Rasa

2 0 0
                                    

"Tolong dengarkan baik-baik ya, bagi yang nilainya dibawah 6 harap belajar kembali. Pak Bian minta ujian ulang"
Denis bersuara sembari mengibar-ngibarkan kertas yang ada ditangannya.

"Huuuuuu"

"Males banget ih"

"Yailaaahh enem udah bagus kaliii"

Beberapa siswa berseru-seru membuat suasana kelas gaduh.

"Tolong diam ya, selagi Denis masih sabar" lanjut Denis bersuara lagi yang diiringi decakan sebal dari teman-temannya.

"Radit tolong bantuin bagi kertasnya" Denis menyerahkan sebagian kertas ujian kearah Radit yang kebetulan baru masuk ke kelas dan melewatinya.

Radit menerimanya dengan terpaksa dan mulai membagikannya.

"Pak Bian tuh ya, paket komplit. Ganteng, pinter, tegas, berwibawa, tapi sayang... Galak".
Dinda mulai mengomel seketika melihat nilai di kertas ujiannya berangka 5.

"Yang penting ganteng kan Din..." Balas Tania tersenyum jahil.

"Dapet nilai berapa?" Dinda melongok ke kertas ujian Tania.

"Dikit lagi sih, tapi gak papa lah" Tania tersenyum.

"Dikit lagi apa? 9,5 ini loh. Ckckck Tania tania, pinter dipake sendiri".
Dinda memukul lengan Tania pelan dibalas kekehan Tania.

"Alisa berapa? Pasti gede juga. Aku kepoin medsos elo, pernah posting dapat juara debat bahasa Inggris ya di sekolah lama. Fasih juga kayaknya" timpal Dinda.

Alisa menyodorkan kertas ujiannya.

"Ih kepo banget jadi orang Lo Din" Denis tiba-tiba sudah berdiri disampingnya.

"Biarin kenapa ih. Alisa gak mau cerita-cerita sih tentang sekolahnya dulu. Eh whaatttt??? Seriusan ini sa? Serius nilai lo?" Dinda terperangah sembari menatap kertas tersebut tak percaya.

Denis dan Tania reflek ikut melihat kertas ujian Alisa dan sama herannya dengan Dinda. Mereka bertiga serempak memandang Alisa dengan tatapan penuh tanya. Sedangkan Alisa hanya membalas dengan mengangkat bahu tak perduli.

"Kok bisa sih sa? Ngomong-ngomong, pak Bian tadi berpesan, Jam istirahat kamu disuruh menghadap ke ruangannya". Denis bersuara seraya mengambil kertas Alisa.

"Hah? Kenapa?" Dinda merasa aneh sedangkan Alisa terlihat cuek.

"Ya mana aku tau. Mungkin mau dimarahin gara-gara nilainya kecil".

"Tapi nilainya masih lebih besar dari aku lho. 5,5".

"Gak taulah. Pokoknya sudah menyampaikan pesan ya" sahut Denis berlalu sambil meletakkan kembali kertas ujian Alisa.

"Kira-kira kenapa tuh sa? Pak Bian pake panggil kamu segala?" Selidik Tania.

"Gak tau Tan, liat aja nanti lah" sahut Alisa.

"Badmood dia Tan, biarin ajalah. Semoga pak Bian gak marah-marah. Ngeri deh". Dinda bergidik ngeri dan kembali menghadap depan ketika Bu Arin masuk kelas.

***

Suasana hati Alisa sedang tidak baik. Sejak kemarin dirinya badmood, ditambah dengan kejadian hari ini. Setelah keluar dari ruangan Pak Bian, Alisa melangkahkan kaki menuju kantin, yakin teman-temannya sudah berada di sana. sepanjang perjalanan menuju kantin, beberapa kakak kelas laki-laki menyapa seraya menggodanya dan hanya dibalas lirikan jutek dari Alisa.

"Dih, galak amat sa. Ilang lho nanti cantiknya"

"Mampir sini sa, nongkrong bareng kita"

"Mau ke mana cantik? Sendirian aja nih"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 05, 2024 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Aku Maunya KamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang