Hari Pertama di sekolah

137 4 0
                                    

Kim jadi kamu mau ngambil ekskul apa, mana tau kita mau masuk ekskul yang sama berhubung ini masih baru masuk sekolah jadi belum rame yang daftar ekskul karna pada sibuk mikir mau masuk ekskul apa. Lho emang di sini ada ekskul, bukannya disini khusus masak aja ya?? Ya gak lah Kim ini sama juga kali kayak sekolah lain, sahut Cassie. Owh.., aku ambil ekskul masak aja, adakan?? Ada kok Kim, buat apa kamu ambil ekskul masak kalau setiap hari kita kan ada kelas memasak? Ya sih, cuma aku kan gak bisa masak makanya aku ambil ekskul masak. Jadi kalau ada praktek masak gimana?? Aku pasrah aja deh jawab ku. Selama di perjalanan ke kelas kami berbincang-bincang. Tapi entah kenapa dari tadi semua orang memperhatikan kami dengan pandangan tidak suka bahkan ada yang mencibir di depan kami. Kemudian aku memperhatikan Cassie yang tersenyum kecut melihat mereka sedangkan Grace dan Leony hanya terdiam. Aku dan Cassie sampai di kelas X-a sedangkan Grace dan Leony melanjutkan perjalanannya ke kelas mereka X-c. Kami pun duduk di bangku kami dekat jendela tempat yang cukup nyaman karena bisa melihat keluar jendela dan menghadap ke lapangan basket. Karena penasaran aku bertanya kepada Cassie kenapa orang-orang memandang kami dengan tidak suka. Beberapa saat Cassie tampak ragu untuk menceritakannya tetapi setelah aku bujuk diapun menceritakannya. Setelah Cassie menceritakannya ternyata ada beberapa orang yang tidak suka kepada mereka yaitu Elisa, Keke, dan Raya. Mereka menuduh Cassie, Leony, dan Grace melakukan kecurangan dalam lomba memasak tahun lalu. Semua orang percaya karena apa yang akan dimasak biasanya menu baru yang dibuat oleh chef yang ada disini, dan sangat sulit dimasak jika baru pertama kali memasaknya. Tetapi Cassie dkk memasaknya dengan sangat sempurna sehingga semua percaya mereka melakukan kecurangan.

Aku sedih mendengar ceritanya, kenapa mereka langsung saja percaya dengan fitnah Elisa.

Tapi Cass.., apa tindakan para chef dengan kejadian itu?? Para chef sudah mengklarifikasi bahwa tidak ada masakan yang sulit jika dimasak dengan ketelitian dan kami melakukan itu. Tapi mereka tetap membenci kami.

Kring... Kring..., bel masuk berbunyi semua murid masuk ke kelas masing-masing. Dan guru yang masuk ke kelas kami adalah chef Albert.

Perkenalkan nama saya chef Albert, saya adalah guru B. Inggris dan merangkap sebagai wali kelas kalian. Setelah selesai memperkenalkan diri dia pun menuliskan loster pelajaran di papan tulis. Daddy mengajar di kelasku di hari Sabtu sedangkan kelas memasak ada setiap hari di jam akhir.

Di hari pertama kami tidak belajar tapi saling berkenalan tapi aku kasihan melihat Cassie yang tidak di perdulikan teman sekelas. Tak terasa bel istirahat berbunyi, aku dan Cassie berjalan menuju kantin karena Grace dan Leony sudah menunggu disana dan ternyata ada Daddy dan teman-temannya juga disana. Di kantin kami bertemu Elisa dan teman-temannya, dan tiba-tiba di menendang meja kami.

Wahh..wahh ternyata ada juga yang mau berteman sama orang-oranf yang munafik ini. Eh..., loe murid baru gak usah sok baik deh mau berteman sama mereka. Loe gak tau kan betapa munafiknya orang ini. Mulut kamu bisa di jaga gak, aku gak kenal sama kamu dan tiba-tiba kamu bentak aku. Kamu ini gila atau kampungan, udah make-up kayak badut, aksesoris rame kayak pasar, baju kayak kekurangan bahan gak malu apa. Wajahnya merah padam mendengar perkataanku, dia pun menjawab dengan marah. Ehh.., loe sok tau banget sih tentang fashion, denger ya semua yang gue pakek ini lagi trend sekarang dan ini semua bermerk, gue yakin loe gak bakal bisa beli ini semua.
What..!! Memang ku akui semua barangnya mewah. Tapi dia tidak tau memilih apa yang cocok dengan dirinya. Saat aku ingin menjawab tiba-tiba Daddy dan teman-temannya datang melerai kami.
Kalian ini apa-apaan sih disini bukan untuk pamer barang branded kalian atau tentang fashion tapi untuk belajar memasak. Daddy menatap kami dengan marah, aku sedikit terkejut baru kali ini aku melihatnya marah, karena selama ini aku hanya melihat wajah datarnya. Chef Dedi pun menyuruh kami ke ruangannya, mungkin untuk menghukum kami.


Bener-bener gaje ni cerita. Kalau ada yang mau komen atau kritik silahkan aja ya. >_<

Cooking SchoolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang