Chapter 4

3.2K 227 6
                                    


-Reino

Tidak lama lagi kami akan menanggalkan seragam putih abu-abu ini. Sudah dua bulan ini aku dan Vinchen sama-sama sibuk dengan berbagai macam persiapan untuk menghadapi UAN. Bahkan di sekolah kami berdua jarang bertemu selama dua bulan ini.

Sudah satu setengah tahun aku dan Vinchen melewati masa pacaran di SMA tercinta ini. Aku hanya mengenal satu kata saat bersamanya 'Bahagia'. Dia memperlakukan aku seperti seorang perempuan. Tapi aku menyukainya. Setiap hari dia mengantar jemputku ke sekolah. Dia melarang ku untuk sarapan di rumah, karena dia setiap pagi membuatkan ku bekal untuk sarapan. Aku gak tahu dia belajar dari mana soal itu.Hehe Dia juga selalu memberikan mawar merah setiap kali kami pergi berkencan. Awalnya aku marah dia memberiku bunga seperti aku ini anak perempuan. Tetapi kelamaan aku akan marah kalau dia lupa membawakan aku mawar merah saat kami berdua berkencan. Sekarang memberikan mawar merah menjadi hal yang wajib untuk syarat kami berkencan.

Saat ulang tahunku yang ke 17, Vinchen datang kerumahku tengah malam.Tepat jam 12 malam dia menelponku untuk membuka jendela. Aku melihat Vinchen disana membawa puluhan balon yang di ikat di belakang motornya, dan dia membawa banyak sekali mawar merah di tangannya. Tidak lama dari itu, pintu kamarku terbuka. Teman-temanku, Kak Raya, kak Ibin bahkan bang Mario masuk ke dalam kamar membawa kue ulang tahun.

Kemudian jantungku nyaris copot, saat Vinchen masuk membawa bunga mawar yang banyak itu, dia mengucapkan selamat ulang tahun dan mencium keningku. Deg, hening seketika sampai kak Raya menghampiri dan mencubit-cubit Vinchen dengan gemas. Kak Raya berfikir Vinchen iseng bersikap begitu kepadaku. Lalu mereka semua tertawa menanggapi kegilaan mahkluk beleguk satu itu!

Vinchen membawaku dengan balon yang masih terikat di motornya. Aku berfikir dia akan mengajakku ke tempat yang romantis. Gak tahunya dia ngajak aku ke sekolahan! Ternyata balon itu untuk menghias kelasku, untuk memberikan kejutan padaku! Beleguk ya nih orang, masa mau ngasih kejutan, yang di kasih kejutan di suruh bantuin dekorasi.

"Biar cepat selesai Rein.." Jawabnya santai waktu aku ngomel-ngomel sama dia. Dan jadilah sampai jam 3 subuh kami berdua di bantu kak Ibin dan Rifan menghias kelas. Ini gak akan jadi kejutan lagi untukku. (-_-)

Paginya aku kesekolah dengan mengantuk dan lemas aku masuk ke dalam kelas. Sepi... Pada kemana ya? Aku mengitari ruangan kelas yang sudah kami dekorasi semalam. Aku tersenyum sendiri, geli plus bahagia. Tapi sudah hampir jam masuk pelajaran, belum ada satupun temanku yang masuk kelas. Belum selesai pertanyaanku tentang kemana perginya anak-anak di kelasku. Satu-satu anak di kelasku masuk dan setiap orang memberikan satu tangkai mawar merah untukku dan memberi selamat. Aku masih berfikir 'mau di apain semua bunga mawar ini?' lalu teman sekelasku yang terakhir memberikan mawar merah, menyuruhku melihat ke luar jendela. Aku pun langsung melihat ke luar jendela yang memang berada di samping bangku ku.

Vinchen berdiri disana di tengah lapangan membawa gerombolan balon dengan kertas besar yang di ikat di bawah balon yang bertuliskan 'Happy Birthday my love, Reino Gunawan'. Lalu balon itu di terbangkannya, dan aku yakin banget satu sekolah bisa melihat tulisan itu! Aku langsung keluar kelas dan marah-marah sama dia(pura-pura). Aku gak mau anak-anak satu sekolah curiga! Jadi biar mereka menganggap ini hanya kejahilan Vinchen. Padahal mah aku bahagia banget tak terhingga. Mawar merah itu berterbaran di ranjangku, menjadi saksi malam pertama kami berdua.

Aku juga masih ingat bagaimana aku menghindari Vinchen selama dua hari setelah firstkiss kami, aku gak berani bertemu dia karena masih malu dengan kejadian yang gak di sengaja itu. Hari kedua aku menghindarinya, Vinchen menunggu di depan kelasku saat bel pulang sekolah. Tanpa ba bi bu, Vinchen menarikku memaksa aku ikut bersamanya.

"Kenapa Rein menghindar dari Vinvin? Rein nyesel ciuman sama Vinvin?" Tanya Vinchen saat dia berhasil membawaku ke rumahnya. Ada nada kekecewaan dari kata-katanya saat itu. Aku masih menunduk menyembunyikan rona merah di pipiku.

CLBK [Cinta Lama Belum Kelar]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang