LAMPU HIJAU

722 31 2
                                    




Hal yang paling malas aku lakukan adalah belanja ke pasar. Bagian itu adalah bagiannya ibu. Pasar yang paling dekat dengan rumah kami adalah pasar tradisional yang apabila musim hujan akan becek. Itulah alasan mengapa aku sangat enggan untuk pergi ke pasar.

Tapi pagi ini untuk pertama kalinya aku pergi dengan sukarela dan riang gembira. Dengan di antarkan oleh Riza yang aku bangunkan dengan paksa jam setengah enam pagi, kami berangkat dengan motor dan ocehan Riza yang tidak terima mimpi indahnya terenggut paksa.

Hari ini adalah hari dimana Janu akan berkunjung kerumahku untuk pertama kalinya. Dia baru akan berangkat agak siang karena paginya harus mengurus sesuatu. Aku mengatakan padanya untuk tidak makan siang karena aku akan memasakkan makan siang untuknya.

"Tumben amat sih mau kepasar" melihat bibir Riza yang mengerut dan maju karena rasa kesalnya, rasanya ingin aku tarik sampai panjang.

"Ya kenapa sih, sodaranya lagi bersemangat ini bukannya di dukung"

"Tapi ga ganggu tidur orang juga dong, untung semalam tidur cepet"

"Sekali-sekali kamu tuh bangun pagi pas weekend jangan siang mulu. Ntar nyampe rumah olahraga ya,hahaha"

"Sodara nyebeliin"

Tidak masak yang berat-berat, aku hanya akan membuat masakan sederhana. Yang penting itu kan di masak pake hati dan rasanya enak, hihi.

Aku juga sudah bilang pada ibu dan bapak jika temanku akan berkunjung kerumah. Aku sebutkan nama tamu kami saat ibu bertanya siapa dan beliau kaget karena aku punya teman lelaki.

"Pasti bukan temen ya?" Ibu sangat paham jika aku tidak punya teman pria selama ini. Makanya beliau ingin memastikan jika tamu kami benar seorang teman atau lebih spesial.

"Temen bu, beneran temen"

"Kamu ga punya temen cowok kak. Pasti pacar kan?" Ibu sumringah karena pertanyaannya sendiri.

"Bukan ibu, beneran cuma temen. Tanya aja Gita kalo ngga percaya. Gita kenal juga kok"

"Kirain pacar, ibu udah seneng loh padahal"  cemberutnya ibu mirip dengan Riza.

"Nanti tanya-tanya aja ke orangnya"

"Itu sih tugas bapakmu, ibu bagian ceramah aja" aku tertawa karena perkataannya.

Hampir jam 12 siang, sudah masuk waktu makan siang. Janu sudah memberi kabar jika ia sudah berada di perempatan jalan menuju kerumah. Aku meminta tolong Riza yang menjemputnya karena aku akan menyiapkan hidangan makan siang kami.

Bapak dan Riza yang ketika siang libur seperti ini tidak pernah dirumah, hari ini sengaja ada dirumah. Alasannya apalagi jika bukan karena rasa penasaran mereka pada "teman" ku yang akan berkunjung kerumah.

Aku jadi semakin gugup. Bahkan lebih grogi dibandingkan sewaktu pertama kali kami bertemu.

Semoga pulang dari sini Janu tetap baik-baik saja, tidak lucu jika ia tiba-tiba jadi memiliki trauma.

~~~~~~

Janu memperhatikan dengan seksama seorang pria yang agak mirip dengan Kamila, pria cantik yang baru saja memberhentikan motornya. Janu meninggalkan sebentar motornya dan menghampiri pria yang di duganya sebagai kembaran dari gadis yang rumahnya akan ia kunjungi.

"Riza ya?"

Pria yang memang bernama Riza itu mengangguk menatap balik Janu. Keningnya terlihat berkerut, ia memang sedang mengingat potret Janu yang tadi di lihatnya di hp Mila sebelum ia berangkat.

"Janu ya?" Janu mengangguk sambil tersenyum manis.

"Iya" jawabnya kemudian.

"Tadi naik angkutan umum?"

"Ngga, bawa motor" Janu menunjuk motor yang ditinggalnya tadi.

"Oohh kalo gitu ikutin dari belakang aja ya?"

"Oke"

Janu langsung menuju motor nya untuk kemudian mengikuti Riza dari belakang.

Hanya sepuluh menit mereka sudah tiba ditempat tujuan.

Janu memarkirkan motornya sambil memperhatikan rumah didepannya yang asri karena banyak tanaman bunga. Terasa kesejukan pada rumah tersebut.

Seorang gadis keluar dari pintu utama rumah menyambut sang tamu. Siapa lagi kalau bukan Kamila. Ia bersinggungan dengan Riza yang sudah menatapnya dengan jahil.

"Jago juga nyari pacarnya"

Rasanya ingin Mila pites kepala kembarannya itu.

"Hai"

Gadis itu menyapa tamunya yang berjalan semakin dekat ke arahnya. Kamila salah tingkah karena tatapan Janu yang begitu lekat menatapnya. Wajar saja, gadis itu hari ini spesial menggunakan dress.

Janu memang belum pernah melihat sisi Kamila yang ini. Begitu anggun dan cantik dengan dress yang panjangnya sedikit di bawah lutut. Pertemuan mereka waktu itu kan Kamila menggunakan celana panjang.

"Cantik banget" spontan Janu begitu mereka sudah berhadapan.

"Harus dong. Biar tamunya ga kabur, hehehe. Masuk yuk, makan siang dulu ya"

Mereka tertawa bersama, berjalan beriringan menuju ruang makan.

Bertepatan dengan kedua orang tua si kembar yang juga menuju ruang makan untuk ikut makan bersama

"Pak, bu ini Janu temannya mila"

"Selamat siang om, tante" Janu menyalami kedua orang tua Kamila.

"Siang nak Janu, kita makan siang dulu ya. Nanti kita lanjut ngobrol di ruang tamu setelah perut kenyang"

"Siap om" senyum tidak lepas sedikitpun dari wajah Janu ketika ia berbicara atau menjawab tanya.

Tidak ada perbiancangan apapun selama jamuan makan berlangsung. Hanya 2 kali tanya jawab antara ibunya Kamila dengan Janu. Itu pun hanya bertanya apakah Janu memiliki alergi dan juga bagaimana rasa dari masakan anak gadisnya. Sang ibu terlihat puas dengan jawaban yang di berikan oleh sang tamu.


~~~~~~


"Nak Janu tinggalnya dimana?"

"Kota B om"

"Jangan panggil om ah, terlalu keren. Panggil bapak saja. Sama orang tua disana?"

"Nggak pak, orang tua saya di kota A. Saya ngontrak di kota B karena kerja"

"Anak rantau berarti ya. Kerja apa?"

"Guru SMK pak, swasta"

"Bagus sekali. Mencerdaskan anak orang hahaha"

Aku ikut tertawa dengan candaan ayah Kamila. Bapak ternyata orang nya santai. Sejak berangkat aku sudah khawatir sekali akan canggung dan tidak di terima.

"Sudah berapa lama pacaran sama mila"

"Belum pacaran pak, masih pendekatan. Sudah hampir sebulanan"

"Mila itu ngga pernah punya tamu laki-laki. Makanya bapak pikir nak Janu itu pacarnya"

"Kalo boleh jujur dan mumpung saya sedang ngobrol dengan bapak, saya berniat serius dengan Mila pak. Rencana nya minggu depan mau saya ajak kerumah untuk kenalan sama orang tua saya. Tapi semuanya saya kembalikan lagi ke Mila mau apa nggak nya"

"Mmm...terima kasih atas kejujurannya nak Janu. Nanti coba ngobrol aja dengan Mila ya. Bapak sih terserah Mila. Jika nanti kalian benar-benar serius dan mau berlanjut, bapak tunggu kehadiran orang tua nak Janu kerumah ini"

APLIKASI IJO II JENRINA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang