Teng teng teng !!!
Alisa tersenyum lega kala kakinya berhasil melewati gerbang sekolah yang nyaris ditutup.
"Terima kasih, Pak". Senyumnya sembari sedikit menganggukkan kepala kepada satpam sekolah."Silakan silakan". Balas pak satpam tersenyum ramah.
Alisa segera melangkah ke pusat kerumunan yang tak lain adalah lapangan sekolah.
Di sana terlihat semua siswa berbaris, mulai dari siswa SMP sampai SMA, keduanya memang merupakan berada dalam satu yayasan.
Alisa tau di mana ia harus berjalan, yaitu ke bagian sebelah kanan lapangan, karena sebelah kiri lapangan telah berkerumun siswa SMP. Namun ia tak yakin di barisan mana ia harus berdiri."Hai, siswa baru ya?"
Seorang siswa laki-laki berjalan mensejajarinya."Aku Denis, kelas X. Kamu juga kan?"
Ucapnya seraya menyodorkan tangannya."Alisa" jawabnya singkat menjabat tangan Denis.
Denis tersenyum, "irit kali ah. Aku tau kamu tadi datang dengan siapa".
Alisa tersentak seraya membulatkan matanya.
"Tenang, aku enggak ember". Lanjut Denis sambil melakukan gerakan seperti mengunci mulutnya dan berpura-pura membuang kuncinya sembari tersenyum.
"Tapi..."
"Dahlah... Jangan dipikirin". Denis mendorong Alisa kearah beberapa siswa yang menatap kedatangan mereka dengan penuh tanda tanya.
"Kenalin ini Alisa, siswi baru""Waaahh gercep juga ya lo"
"Kebetulan sampek bareng eh. Alisa, ini Dion. Satu angkatan sama kita. Semoga kita sekelas juga ya. Hehee" sambungnya.
"Dion, biasa dipanggil ganteng", reflek tangan Denis menggeplak kepalanya.
"Alisa"
"Apaan sih Den, kan bener hahahaha"
"Haaaiii pagiiiii... Eh siapa ini?"
Seorang siswi mendatangi mereka."Anak baru, Din. Temenin yak. Ayo yon, kita ke sana"
Denis dan Dion melangkah ke barisan teman laki-laki mereka yang lain.
"Hai, aku Alisa".
"Panggil aku Dinda. Barusan banget ya datang?" Dinda melirik tas Alisa yang tersampir di bahunya.
"Iya eh, hampir terlambat. Untung pas banget"
"Gak papa... Pak Rahmat baik kok, lewat lima menit juga bakal tetep dibukain kok"
Dinda tersenyum sembari menggandeng tangan Alisa berjalan kearah barisan para siswi.***
"Arka, tolong antar Alisa ke kelasnya ya. Kelas X.2". Pak Bahri memanggil seorang siswa yang lewat di depan ruang guru.
"Siap, Pak".
"Silakan Alisa, Biar diantar Arka ke kelas. Mungkin kamu belum tahu di mana letak kelasmu". Sambung Pak Bahri sambil mempersilakan Alisa.
"Terima kasih, Pak". Alisa menganggukkan kepala sopan kepada guru olahraga tersebut.
"Oh kamu siswa baru yang diceritakan Denis tadi ya, kenalin aku Arka. Kakak kelas kamu, kelas XI".
"Iya, aku Alisa"
Mereka berjalan beriringan di koridor hingga melewati segerombolan siswa laki-laki di depan kelas. Alisa melihat menatap mereka dan pandangannya terkunci kepada salah satu dari mereka. "Cakep" batinnya.
"Heh Arka, ngapain jam segini keluyuran keluar kelas?" Salah satu dari mereka menghadang.
Arka tak menjawab dan hanya menunjuk Alisa dengan dagunya.
"Oh jadi penunjuk jalan nih ceritanya. Haaiii Alisa... Kenalkan kakak kelasmu yang paling ganteng, pinter, dan cukup terkenal ini. Rafael. Diingat-ingat yaaa Rafael" senyum jahil terbit darinya sembari mengulurkan tangan kepada Alisa.Alisa sedikit kaget, "kok kakak tau namaku?"
"Ya tau dong, Kak Rafael paling gercep kalau ada siswi baru apalagi cantik" sahut Arka sambil mencebik.
Plak.
"Aduh. Apaan sih kak"
"Tau juga lo kalau dia cantik, hahaha" Rafael kembali menggeplak bahu Arka.
"Ehm. Kalian buruan jalan, kelas sudah mau mulai"
Seseorang di belakang Rafael bersuara, yang sedari tadi memperhatikan Alisa.
"Ayo Alisa, nanti keburu guru mata pelajaran masuk. Permisi yaaa kak Rafael yang paling ganteng" Arka melirik Rafael sinis, "Kak Abi duluan ya"
Abi mengangguk.
"Silakan silakan... Alisa, kalau butuh bantuan tanya saja pada kakak ganteng ini ya" seru Rafael meski Alisa dan Arka sudah berjalan.
Alisa tersenyum sembari melirik Abi yang menatapnya dengan pandangan tidak santai.
"Terima kasih ya kak Arka, sudah mengantar ke kelas".
"Sama-sama. Langsung masuk aja ya, kamu sekelas sama Denis. Tenang saja, dia friendly dan bisa bantu kamu"
Alisa mengangguk dan menatap kepergian Arka.
Alisa mengetuk pintu kelas, ternyata guru mata pelajaran sudah datang. Beliau memperkenalkan Alisa sebagai siswi baru di semester ini. Benar, saat ini hari pertama semester 2 dimulai dan Alisa menjadi siswi pindahan. Saat memperkenalkan diri, Alisa hanya menyebutkan namanya sembari berdoa dalam hati semoga teman-temannya baik dan membuatnya nyaman bersekolah di sini.
Bu Arin mempersilakan Alisa untuk duduk di bangku yang kosong. Bersebelahan dengan seorang gadis yang menurut Alisa cantik. Dia tersenyum menyambut Alisa, didepannya duduk Dinda, gadis yang ditemuinya di lapangan tadi.
"Aku Tania"
Alisa menyambut uluran tangan teman barunya tersebut sembari tersenyum.
"Ternyata kita sekelas" Dinda membalik badannya tersenyum, Alisa membalasnya.
"Denis dan Dion juga di kelas ini, sudah kenal kan?" Tania bersuara.
Alisa mengernyit sambil mengedarkan pandangan dan menangkap kedua orang itu yang sedang melihatnya sambil menaikkan turunkan alisnya.
"Kok...?" Alisa hendak bersuara heran.
"Jangan heran, Denis mah gitu. Kalau ada berita terbaru pasti cepet tersebar kalau dia duluan yang tau" potong Dinda menjelaskan. "Emang ember tuh anak" bisik Dinda.
"Tapi gak papa kok, jangan khawatir" Tania menambahkan, menepuk pundak Alisa pelan.
Duh, katanya tadi bisa jaga rahasia, batin Alisa, gimana kalau nanti dia bilang-bilang soal.....
"Dinda, Tania, Alisa, ngobrolnya nanti lagi ya, kita lanjut belajar dulu" Bu Arin menginterupsi.
Dinda dengan siap siaga langsung menghadap depan, "siap Bu" ucapnya dengan gerakan hormat.
Tania terkikik melihat tingkah temannya tersebut.
***
_______________________________________
Kira-kira Alisa berangkat sekolah bareng siapa ya? 😊
numikho, 5 Februari 2024
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Maunya Kamu
Teen FictionAlisa menjadi siswi pindahan. Meski teman-teman barunya baik, masalah hidupnya serasa tak mau berhenti. Apa yang harus Alisa lakukan? Jujur dan malu, atau terus menyembunyikan dan menerima konsekuensinya?