01. AWAL DARI SEMUNYA

13 3 0
                                    

HALO SEMUANYAA, SELAMAT MEMBACA. SEMOGA BETAH YA, AKU HARAP GITU
JANGAN LUPA VOTE NYA, KARNA ITU SANGAT BERHARGA. JANGAN LUPA FOLLOW AKUN INI, DAN KOMEN DI SETIAP PARAGRAF, OKEY!SELAMAT MEMBACA!!!

*****

Sudah tiga puluh menit Edvan menunggu kedatangan kedua orang tuanya. Sekolah sudah sepi karena murid-murid lainnya sudah pulang duluan. Begitu juga dengan satpam sekolah.

Tadi satpam menawar Edvan untuk diantar pulang olehnya karena kasihan melihat anak itu sendiri. Tapi dengan cepat Edvan menolak tawaran itu dengan halus.

"Enggak usah, Pak. Mama pasti sebentar lagi datang kok. "

Namun sampai sekarang masih belum ada tanda-tanda orang tuanya akan datang. Langit yang dihiasi awan yang semuanya berwarna biru mulai berubah menjadi abu-abu. Angin mulai bertiupan agak sedikit kencang. Sepertinya sebentar lagi akan hujan.

Edvan mengeratkan jaketnya ketika merasa hawa dingin yang mulai menusuk kulitnya. Perasaan cowok itu tak karuan, ada rasa cemas, khawatir, takut, dan bingung menggoroti dadanya.

"mama sama papa kok lama banget sih?! Mana bentar lagi mau hujan! " gumam Edvan. Rasa kantuk mulai menyerang matanya. Ia ingin segera pulang dan langsung tidur di kasur empuknya.

Biasanya lima menit sebelum waktunya pulang sekolah, orang tua Edvan sudah menampakan dirinya di depan gerbang sekolah. Tetapi kenapa kali ini orang tuanya masih belum muncul juga? Apakah orang tuanya ada masalah? Atau orang tuanya sudah lupa dengan dirinya?

Tidak. Itu tidak mungkin. Edvan membuang jauh pikiran negatif itu. Ia tidak mau berpikir tentang aneh-aneh pada orang tuanya. Orang tuanya pasti akan menjemputnya. Sebentar lagi. Tugas Edvan hanya menunggu, menunggu, dan menunggu.

"Hai."

Sapaan lembut itu membuat Edvan menoleh ke arah sumber suara. Entah darimana datangnya, tapi sekarang di samping kitunya berdiri seorang anak perempuan yang tersenyum merekah. Tanganya melambai ke arah Edvan, namun cowok itu tak membalas.

Edvan hanya memperhatikan penampilan cewek yang berdiri di depannya. Rambut yang diurai bebas. Bando yang berwarna abu-abu menghiasi kepalanya.

Jika dihat dari seragamnya sepertinya cewek itu juga se pendidikan dengannya; sekolah tingkat SMP. Namun berbeda sekolah. Evan tau itu karna pada bagian kantong seragamnya tertera nama sekolah cewek itu.

Merasa diabaikan, cewek dengan bando abu-abu menurunkan tanganya. Namun senyum belum pudar. Cewek itu paham. Mungkin sekarang dia tidak mau di ganggu, apalagi oleh orang asing.

"Boleh duduk? " tanyanya dengan senyuman yang makin lebar. Kali ini semoga ia menanggapinya.

Evan mengangguk. Walaupun cewek itu tak meminta izin, kan boleh saja dia duduk di sini. Toh, halte ini punya umum, bukan punya nenek moyangnya.

Senang. Itu yang dirasakan cewek berbando abu-abu saat ini. Akhirnya ucapannya dibalas oleh cowok itu, ya walaupun hanya anggukan saja. Ia merasa senang pada akhirnya ada yang menghargai pembicaraanya.

"Aku Krayna Auderelia. Panggil aja, Kray! "ucap cewek yang kini sudah duduk di samping Evan namun agak jauh dengan Evan.

Lagi-lagi Edvan hanya mengangguk. Laki-laki itu sangat lelah sekarang, kapan ia bisa tidur?

Karena masih mendapat anggukan, cewek yang bernama Krayna memilih untuk tutup mulut saja. Krayna pikir dia akan memberitahukan namanya, ternyata tidak. Ingin sekali jiwa krayna bertanya hal tersebut, namun ia tidak mau diabaikan seperti itu lagi.

Hening. Satu kata yang menggambarkan keadaan sekarang. Atmosfer di sekitar terasa mencekam. Mereka berdua sibuk dengan  dirinya masing-masing. Krayna dengan pikiran yang mengarah ke Edvan, sedangkan Edvan, ia sedang menahan kantuk yang semakin melanda, makanya ia diam tak menjawab sedari tadi.

SERAPHICTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang