#1A. Maju atau Mundur?

23 4 0
                                    

2017

Acara MOS SMP Pelita usai seminggu yang lalu. Kini, anak-anak kembali belajar seperti biasa setelah para guru menyibukkan diri pada para siswa baru.

Sashi dan salah satu seorang gadis dengan rambut panjang sepinggang bernama Nora Atmariani, berjalan menuju koperasi untuk membeli sampul merah yang disuruh oleh Guru Matematika mereka.

"Nor, tolong beliin di dalam ya. Aku tunggu di luar aja soalnya keliatan rame tuh," ucap Sashi padanya. Nora hanya mengangguk.

Setelah 5 menit berlalu, Nora belum juga keluar. Sashi rasanya malas sekali masuk ke dalam karena tempat koperasi itu bisa dibilang sempit dipenuhi oleh barang-barang seperti kardus besar lainnya. Sesekali kepala Sashi melongok ke dalam untuk melihat Nora sambil bersidekap dada, apakah gadis itu sudah selesai membeli keperluan atau belum.

"Ngaco!"

Suara bass seorang mengalihkan atensi Sashi sebab suara si pelaku terdengar keras. Gadis itu melihat seorang laki-laki dengan tubuh tingginya bersama kedua temannya yang sama-sama terlihat jangkung dan tinggi jika mereka berjalan sejajar.

Sashi tanpa sadar melihat ketiga cowok itu yang seketika berbelok memasuki ruang koperasi tepat di samping kanan Sashi. Sadar sedang diperhatikan, salah satu dari mereka menangkap basah Sashi hingga cewek itu mengalihkan mata sembari pura-pura batuk.

"Yok, Sas," setelah beberapa menit kemudian, Nora datang sambil menepuk bahu Sashi, hingga cewek itu terlonjak kaget.

"Ya Allah Nor, bikin jantungan aja!"

"Kok kamu kaget gitu, Sas? Kayak abis liat setan aja."

"Nggak ada. Udah yuk balik. Bentar lagi bel tuh,"

Sashi buru-buru menarik Nora saat ekor matanya menangkap ketiga cowok tadi yang baru saja keluar dari ruang koperasi.

"Sashiii, please pelan-pelan jalannya! Kamu tuh, tinggi tau! Gak liat apa daritadi aku ngos-ngosan gini," gerutu Nora.

Sashi melirik ke belakang, lalu seketika itu pula ia menjadi panik kala matanya bertemu mata hitam salah satu cowok tadi. Jantung gadis itu langsung berdetak cepat. Ia benar-benar malu sekali.

Yang Sashi pikirkan saat ini adalah ia harus menyelamatkan diri dulu sebelum malunya bertambah berkali-kali lipat saat ketiga cowok itu berpapasan dengan mereka berdua karena Nora masih berhenti di tempat sambil mengatur napas.

"Nora, aku duluan ya! Maafin aku, Noraa!!"

Tanpa aba-aba, Sashi langsung berlari ke kelas yang terletak di ujung dan meninggalkan Nora yang berteriak memanggil namanya.

'Tolong maafin temen mu ini, Nora! Tapi aku benar-benar malu sekaliiii' batin Sashi dalam hati.

Sashi benar-benar merasa dirinya sangat konyol hari ini.

***

"Jadi kamu ninggalin aku gara-gara kakak kelas yang mergokin kamu tadi? Astaga Sashi, Sashi. Sumpah, kamu tadi malu-maluin banget," Nora berucap sambil menabok bahu Sashi saat mereka berdua berjalan di tengah lapangan sekolah yang telah diisi siswa-siswi lalu lalang menuju lobi utama untuk pulang.

"Yah... abisnya aku malu banget, Nor. Bego banget aku memang."

"Siapa nama kakak kelas itu?" tanya Nora.

Sashi mengendikkan kedua bahunya. "Aku gak tau namanya. Tapi aku inget dia anak osis, pernah masuk di kelas kita juga waktu itu pas pertama kali kita masuk di kelas," jawab Sashi sambil berusaha mengingat sesuatu.

"Bentar, anak osis, ya? Hmm... aku inget waktu itu ada ketos sama waketos namanya Kak Rain sama Kak Gama. Terus ada Kak Mawar, Kak Aulia, sama terakhir Kak Arfan." jelas Nora.

Seolah baru saja mendapat harta karun, mata Sashi membola. "Itu Nor, itu orangnya!" pekik Sashi sambil menunjuk seorang laki-laki yang sedang berdiri di lobi utama. Nora mengikuti arah telunjuk Sashi.

"Kak Arfan?"

Sashi mengangguk antusias sebagai jawaban.

"Tapi Sas..."

"Apa?"

"Kak Arfan udah punya pacar. Anak osis juga, namanya Kak Nami." jawab Nora sambil berbisik.

***

Setelah pernyataan Nora tadi siang, Sashi merebahkan tubuhnya di kasur. Tangannya menjulur untuk meraih ponsel yang berada di samping tempat tidur. Jiwa stalker Sashi seketika muncul. Gadis itu membuka salah satu sosial media, lalu mencari nama seseorang yang ntah mengapa mengganggu fokusnya seharian ini.

"Nama lengkapnya siapa, sih?" tanya Sashi pada dirinya.

Tiba-tiba Sashi teringat kalau sekolahnya memiliki akun Instagram khusus osis. Saat sudah ketemu, jempol Sashi meng-klik bagian following. Mata gadis itu meneliti satu-persatu akun anak osis hingga sampai pada satu nama yang sedang dicarinya.

"Yah... malah diprivat. Coba follow deh, siapa tau diback," monolognya.

Sashi menaruh ponselnya, ia menepuk-nepuk kedua pipinya. "Aduh, bentar deh, mau nyiapin mental dulu. Oke Sashi, ayo kamu bisa. Positif dulu yuk pasti diback."

Jantung Sashi berdebar saat jempolnya meng-klik tanda follow. Gadis itu langsung mematikan ponsel, lalu menaruh mukanya di atas bantal. Sashi tidak mau melihat ponselnya sampai malam pun akhirnya tiba.

Sedikit menelan salivanya susah payah, Sashi menghidupkan ponsel yang ia mode silent. Sambil menatap ponselnya yang baru menyala, satu notifikasi membuat Sashi terperanjat kaget hingga refleks memekik nyaring.

"Ada apa, Nak, kok teriak begitu?" Sashi menoleh mendapati sang Ayah yang menatap dirinya khawatir.

"Nggak ada apa-apa, Yah. Tadi Sashi gak sengaja liat yang serem-serem," jawab Sashi asal sambil menyengir kuda.

Iya serem dalam artian lain. Serem yang membuat jantungnya berdetak kencang, hingga Sashi merasa banyak sekali kupu-kupu yang berterbangan di dalam perutnya.

Begitu Ayah pergi dari kamar Sashi, gadis itu melihat lagi layar ponselnya sambil menggigit bibir. Antara senang dan gelisah bercampur satu.

arfanaskarv_ mulai mengikuti anda.

***

Sashi adalah aku pas di follback sm doi wkwkwk. Tapi lebih bagus lagi kalo perasaan ikut di follback lol🤣

Yang Tak TeraihTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang