Lovia Calista

9 3 0
                                    

"Hujan merupakan penyair yang merangkai kata-kata emosi di langit"

Hujan adalah riuh rendah yang merayapi langit, menari dengan lembut di atas tanah. Setiap tetesnya menyimpan rahasia emosi yang tak terungkap.
Apakah itu air mata kebahagiaan, atau derita yang terpendam? Setiap hujan mengisahkan kisah yang berbeda, menciptakan coretan emosi yang meresap dalam jiwa kita. Di antara gemerlap petir dan gemuruh guntur, terdapat keheningan yang menggugah perasaan , membangkitkan refleksi tentang hidup dan artinya. Dalam setiap jatuhnya hujan, kita dipanggil untuk mengeksplorasi lapisan-lapisan emosi yang tersembunyi dalam diri kita, dan untuk menggali makna yang lebih dalam dari keindahan dan misteri yang melingkupinya.

aku Lovia Calista orang sekelilingku memberikan julukan sebagai gadis pencinta hujan aku tidak tau bagaimana aku bisa sangat menyukai hujan sedangkan banyak orang di berbagai belahan dunia membenci kedatangannya.

KRINGGGGG!!!!!....
" Apa sih nih alarm berisik banget, gak tau apa kalo aku lagi mimpi enak "

Eh tunggu, alarm? Bunyi? Emang pernah aku bikin alarm?

Kedua mataku langsung terbuka mendapati jam digital di samping tempat tidurku sudah menunjukkan waktu 6.30. itu artinya aku hampir terlambat sekolah.

" Wah gak beres nih jam, masa jam segini baru bangunin aku sih, mana baru hari pertama sekolah lagi ".
Aku langsung bergegas masuk ke kamar mandi dan segera bersiap.

buku udah, alat tulis udah, aku juga udah rapih, cantik apalagi, sekarang saatnya berangkat

( Emang iya via cantik? Sangat percaya diri sekali ya )

TOK, TOK ,TOK

"ABANG!!!" Sambil menggedor pintu kamar bang Cristian.
"Apaan sih bacot banget lu, ganggu orang tidur
aja !" Kata Cristian sambil mengucak mata.

"Bang minta tolong anterin aku ke sekolah, hari ini kan hari pertama aku masuk sekolah." Kataku sambil menunjukan wajah yang penuh harapan.

"Dih, siapa lu sampe minta gua anterin ke sekolah, udah sana ganggu aja lu!"
"Tapi bang...."

BRAKKK!!!

aku terdiam membisu menahan sesak di dada seperti ada bongkahan batu yang menghimpitnya.
"Abang sekarang udah berubah ya, gak sama kayak dulu lagi" kataku pelan berharap bang cris mendengarnya.

"Gak apa apa via, ayo semangat masa hari pertama sekolah pake acara sedih sedih segala sih" lahhhh, bentar² hari pertama sekolah.
Astaga, sisa 25 menit lagi bisa terlambat aku, alamat diomelin anggota osis ini mah.

( Jangan lupa untuk ninggalin jejak ya ◉‿◉ )

Ritmik Hujan : Coretan Emosi Diantara Jatuhnya Tetes Estetika Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang