripnya, tetap mencoba waras dengan melampiaskan rasa lelah dan stressnya pada mainan. Gita yang memang sedari dulu suka sekali mainan dan punya kein...