#1 Awal Mula

31 2 0
                                    

Hari senin, hari pertama di semester yang baru, di tahun ajaran yang baru. Seharusnya para anak muda masih bergembira. Tidak ada pelajaran, hanyalah perkenalan, walau terkadang ada saja yang sudah mulai belajar. Mendapat teman baru, mata kuliah baru, dan masih banyak lagi.

Namun kelemahan dari hari pertama di semester baru adalah terlambat bangun. Bagaimana tidak, selama liburan, anak muda sering begadang dan ingin bangun siang. Hal itu juga yang terjadi di kediaman Widiatama. Kedua anak di keluarga tersebut masih sama-sama berada di alam mimpi. Sampai suara yang ditakuti keduanya terdengar lantang,
"Samuel! Vicky! Ayo bangun. Kalian mau terlambat?!"
Ya wajar saja, kamar keduanya bersebelahan. Jadi sekali teriak bisa membangunkan dua orang.
Tak lama terdengar suara dari kamar si bungsu. Sedangkan si empunya suara kembali berucap, "Bunda tunggu di meja makan, ya."

Tiga puluh menit kemudian, sekitar pukul 06.15, kedua Widiatama itu turun dari kamar mereka yang berada di lantai dua. Keduanya sudah rapi dengan pakaian masing-masing. Si Bungsu dengan seragam sekolahnya, kemeja putih dan rok abu-abu selutut. Sedangkan si Sulung dengan penampilan kasualnya, kemeja polos berwarna biru muda dan celana panjang.
"Bunda kenapa sih bangunin aku jam segini? Kelas aku jam 9 tau," protes Samuel, si sulung.
Bunda Mira – begitulah ia akrab disapa – hanya menatap si sulung sambil berkata, "Lah Abang gak bilang, Bunda mana tau."
Tanpa bisa protes lagi, Samuel segera duduk di kursi meja makan sambil menghembuskan nafas pasrah. Padahal ia masih ingin menikmati mimpinya. Samuel segera mengambil nasi dan lauk pauk yang sudah tersedia. Belum sempat ia menyendokkan suapan pertama, Vicky, si adik menghentikan kegiatan Samuel.
"Bang, anterin adek, ya?"
"Lho, biasanya naik mobil sendiri," balas Samuel heran.
"Itu, ehm...Bunda," jawab Vicky sambil menatap Bunda sejenak, "hari ini kan hari pertama sekolah, jadi mau jalan-jalan dulu abis sekolah."
Bunda yang mendengar permintaan izin dari anaknya, menyendokkan sesuap nasi sembari bertanya, "Bareng siapa?"
"Naik mobil Anggi kok Bun, nanti ada Reina, Eliza, sama Hani juga."
"Oke boleh, jangan malem-malem pulangnya, ya."
Wilona mengangguk dan tersenyum ceria. Walau sering bepergian bersama teman-teman, tapi kalau minta izin ke Bunda Mira itu susah sekali. Beda kalau kakaknya yang minta izin, pasti langsung diizinkan.

Bunda Mira kemudian menatap si sulung. "Habis anter adekmu, langsung aja ke kampus, biar gak muter lagi."
Si sulung kembali menatap Bunda nya. " Terus aku ngapain Bun, masih sejam lebih nanti?"
Bunda memutar bola matanya. "Cari kelas kek, ngobrol sama temen kek. Bunda heran deh sama kamu, introvert banget jadi orang. Deket sama cewek juga enggak. Temen mu cuma si Jaya sama Jaka. Lama-lama Bunda jodohin juga kamu sama Kezia."
Kan, kan, itu lagi yang dibahas. Samuel bosan mendengar keluh kesah sang Bunda.
"Kak Kezia yang ambil jurusan kedokteran itu Bun?"
Bukan, bukan Samuel yang bertanya, tapi Wilona. Bunda mengangguk sedangkan si sulung bersiap untuk protes lagi dengan omelan Bunda nya.
"Bun, ayolah. Sam gak suka ya dijodoh jodohin sama Kezia. Sam gak suka sama dia."
"Ya kamu selama 22 tahun masa Bunda gak pernah liat kamu deket sama perempuan. Masih waras kan kamu Sam?" tanya Bunda.
Samuel menampakkan wajah tak percaya dengan pertanyaan Bunda nya.
"Masih lah Bun."
"Terus kenapa gak pernah deket sama cewek?" omel Bunda Mira.
"Ya kan Sam fokus belajar. Di kampus mana sempet kepikiran cari cewek, belajar Bun. Kan Bunda sendiri yang minta Sam dapet IPK bagus."
"Nah sekarang udah tingkat akhir, semester 7 kamu tuh. Cari cewek sana. SKS juga tinggal dikit," omel Bunda nya lagi.
"Aelah Bun. Nanti ya abis lulus, kan masih ada skripsi terus–"
Belum selesai Samuel berbicara, Bunda sudah memotong. "Gak ada. Pokoknya akhir semester nanti kamu udah harus punya cewek. Kalau belum, terpaksa kamu Bunda jodohin sama Kezia. Bunda baik lho ya ngasih kamu waktu satu semester."
Samuel menghembuskan nafas pasrah untuk kedua kalinya. Kalau sudah begini ia sudah tidak bisa membantah.

"Iya iya Bun, janji ya kalau Sam udah punya pacar sebelum akhir semester nanti, Bunda berhenti jodohin Sam sama Kezia."
"Iya, janji."
Tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi kedepannya. Samuel dengan Kezia atau Samuel dengan wanita lain.

[Four Season] Autumn/Fall: MemoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang