Bab 10

586 13 3
                                    

Sebelum baca Vote dulu yach.



***

Sudah 1 bulan yang lalu Doni belum juga ditemukan, bahkan polisi saja sampai menyerah dan hanya menyatakan bahwa kemungkinan Doni hilang karena tubuhnya hanyut dan tenggelam. Kini keluarga dari Doni hanya bisa pasrah, dan hanya bisa berdoa agar tubuh anaknya cepat ditemukan. Dan 2 hari lagi keluarga Doni akan mengadakan pemakaman karena memang sudah waktunya untuk mengikhlaskan Doni yang sampai sekarang belum ditemukan dan diyakini nyawanya sudah tak tertolong.

Keluarga Doni mengundang kerabat terdekat dan teman- teman Doni untuk ikut melakukan pemakaman yang layak untuk anaknya itu. Tentunya Alan mendengar hal itu, ia juga diundang dan akan datang. Alan melihat sekeliling kelasnya yang tampak hening, hanya suara dosen saja yang sedang membaca materi. Sekelebat bayangan baru saja mengintip dari luar pintu, sepertinya ada orang yang baru saja mengintip. Awalnya Alan nampak biasa saja namun entah mengapa ia merasa tidak asing dengan mata yang ia lihat walaupun hanya sekilas itu.

***


Kini Vivian sedang merasa tidak enak badan karena kemarin ia hujan-hujanan saat pulang  sekolah bersama Naya, tadi pagi ia hanya merasa pusing dan masih bisa melakukan aktivitas. Tapi saat sudah sampai sekolah ia malah merasa sangat pusing dan juga suhu badannya meningkat, sekarang ia hanya bisa berbaring di UKS.

Rasa sakit di kepalanya bertambah saat memikirkan mata pelajaran hari ini, seharusnya hari ini adalah penyampaian materi untuk ujian. Sayang sekali Vivian tidak bisa masuk. Ia memilih memejamkan matanya dengan tubuhnya yang terasa sangat lemas. Di jam istirahat ia dijemput oleh Ayahnya, kebetulan Ayahnya juga sedang menginap di rumahnya beberapa hari ini.

Juan segera membawa pulang putrinya karena Vivian yang tampak pucat. Saat sampai di rumah Vivian langsung beristirahat di kamarnya tanpa ada yang mengganggunya, sebenarnya Alan beberapa kali menghubunginya tapi Vivian tak mendengar suara dering ponselnya karena ponselnya masih didalam tas sekolahnya.

**

Vivian terbangun dan melihat kearah jam yang menunjukkan pukul 2 siang, ia berusaha untuk duduk lalu meminum air yang ada di meja nakasnya. Kepalanya masih terasa berat hingga ia enggan beranjak dari ranjang, namun ia harus mengganti bajunya karena sudah berkeringat sangat banyak dan kurang nyaman. Ia mengganti seragamnya dengan baju hariannya lalu ia duduk di tepi ranjang.

Ceklek

Vivian menoleh kearah pintu kamarnya yang terbuka. Ia tersenyum melihat Mikha yang juga tersenyum kearah nya.

"Udah mendingan sayang?" Tanya Mikha sambil mengusap punggung Anaknya tirinya dengan lembut.

Vivian hanya mengangguk, lalu merebahkan tubuhnya lagi. Ia meminta pelukan dari Mikha, yang disambut pelukan hangat Mikha yang terasa sangat menenangkan. Setelah pelukan mereka terlepas, Mikha mengecek suhu badan Vivian dengan menempelkan tangannya pada dahi dan pipi Vivian. Ia juga membawakan obat pereda demam.

***

Keesokan paginya Vivian sudah tidak merasa pusing, badannya juga sudah terasa enteng dan suhu badannya juga sudah turun. Setelah mandi ia turun kebawah mendapati Juan, Mikha, Lisa dan Bayu yang sudah duduk di meja makan ,Vivian ikut duduk disamping Susan.

"Sarapan ya," Kata Mikha sambil mengambilkan nasi untuk Vivian.

"Kamu Ujiannya kapan?" Tanya Susan.

"Sekitar dua bulan lagi sih Oma," Jawab Vivian santai.

"Udah nentuin mau kuliah dimana?" Tanya Susan lagi membuat Vivian diam, ia masih bimbang ingin menjawab pertanyaan dari Susan.

"Aku gak mau kuliah, Oma, Pa, Ma," Jelas Vivian dengan nada yang tampak ragu.

Semua orang nampak terkejut mendengar ucapan Vivian barusan.

"Kenapa?" Tanya Juan.

"Aku capek Pa, Aku tuh gak pinter-pinter banget. Aku waktu lihat Kak Alan kuliah tuh kaya capek banget gitu," Ungkap Vivian menjawab Ayahnya.

"Sayang, kamu harus tetep semangat dong masa gitu aja nyerah." Ucap Mikha sambil mengelus punggung Vivian.

"Enggak ah, nanti kalo Kak Alan udah Lulus aku mau langsung minta dinikahin aja." Ucap Vivian dengan yakin.

"Astaga Anak ini,"  Ucap Susan sambil menggelengkan kepalanya, lelah dengan pemikiran cucunya.

"Emang Alan mau?" Lontar Juan.

"Ya kalo gak mau paksa lah sampe mau." Sahut Vivian dengan nada yakin.

Semua orang yang mendengarnya menggelengkan kepala termasuk Bayu. Vivian memang tipe anak yang terlalu cepat menyerah walaupun belum mencobanya, ia terlalu memikirkan kegagalan.

Vivian menyuapkan sesendok nasi kedalam mulutnya, ia masih merasa lapar karena kemarin hanya makan sedikit karena ia sakit jadi hari ini ia akan makan banyak untuk mengembalikan stamina tubuhnya. Ia juga sudah berbicara lewat telepon dengan Alan bahwa hari ini ia tidak sekolah jadi pacarnya itu tidak perlu menjemputnya. Ia juga bilang kepada Alan bahwa kemarin ia tidak sempat memegang ponselnya jadi ia tidak mendengar ada panggilan masuk.

***


Disisi lain Alan menatap tajam kearah foto yang ia pegang, terlihat dalam foto itu ada tiga lelaki yang masih menggunakan seragam SMA-nya berfoto dengan senyum yang merekah di bibir mereka bertiga. Satu diantara mereka adalah Alan, ia terfokus pada orang yang berada ditengah dengan pose dua jari. Salah satu teman SMA-nya yang entah dimana keberadaannya, Alan teringat pada temannya itu setelah ia melihat sorot mata yang mengintip saat kelas kemarin.

Ia tersenyum, entah mengapa perasaannya campur aduk. Ada rasa kegelisahan namun ada juga rasa kesenangan karena ia mendapat mangsa baru, namun apa yang membuatnya merasa gelisah? Senyum Alan memudar saat ia teringat Vivian, bagaimana jika orang itu mendekati Vivian dan memberitahukan kebenaran itu? Namun Alan menepis pikirannya itu. Sejak kapan dirinya merasa terbebani seperti ini memikirkan hal yang belum tentu terjadi.

Dreett drett

Ponsel Alan bergetar menandakan ada panggilan masuk, ia mendekat dan membaca nama yang tertera pada layar ponselnya. Alan mengerutkan keningnya karena mendapat telepon dari Aldi-teman kampusnya. Ia mengangkat panggilan itu lalu menempelkan ponselnya pada telinga.

"Kenapa Lo-"

"Tubuh Doni ketemu!"

***

Hai gayss, sampai sini apa kalian masih suka? Mungkin ceritanya bertele-tele tapi semoga kalian suka.

Jangan lupa vote ya, kalau bisa follow akun author juga.

Thanks udah baca


The DevilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang