Cheers 5

1.3K 212 22
                                    

3 Januari 2024

🌸

Sasuke tiba di apartemen sewaannya. Ia langsung merapikan barang bawaanya. Setelah itu ia bebersih dan berbaring di ranjangnya. Perjalanan dari Tokyo ke Hokkaido memakan waktu hampir dua jam. Kemudian lanjut dengan menaiki mobil untuk sampai di apartemen ini. Besok pagi ia juga harus langsung menghadiri penyambutan anggota baru di kantor kepolisian Sopparo.

Sasuke memilih menyewa apartemen yang tidak jauh dari kantor polisi. Shikamaru dan Kiba juga berada di gedung apartemen yang sama dengannya. Hanya berbeda lantai saja.
Mereka berpisah di lift tadi.

Karena tidak tahu harus berbuat apa, Sasuke keluar dari apartemennya. Berjalan-jalan di sekitar gedung apartemen. Untuk melihat lokasi supermarket, apotik dan tempat bersantai. Bagaimanapun juga ia harus cepat menghapal lokasi-lokasi di dekat apartemen.

Sasuke berakhir di sebuah toko kue. Toko itu bernama Blossom Cherry, membuat Sasuke langsung mengingat Sakura dan masuk ke dalam toko itu. Ia pesan sepotong kue dan segelas americcano. Ia ambil tempat duduk di dekat jendela sambil membawa pesanananya.

Sasuke memperhatikan lalu lintas dan pejalan kaki. Daerah Hokkaido memiliki suhu udara yang cukup rendah, sehingga di sore-sore hari seperti ini udara terasa sejuk. Sasuke meneguk americcanonya.

"Hai Temari-san."

"Oh hai Lee."

"Bagaimana kabar Haruno-san?"

Mendengarnya Sasuke memfokuskan perhatiannya pada pelanggan dan pelayan toko kue ini.

"Seperti biasa, belum ada perkembangan," jawab pegawai perempuan bernama Temari itu lesu.

"Tapi Haruno-san sudah melewati masa kritis kan?"

"Ya dokter bilang seperti itu. Hanya tinggal menunggu dia sadar."

"Aku harap nanti Haruno-san dapat tabah mendengar kabar tentang paman Kizashi," harap Lee.

Mendengar nama Kizashi, Sasuke langsung berdiri dan berjalan ke arah meja kasir itu. Kehadirannya membuat dua manusia itu kebingungan.

"Haruno Kizashi, kalian mengenalnya?" Tanya Sasuke langsung.

Temari dan Lee saling tatap. Temari berdehem.

"Tuan, anda mencari tuan Haruno Kizashi?"

Sasuke langsung mengangguk. Perempuan di depannya terlihat ragu.

"Apa hubunganmu dengan tuan Kizashi?"

"Aku perlu bicara dengannya untuk beberapa hal," jawab Sasuke cepat.

Temari mengerutkan kening. Tidak percaya. Pasalnya cukup sering orang asing mengaku mengenal tuan Kizashi dan mengaku pernah meminjamkan uang pada tuan Kizashi. Padahal ketika diperiksa dalam catatan keuangan yang dititipkan padanya, tuan Kizashi tidak pernah berhutang pada siapapun.

"Maafkan kami tuan, Haruno Kizashi sudah lama meninggal. Jika ada yang perlu dibicarakan, kau dapat berbicara dengan anaknya saja," balas Temari. Ia menggigit bibirnya resah. Sasuke tersentak mendengarnya.

"Sakura," gumam Sasuke menarik perhatian Lee dan Temari.

"Anda mengenal Sakura-san?" Tanya Lee. Sasuke mengangguk.

"Bisa aku bertemu dengannya?" Sasuke sudah tidak sabar bertemu dengan perempuan itu. Akhirnya setelah penantian lebih dari sepuluh tahun. Sasuke akan kembali bertemu dengan Sakuranya.

"Maaf tuan, saat ini Sakura sedang dirawat di rumah sakit. Anda mungkin perlu waktu untuk bertemu dengannya."

~Cheers~

Sasuke dapat merasakan kedua kakinya kehilangan tenaga untuk kedua kalinya hari ini. Tadi saat ia mendengar kabar buruk tentang ayah Sakura dan kabar gadis itu. Sekarang ketika ia melihat Sakura. Gadis itu tertidur di brankar rumah sakit dengan beberapa alat yang menyatu dengan tubuhnya. Beberapa kantung obat yang tidak Sasuke ketahui namanya di samping infus gadis itu.

Sasuke jatuh berlutut di depan ruangan Sakura. Membuat Temari yang menemaninya terpekik kecil.

"Tuan?" Panggil Temari.

Sasuke mengangkat tangan kirinya. Meminta Temari untuk tidak mengajaknya berbicara terlebih dahulu. Ia sedang mencoba mengontrol pernapasannya sekarang. Dadanya begitu sesak.

"Sejak kapan? Sejak kapan Sakura seperti ini?" Suara Sasuke parau. Ia masih berlutut dengan pandangan menuju keramik lantai rumah sakit.

"Sudah setahun sejak kecelakaan yang ia alami. Sakura tidak tahu tentang kepergian ayahnya."

"Sakura sudah melewati masa kritis, aku harap dia segera sadar," sambung Temari.

Sasuke berdiri. Ia menoleh dengan mata memerah pada Temari.

"Aku akan masuk sebentar," izinnya. Temari mengangguk, menyerahkan sebuah masker pada Sasuke. Laki-laki itu menerimanya dan masuk ke dalam ruang inap Sakura.

Sasuke membuka pintu ruang rawat inap Sakura, ia berjalan masuk hingga berdiri di samping kanan gadis itu.  Sasuke memandangi eksitensi Sakura yang sedang berbaring. Perlahan, Sasuke mengulurkan tangannya. Mengambil tangan kanan gadis itu. Dapat ia rasakan, tangan itu terlalu kecil untuk ukuran orang dewasa.

"Sakura.." lirihnya.

Sasuke kembali berlutut. Kedua sikunya bertumpu di tepi brankar.

"Sakura.." panggilnya.

"Maafkan aku Sakura.."

"Maaf.."

Sasuke terus mengulangi kalimat yang sama. Kedua tangannya menggenggam lembut tangan Sakura. Kecil sekali.

Ia kembali merutuki kebodohannya. Andai saja ia tidak mengatakan sesuatu yang buruk pada Sakura. Andai saja ia segera menemui Sakura saat itu. Andai saja ia lebih berani meminta bantuan papanya. Pasti Sakura tidak mengalami ini semua. Sakura tidak akan lagi merasakan kesedihan. Ayah Sakura juga pasti masih hidup, jika saja ia lebih tegas dengan sikapnya.

"Maafkan aku Sakura.."

Genggaman tangan itu Sasuke bawa ke dahinya. Ia berdo'a, semoga Tuhan memberikan keajaiban untuk Sakura. Ia berdo'a semoga saja Sakura mau memaafkan kesalahannya selama ini. Kesalahannya yang terlambat menemui gadis Haruno itu.

Sasuke berdiri dengan bertumpu pada tepian brankar. Ia buka kalung yang ia gunakan. Kalung dengan bandul cincin itu ia pasangkan pada Sakura dengan perlahan. Tangannya bergetar. Seharusnya bukan seperti ini.

Setelah selesai memasangkan kalung itu. Sasuke kecup penuh kasih sayang dahi Sakura. Hatinya teriris melihat keadaan gadis itu. Sudah satu tahun Sakura terbaring, dan ia hanya mendapatkan nutrisi dari cairan-cairan yang Sasuke tidak tahu namanya. Sasuke yakin, pada masa kritisnya, lebih banyak alat yang dipasangkan pada tubuh Sakura daripada sekarang.

Air mata Sasuke kembali jatuh. Ia merendahkan tubuhnya lagi. "Sakura," bisiknya pada telinga gadis itu.

Sasuke ingin memeluk Sakura, tapi tidak tega dengan keadaan tubuh Sakura. Takut pelukannya akan terlalu erat akibat rindu yang sudah ia tahan lebih dari sepuluh tahun ini. Sasuke tidak ingin menyakiti Sakura lagi. Ia hanya ingin hidup bersama Sakura sampai menutup usia.

🌸

Publish: 25 Februari 2024

Next chapter 70 vote yaa..

Cheers [SasuSaku]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang