Suasana dikamar Digo saat ini sungguh mencekam, tidak ada satupun suara yang keluar dari mereka yang ada disana
Keringat dingin keluar dari dahi Ronald ketika merasakan tatapan tajam dari Demon kepadanya. Ronald serasa akan dihujani banyak peluru yang siap menembus badannya ketika Demon berkedip
Ditengah kepanikan yang melanda Ronald matanya bergulir melihat Digo yang membuatnya ingin sekali mengumpati anak itu yang ini tengah cekikikan menahan tawanya kecil
"mampus hihii seru nih kalau baku hantam disini" batin Digo senang
"daddy ayo, kapan kita berangkatnyaaa??" suara mendayu manja dari Digo memecah keheningan
Pertanyaan itu langsung membuat Ronald menatap tajam pada Digo, bisa-bisanya anak itu memanggilnya 'daddy' didepan Demon apakah Digo berharap dirinya mati detik ini juga
Sedangkan Demon yang mendengarnya semakin mengeraskan rahangnya, apa tadi dia dengar 'daddy' bahkan Digo memanggilnya papa yang notabene nya papa kandungnya bisa dihitung jari
"kau! Pergi dari mansionku!" ucapnya dingin sembari menunjuk Ronald tidak lupa dengan pandangan menghunus pada Ronald
Ronald meneguk ludahnya kasar dan menatap Demon takut-takut, tidak lupa dia perlahan turun dari ranjang Digo tapi dia kembali terkejut dengan Digo yang ikut turun dan mengampirinya menggandeng tangannya
"aku meminta Ronald yang pergi bukan kau Digo!" ucap Demon kembali
Digo memutar bola matanya malas menatap Demon dan mendengus pelan
"daddy ini daddynya Digo sekarang jadi Digo harus ikut, om gak usah ngatur-ngatur deh" jelas Digo yang semakin membuat suasana kembali mencekam
Dengan kasar Demon menarik tangan Digo untuk mendekat kearahnya membuat Ronald ikut tertarik karena tangan Digo masih kuat menggenggam tangan Ronald
"arghh/ahh" pekik Digo dan Ronald bersamaan
Cklek!
Pintu kamar Digo terbuka membuat atensi ketiganya beralih kearah pintu masuk yang menampilkan Jegar dengan busana santainya yang tampak sangat tampan
"kenapa?" Tanya Jegar menatap aneh dan bingung kenapa mereka saling bergandengan seperti itu
"om, periksa Jevan" ucapan Jegar membuat Digo mencengkeram tangan Ronald semakin kuat
Ronald yang menyadarinya kemudian berjongkok menyamakan tinggi pada Digo
Membawa tangan Digo untuk diusap pelan, mata Digo bergerak gelisah dan panik dapat Ronald rasakan telapak tangan Digo mulai basah. Digo mengalami serangan panik
"Digo... hey! Tatap om sebentar" tangan Ronald membawa dagu Digo untuk menatapnya
Digo menatap Ronald dengan mata yang sudah berkaca-kaca, dapat Digo lihat senyum lembut Ronald didepannya
"Tarik napas perlahan, it's okay relax" ucapnya menenangkan Digo
Napas Digo sudah tidak seberat tadi, pegangannya pada Ronald juga sudah mengendur. Digo sudah mulai tenang
"kamu bersama papa dulu okey, om hanya sebentar nanti om balik lagi"
"nanti aku jelaskan" ucapnya pada Demon dan kemudian keluar mengikuti Jegar
Melihat keterdiaman Digo dengan tatapan kosongnya, segera dia mengambil Digo dalam gendongan koalanya. Demon melangkah mendudukan diri diranjang dan bersandar pada kepala ranjang dengan Digo yang berada dipangkuannya
Digo menyembunyikan wajahnya pada dada bidang Demon, dia masih kaget ketika memori bagaimana abang keduanya menyayat badannya tanpa ampun
Demon merasakan tubuh Digo yang bergetar semakin mengeratkan pelukannya, mengelus pelan punggung Digo
KAMU SEDANG MEMBACA
Jheesar Digo Avalon
Random"gw udah bilang gw gak punya keluarga, keluarga gw udah mati!!" teriak Digo kepada orang-orang asing dihadapannya "ahh sepertinya kamu lebih suka dengan cara kasar.." ucap Demon dengan tatapan remeh pada putra bungsunya -------- "anj ganas banget tu...