𝑃𝑎𝑟𝑡 03: 𝑆𝑢𝑟𝑎𝑡 𝐷𝑎𝑟𝑖 𝐿𝑒𝑡𝑛𝑎𝑛 𝐽𝑒

5.1K 681 187
                                    

Sebetulnya nama 'Batavia' sudah diganti tahun 1942 menjadi Jakarta Tokubetsu Shi oleh pihak Jepang, tapi mom tetap pakai Batavia supaya membawa kesan kental suasananya ^^

*Mom tak sangka banyak yang suka ceritanya, jadi mom lebih effort lagi menulisnya
*Agak panjang
*Jika ada typo beritahu lewat komentar ya

_Letnan. J_

Letnan Jendara Aditthaya

Letnan Jendara Aditthaya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Taeyong kini terdiam seorang diri di atas rerumputan halaman rumah yang dihiasi tanaman bunga mawar kesayangannya dan mbah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Taeyong kini terdiam seorang diri di atas rerumputan halaman rumah yang dihiasi tanaman bunga mawar kesayangannya dan mbah. Helaian rambut pirangnya disapu lembut oleh angin siang itu, saat perlahan ia mengelus bibirnya.

Kejadian semalam masih terekam jelas di ingatan Tara. Ciuman bibir pertamanya, dari Je.

Taeyong menunduk, mengelus sebentar pahanya dengan tatapan sendu. Di belakangnya ada mbah yang datang membawakan ia secangkir teh, lengkap dengan biskuit kesukaannya.

"Mikir opo toh, cah ayu?" Tanya mbah tersenyum ramah, menaruh nampan tersebut diatas sebuah meja bundar yang sengaja diletakan tukang kebun mereka di sini.

Tara ingin berjemur katanya, panas setelah hujan pagi tadi membuatnya ingin menikmati hangatnya mentari.

"Mbah lihat ya semalam?" Tanya Taeyong pelan dibalas anggukan dan senyuman oleh mbah.

"Mbah lihat." Ucap mbah.

Tatapan Taeyong kembali sendu, "Je belum tau siapa I sebenarnya.." Lirihnya pelan.

Mbah tertegun, kemudian kembali tersenyum. "Ndak apa tuan, Je pasti paham."

"Tidak akan, mbah." Taeyong mengelus cangkir tehnya, "Papi memalsukan data kelahiran I, I bukan anak Nyai Julian seprlti yang orlang Batavia tau. I harusnya ikut menderlita di tahun 1942 lalu dan.. semestinya I tidak di sini."

"Tuan, papi memalsukan data tesebut demi keselamatan tuan. Bertahanlah dahulu." Bujuk mbah membuat kepala Tara semakin tertunduk, "Tuan ndak akan ditangkap, percaya pada mbah."

Letnan. J. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang