Bab 14

279 13 5
                                    

WARNING!!

ADEGAN DEWASA

***

Vivian mendapat pesan lagi dari Alfa, namun kali ini ia enggan membacanya ia memilih mendiamkan pesan itu tanpa membacanya, ia menonton tv sembari menunggu Alan yang akan datang. Ia meminta pacarnya itu untuk menemaninya karena sang nenek sedang diajak ke acara nikahan bersama ayahnya. Ia memilih tak ikut karena takut akan bosan. Beberapa pesan kembali Vivian terima, ia masih enggan menyentuh ponselnya, namun lama kelamaan ia jadi merasa ingin tahu apa yang kali ini Alfa kirimkan.

Vivian mulai membuka ponselnya, ia kembali terkejut membaca pesan yang di kirimkan Alfa.

@ Al.toH
Kalo lo gak percaya gue bisa buktiin
Dia itu pembunuh yang polisi cari
Kalo lo mau tau faktanya temuin gue
Jangan kasih tau Alan
Kalo dia tau gue bakalan mati

Vivian menggigit jari jempolnya, ia agak takut membaca pesan tersebut. Sebegitu inginnya Alfa memberitahu bahwa Alan adalah pembunuh, namun Vivian masih enggan mempercayainya karena memang ia belum mendapat bukti apalagi ia tidak pernah mendengar Alan sebagai target polisi. Ia masih percaya dengan pacarnya daripada orang lain, apalagi saat melihat Alan sepertinya ia orang yang baik tidak mungkin berbuat seperti itu kepada temannya sendiri. Lagi pula ia belum mengetahui kebenaran apakah Ken benar sudah meninggal atau belum karena memang tidak ada kabar yang memberitakan tentang Ken.

Vivian beranjak dari duduknya, ia membuka pintu kala mendengar suara mobil Alan. Saat melihat sang pujaan hati dengan bahagia Vivian memeluk Alan yang baru saja datang lalu mereka duduk di sofa.

"Kak Aku mau ngasih tahu sesuatu," ucap Vivian lalu berlari mengambil ponselnya. Ia berencana memberitahu Alan tentang pesan yang di kirim oleh Alfa. Saat sedang berjalan menuju tempat Alan duduk beberapa pesan kembali ia terima.

@ Al.toH
Kalo lo butuh bukti temuin gue
Korbannya bukan Cuma satu
Bahkan bisa gue atau lo yang jadi korban selanjutnya

Melihat kata bukti Vivian sedikit tertarik apalagi Alfa sudah mengatakan kata itu lebih dari satu kali, ia mengurungkan niatnya untuk memberitahu Alan. Ia kembali berjalan menuju sofa, ia memberitahu Alan tentang novel yang baru saja terbit yang di tulis oleh penulis favoritnya dan untungnya Alan percaya percaya saha tanpa menaruh curiga.

"Kamu minta ditemenin mau di rumah aja apa mau jalan-jalan?" tanya Alan sambil memeluk Vivian.

"Dirumah aja mungkin, Kak Alan kan cape belum mandi juga." Jawab Vivian sambil membalas pelukan Alan.

"Kalo mau keluar gapapa sayang,"
Vivian menggelengkan kepalanya, lalu mencium pipi Alan lembut kemudian melepaskan pelukannya. Ia bangkit dari duduknya ingin ke dapur membuatkan Alan minum dan membawakan camilan. Alan memeluk Vivian yang sedang membuatkannya minuman, sontak Vivian terkejut dan melepaskan pelukan Alan. Ia memberitahu Alan jika ada CCTV, ia takut jika ayahnya melihatnya ia pasti akan di marahi karena bermesraan di rumah. Sedangkan Alan hanya tersenyum sesekali menggoda akan memeluknya lagi.

"Yang gak ada CCTV-nya dimana sayang? Biar kita bisa ciuman." Goda Alan membuat Vivian merinding sekaligus geli, apalagi raut wajah Alan yang dibuat-buat.

"Kak! Jangan aneh-aneh!"

"Tapi aku pingin," Alan menarik tangan Vivian masuk ke dalam kamar.

Vivian terkejut bukan main, ia ingin segera keluar dari kamarnya namun dihentikan oleh Alan.

"Disini gak ada cctv kan?" ucap Alan lalu duduk di kasur empuk milik Vivian. Ia meminta Vivian duduk di sampingnya, dan Vivian tanpa ragu menuruti perkataan Alan.

The DevilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang