tugas

0 0 0
                                    

Halo semua apa kabar? Baik?
Kalau aku campur aduk hehe.
Kalau begitu kita mulai.

Dear diary, aku pagi ini bertengkar dengan adikku. Aku tau aku salah karena aku yang memulainya dengan menarik bebebrapa helai rambutnya dan kemudiam dia memukulku. Aku hanya ingin bilang hati-hati memang sekarang hanya reflek namun reflek bisa menjadi kebiasaan dan laki-laki pemukul itu jahat. Namun aku malah membuka topengku sendiri.

Di dalam bulan yang sama aku membuka topengku ke dua orang. Yang pertama pada pelajaran sosiologi. 0ada saat itu guru memberi kami beberapa pertanyaan yang sangat memyakitkan bagi beberapa orang termasuk aku. Pertamyaan itu mengenai keluarga, mengenai kenapa aku bertahan, dan keinginanku.

Aku menangis. Padahal aku coba agar tak menarik perhatian. Namun temanku meminta tip x untung saja dia tidak membesar-besarkannya. Bukan dia yang ku maksud. Bukan dia yang melihat wajah di balik topeng ini.

Saat aku menulis aku terbawa suasana. Tanpa sengaja aku menulis apa yang aku rasakan. Aku juga sering memperlihatkan 'wajah' ku yang asli selama menulis My Dear Diary, namun dengan anomim dan bisa saja kisah itu aku keep agar jauh dari tanggal kejadian. Tapi yang ini guru itu tau namaku, tau siapa aku, dan semua yang 'aku' ceritakan berbeda dengan 'aku' yang terlihat.

Kalian jangan ingin tahu bagaimana 'aku' yang dilihat orang. Karena aku ingin kalian mengenal aku sebagai 'aku' yang dirasakan oleh aku sendiri. Kalian bingung bukan.

Mengapa aku ada yang mengunakan ' dan ada yg tidak. Percayalah aku yang menggunakan ' tanda itu adalah diriku. Mungkin kalian bisa membaca ulang dengan melakukan subsitusi atau pergantian kata 'aku' dengan diriku sendiri jika bingung.

Aku tidak berekspetasi jika guru itu akan membaca langsung. Walau hanya dia yang membaca. Tapi aku takut karena aku membuat kesalahan. Aku terlalu terbawa suasana. Sekarang bukan hanya aku yang tau siapa 'aku' yang sebenarnya. Aku takut.

Aku takut seseorang menatapku dengan tatapan kasihan seolah aku hanya orang lemah yang butuh di kasihani. Aku memang butuh, namun bukan rasa kasihan tetapi rasa kelegaan.

Kalian tau berapa lama aku memainkan peran 'aku' yang terlihat oramg lain? Dua tahun? Tiga? Lima? Atau mungkin enam? Sepuluh!?

Walau usiaku belum genap 17 tahun namun karena tahun ini aku berumur 17 jadi aku hitung sudah dua belas tahun. Jika 17 di kurang 12 maka akan menghasilkan 5. Ya kurang lebih umur 5 tahun aku mulai menjadi 'aku' yang terlihat walau semakin bertambah usia semakin tebal. Tapi 5 tahun disaat aku masih sering menangis namun sudah terbentuk topengnya.

Ini semua karena faktor keluarga dan yang paling membuat aku menggunakan 'aku' yang terlihat adalah masyarakat. Sejak kecil mereka menanyakan dimana ibumu? Kok kami jarang melihat? Cerai ya? Pisah? Kalian bayangkan aku sedang membeli jajan dan mereka menanyakan itu ke anak usia TK A. Rasanya sakit. Aku takut. Aku berbohong. Awalnya berbohong bahwa mami ku kerja pagi dan pulang malam. Tapi dari situlah semua ini dimulai.

Mulai dari menipu mereka bahwa aku dan keluargaku baik-baik saja hingga menipu diriku sendiri bahwa aku baik-baik saja.

Oke back to the topic dari pada sedih ayo kita ke salah satu pertanyaan guru sosiologi itu yang menurutku aku jawab berlebihan. Pertanyaanya simple. Jika kamu mau jadi bunga, bunga apa yang kamu inginkan? mengapa?

Oke aku akan jawab singkat aku tidak ingin kalian terbawa suasana. Tapi sebelum kita lanjut ke jawabanku berjanjilah jangan mengasihani aku. Aku hanya butuh kelegaan bukan rasa kasihan karena aku juga tahu kalau hidupku juga menyedihkan, namun aku juga sadar diri bukan aku saja yang kesusahan di dunia ini. Kasihanilah dirimu sendiri jangan dulu kepada orang lain. Kalian tidak mau sepertiku bukan? Menjadi orang yang melupakan kebahagiaan diri sendiri.

Hahaha aku berbicara seperti seorang motivator terkenal.

Aku menjawab sambil tertawa pahit melihat kertas itu. Aku bahkan masih bisa mengingat raut wajahku seolah berkata 'aku benar-benar berharap bisa seperti ini namun apa daya ku.' Beginilah jawabku :

'Jika aku ingin menjadi bunga aku ingin seperti bunga dandelion. Walaupun dari segi kecantikan banyak yang lebih indah tapi bunga ini memliki hal yang tidak dimiliki bunga lain yaitu kebebasan. Ketika bunga itu atau ia di tiup angin dia akan bebas kemana saja dan jatuh entah dimana. Walaupun dia bebas di juga memberi sesuatu untum di turuni yaitu bibit baru. Ayo coba ganti di tiup angin bagai di dukung orang. Aku ingin orang mendukungku seperti angi yang mendorang bunga itu terbang bebas dan memberi suatu pesan atau kenangan seperti bunga itu membawa bibit baru ketempat yang baru dan tumbuh di tanah sama seperti tumbuh di hati.'

Awalnya hanya itu yang ingin aku tulis, namun hati berkata lain. Aku mulai menulis hal yang membuat 'wajah' tersebunyi topeng ini diketahui.
Aku menulis mengenai bunga matahari. Mungkin kaliam berpikir itu indah dan penuh dengan senyuman, namun itu yang buat ku tak suka.

Aku menulis bahwa aku tidak suka dengan bunga matahari. Mengapa? Karena itu mencerminkan diriku. Semua orang berpikir bunga matahari itu cantik, penuh dengan senyuman, indah. Ya memang, namun itu yang mereka lihat ketika bunga itu tanpa matahari. Apakah mereka lihat bunga matahari tanpa matahari, ya menyedihkan bukan. Tapi tak pernah ada yang sadar.

Mereka hanya suka melihat aku yang ceria, pembawa tawa, dan aku yang baik-baik saja. Tapi, apakah mereka melihat diriku yang aku sembunyikan? Ya, tentu saja tidak karena mereka adalah matahari itu dan aku adalah bunga itu. Yang hanya melihat ku berpura-pura mengadi 'aku' yang terlihat. Tapi tidak dengan 'aku' yang menyedihkan.

Hah. Kalian memgertikan mengapa aku takut topengku diketahui. Aku harap dia cepat melupakan tulisanku. Kalau bisa melupakan kalau aku pernah menulis hal itu. Aku hanya ingin mempertahankan apa yang sudah aku buat.

"Biarlah aku bertahan sampai akhir dan biarlah semua tau 'aku' yang indah bukan aku yang penuh masalah."-itzmewho



 Dear DiaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang