PROLOG

11 2 0
                                    

"Pertemuan ini adalah rasa khawatir yang terurai"

Itu adalah khayalan semata yang dapat ku ungkapkan , sebagai bentuk cerita dalam novel sederhana yang pertama kali kubuat, karna rasanya khawatir bila bertemu, apa lagi tampa mengetahui siapa dia dan siapa aku.
Setiap kali berjalan menyusuri ruang perkotaan diantara rumah rumahan kota dalam lorong, diantara waktu yang terus berganti, tentu saja rasanya cukup dilema dan agak kekanak kanakan, apakah memang aku yang salah atau lingkungan ku yang tak bisa kugauli dengan saling sapa.
Kemudian di beberapa rumah yang mulai ramai penghuninya, dari jauh terlihat kesenangan yang tak perlu di ceritakan pada orang lain, dengan celana pendek wajah kucel dan rambut yang agak keriting menyapa pejalan di lorong itu.
Kadang kadang tak ada lagi kendaraan yang masuk, sebab penghuni lorong saling bergantian Memakai kendaraan sederhana menyusuri lorong di perkotaan, biasanya warga kerap bersapa akrap dengan para pejalan kaki dilorong ini.
Tapi kadang-kadang dibelakang layar, saling menyapa dan berbisik sapa membicarakan hal hal yang tidak penting, seperti sikap orang, gaya orang, ataupun sebuah kisah percintaan yang romantis dan sederhana
Kerap kali bocil bocil duduk bersama sambil teriak teriak, dikarenakan permainan game yang amat serius, namun kerap kali saling mencaci bila permainan mulai tak seimbang, ada yang sambil ngemil, minum, dan ngerokok,
Namun itu adalah kisah sederhana yang kerap kali memberikan rindu, apalagi di lorong yang agak sempit ini, banyak cerita yang dapat dijadikan sebuah kisah untuk diceritakan bersama dan berdua.
Hanya saja sebagian anak anak disini, senang bermain, berjalan , dan mengidolakan beberapa karakter game terbaik, kadang-kadang bermain lari-larian, sembunyi-sembunyi dan saling mengadu tinju.
Permainan gamenya selalu dimulai pada pagi hari sampai pada waktu yang terlupakan, berjam jam hanya menghabiskan waktu di depan gadged dan di atap atap rumahan, itu sudah menjadi pandangan orang orang di sekitar.
Bagaimana tembok tembok dilorong ini menjadi suatu bukti, dan beberapa hewan peliharaan masyarakat yang menghiasi begitu pula dengan musik musik sederhana yang di nyanyikan oleh warga di lorong ini.
Gitar itupun kadang sudah dihiasi debu karna jarang dipakai, begitupun dengan baju baju remaja yang sedang trending
Kadang malam menjadi saksi pelik sunyinya lorong ini di pergantian hari, biasanya ramai suara menghiasi , saat rembulan tiba anak anak bandel mulai menyorakkan kebersamaannya, tentunya dengan bernyanyi, tak jarang ada yang hanya bermain game.
Ditengah sorak soraya , ada yang baru saja pulang dengan tangan yang hampa, dan badan yang sakit, ditengah kegelisahan untuk mencari uang untuk makan, penat nya kadang lupa disamperin.
Sampai pada seorang ibu yang mencari anaknya yang bandel berkeliaran, tengah asik bermain warnet' hei kamu mau main apa' main apa, bagusnya ngabisin waktu nonton youtub, ini udah hamper habis, dengan celana pendek sambil megang duit dua ribu, megang teh gelas, kemarin naruto cepat banget habisnya, padahal udah lama banget nungguinnya.
Sambil ketawa ketawa seorang anak laki laki datang hei ada seorang ibu yang datang, dengan sigap ia mematikan kemudian pura pura ketiduran, dan waktupun berganti.

Pertemuan Ini Adalah Rasa Khawatir Yang Terurai Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang