As long as you're with
me, you'll be just fine.
"LOMPAT SAJA SANA."Perempuan yang berdiri di jembatan di ujung jembatan terkejut ketika mendengar suara asing yang tiba-tiba menganggu pikiran nya. Pupil nya melebar ketika ia menangkap sesosok lelaki yang hanya tersenyum sembari memainkan dadu di tangan nya.
Sepatunya sedikit berderit sesaat ia bergerak, tangan nya langsung memegang pegangan jembatan, mata nya menatap kebawah dimana terlihat jalanan yang ramai.
Bibirnya bergerak untuk berkata sesuatu, namun ia tahan, perempuan tersebut hanya mendengus kesal. "Pergi sana." Mata nya redup akan harapan, hanya tersisa kegelapan bola mata tanpa cahaya.
"Kalau tidak?" Lelaki blonde tersebut tersenyum sembari melempari dadu kecil tersebut kearah perempuan tersebut. "Makanya, sana lompat." Ia bersiul bermain-main, wajahnya sangat menyebal, batin perempuan tersebut.
"Kubilang sana pergi!" Balas perempuan itu sembari memberikan jari tengah kearahnya. "Kalau mau aku lompat jangan lihat aku, lihat saja bagaimana aku turun dari jembatan ini!"
"Kan aku bilang tidak mau." Lelaki blonde tertawa rendah, ia hanya tersenyum kearahnya dan mencoba membuatnya lebih kesal lagi. "Kalau berani coba saja. Sana lompat, aku mau liat atraksi nya."
Perempuan tersebut terdiam, ia sudah mengutuk lelaki blonde di dalam batin beberapa kali. "Ini bukan atraksi, apa kau bodoh?"
"Makanya lompat."
"Makanya kau pergi saja!"
"Aku bantu, ya?"
Lelaki blonde tertawa sekali lagi, ia memutar bola nya dengan malas sebelum akhirnya tiba-tiba ia menendang kaki perempuan tersebut hingga membuat nya jatuh dari jembatan.
Terpekik secara tiba-tiba, pupilnya melebar ketika ia sadar ia akan jatuh dari jembatan tinggi ini dan tubuhnya akan remuk di jalanan, orang-orang akan melihatnya sebagai manusia yang rapuh dengan harapan.
Walaupun rasa takut akan kematian menyelimuti, ia merasakan badan nya lebih ringan, bahkan pikirannya pudar akan masalah yang selama ini ia tanggung.
namun, ini bukan cerita akhir dari nya, sang pemimpi ekspetasi.
— HORIZON.
Seketika ia membuka matanya sembari bernafas tersengal-sengal, dada terasa sesak, mimpi buruk yang selalu menghantui nya selalu saja perlahan-lahan membunuh pikirannya.
Mata nya bergerak gelisah menatap sekitar ruangan, tunggu. Ini sebuah ruangan. Ia berada di sebuah ruangan.
"Iya, masih hidup. Kenapa panik?"
Ia bersumpah demi dewa, [Name] menatap kesal kearah lelaki blonde yang duduk sembari bermain-main dengan koin.
"Kau menyelamatkan ku?"
"Kalau iya?"
Lelaki blonde tersebut tersenyum tipis sembari menyilangkan kedua tangan nya, menatap balik kearah [Name] walaupun sang empu langsung mengalihkan pandangannya. Tatapan tajam yang membuat [Name] sedikit takut.
Lagipula, ia selamatkan oleh orang asing di jembatan, sifatnya seperti orang mesum— [Name] langsung memegang pakaiannya dan meraba dirinya sendiri, dengan pakaiannya masih lengkap ia bisa menghela nafas sangat lega.
Melihat reaksi perempuan asing tersebut, si blonde hanya tertawa. "Aku bukan orang mesum, maksudku, ayolah. Aku menyelamatkan mu dari pikiran negatif, bukan?"
"Terimakasih lah padaku, aku ini termasuk orang baik, bukan?"
[Name] termenung lalu memberikannya jari tengah. "Diamlah, aku kan tidak meminta mu untuk menyelamatkan ku."
Lelaki blonde itu berdiri, ia berjalan mendekat dan memegang lembut tangan [Name], untuk menghentikan nya memberikan jari yang dikata sopan tersebut.
"Nama ku Aventurine," Ia tersenyum hingga mata nya menutup. "Kau, perempuan gila yang aku temui di jembatan."
senoria's :
hahahihi
KAMU SEDANG MEMBACA
bring me to the horizon.
Short Story " 💭 „ 𝗔𝗩𝗘𝗡𝗧𝗨𝗥𝗜𝗡𝗘 and the emphatic.