………ᘛ⁐̤ᕐᐷ
Pagi, jam 06.05. Hari H keberangkatan Zayna untuk mengikuti perlombaan/turnamen voli antar sekolah.
Dipagi hari itu dirinya sibuk merapikan barang-barangnya dan di dapur kakaknya sedang menyiapkan sarapan. Disisi lain adiknya masih ngorok mentang-mentang libur sekolah hari Minggu.
Setelah selesai merapikan semua barang bawaannya Zayna membawa barang-barangnya itu ke bawah lalu selanjutnya ia ingin lanjut sarapan, namun sebelum sampai di meja makan Kakaknya yang bernama Nanda itu menyuruhnya untuk membangunkan adiknya.
"Hoy! Jangan makan dulu, bangunin dulu tuh si Arya! Katanya hari ini dia mau ikut latihan silat pagi tapi ga bangun-bangun..." Zayna sedikit menggurutu saat dirinya disuruh untuk melakukan hal lain disaat ia hanya ingin makan. Karena menurutnya mangan no one.
Ia terpaksa naik lagi ke lantai dua dan berjalan menuju pintu kamar yang ada disebelah pintu kamarnya sendiri, lalu ia mendobrak pintu kamar adiknya itu dengan kaki. Dobrakan pintu yang dilakukan oleh Zayna sangat kuat, tetapi entah mengapa pintu kamar adiknya itu masih sanggup menahannya bahkan setelah beberapa kali didobrak di hari-hari sebelumnya. Apakah pintunya punya kekuatan ghaib? Pintu Doraemon?
Walaupun pintu kamar sang adik sudah dibanting kencang, adiknya malah tetap tidak terbangun dan bahkan masih mengorok. Mungkin kalau ditaruh speaker musik dugem disamping telinga adiknya, ia juga tak akan terbangun. Zayna kesal melihatnya "budeg banget tu kuping..." Pikirnya dalam hati.
Zayna lantas menghampiri adiknya itu lalu menatapnya sebentar, merasa prihatin dengan posisi tidur adiknya yang sepertinya akan menyebabkan pegal di pinggang. Awalnya Zayna hanya menepuk-nepuk pelan sebelah pipi adiknya, namun hal itu tak juga berhasil membuatnya bangun.
Akhirnya Zayna menampar kedua sisi pipi adiknya dengan sedikit kuat yang membuat adiknya kaget dan langsung duduk terbangun. Adiknya terlihat melamun selama beberapa detik sebelum menyadari situasi dan apa yang terjadi pada dirinya, lalu ia berteriak.
"KAKAAAAAAAAAAAKKKK!!!!!"
"Seperti biasa...lebay" Zayna tak menghiraukan dirinya yang diteriaki dengan penuh amarah dan dengan santainya ia turun lagi ke lantai bawah. Padahal tamparan itu tak kuat namun memang adiknya yang selalu bereaksi berlebihan. Hal ini sudah biasa terjadi di rumah Zayna mengingat rumah itu lebih sering ditinggali oleh 3 bersaudara tanpa didampingi oleh orangtua mereka.
"Kau pukul lagi dia?..." Nanda yang baru saja menata piring makan bertanya kepada Zayna, meminta penjelasan atas teriakan yang ia dengar barusan. "yah...tampar sih lebih tepatnya, tapi kan dia bangun. Lagi pula gak kuat kok namparnya"
Nanda menggelengkan kepalanya tak habis pikir dengan beribu cara kakak adik itu memperlakukan alias membuat kesal satu sama lain setiap harinya, menurutnya dialah yang paling waras disini.
Beberapa menit setelahnya Aryandra tampak berjalan lesu menuju ke arah dapur dengan ekspresi wajah yang kesal, Zayna yang duduk sambil menyuapi dirinya sendiri di meja makan tidak ingin melihat karena malas sedangkan Nanda sedang menunggu apa yang akan terjadi dengan pasrah.
"Kak Nanda tadi Zay nampar adek..." rengek Arya sambil menunjuk ke arah Zayna yang tak peduli dan terus menyuapi makanan ke mulutnya, Nanda yang mendengar pengaduan Arya hanya bisa menghela nafas dan mencoba membujuk Arya agar tak merengek lagi dengan mengusap-usap pipinya dengan pelan dan halus.
Hari masih pagi bahkan sinar matahari belum sepenuhnya menyinari bumi, tetapi suasana rumah ini sudah seperti ini.
Jam 07.02, Zayna berangkat ke sekolahnya untuk ngumpul bersama dengan yang lainnya. Ia diantar oleh kakaknya dan adiknya juga ikut karena setelah mengantar sang kakak ia akan diantar ke tempat latihan silat.

KAMU SEDANG MEMBACA
Mate~ Found you.
Loup-garou🕊️~~~~ Zayna, awalnya hidup tenang sebagai seorang atlet voli yang membanggakan di sekolahnya. Namun sejak hari itu. Semenjak ia merasakan sebuah tekanan yang aneh hanya dari sesuatu yang lewat seperti angin lalu, lalu meninggalkannya den...