Saat ini Abyan sedang bersama Jinan—sahabatnya. Laki-laki manis itu meminta Jinan untuk menemaninya makan siang.
Serta meminta Jinan untuk tidak bersama kekasihnya, Harsa. Sebab, ia ingin mencurahkan kegelisahannya saat ini.
"Jadi, kali ini ada apa?"
Pertanyaan yang diberikan oleh Jinan membuat Abyan terdiam. Ia memainkan es tehnya yang sudah sisa setengah.
Jinan yang melihat itu, langsung menarik sedotan yang sedang digigit Abyan. "Jorok. Cepet cerita, kali ini lo kenapa?"
"Tama, Nan. Gue rasa dia udah bosen sama gue."
Jawaban yang diberikan Abyan membuat Jinan memijit pelipisnya pelan. Ia tahu sekali dengan hubungan Abyan Tama yang memang hanya terlihat manis di sosial medianya saja.
"Mau putus? Udah berapa kali gue liat lo kayak gini, lo juga kenapa bisa ketemu modelan kayak Tama sih?"
Abyan menggeleng pelan. "Gue nggak mau, dan gue nggak tahu kenapa." Abyan menghela napas pelan. "Gue masih sayang sama Tama, Nan," ucap Abyan lirih.
Jinan mendengkus kasar. "Hadah." Laki-laki itu menatap Abyan serius. "Mau sampe kapan lo begini, By?"
Abyan terdiam. Matanya melihat ke arah lain selain mata Jinan. Meskipun Jinan sahabatnya, ia juga takut dengan tatapan tajam milik Jinan.
"Lo nggak tahu sih gimana Tama dulu, dia tuh berusaha banget deketin gue, sayang gue, dia yang selalu ada buat gue ...."
"Tapi kalo sekarang udah nggak gitu. Bener kali ucapan lo tadi. Tama udah bosen sama lo," potong Jinan cepat. Jengah mendengar ucapan Abyan yang selalu sama.
Membela Tama ketika Jinan selalu memberi saran putus pada Abyan.
"Ah lo mah, sahabat lo ini lagi sedih, njir." Abyan mengusak rambutnya kasar. Lalu menelungkupkan wajahnya di meja kantin.
"Males dengerin keluh kesah lo yang sama. Udah tiga bulan anjir, lo selalu kayak gini. Apa nggak bosen lo?"
"Apa susahnya sih putusin Tama? Banyak yang suka sama lo, By," ucap Jinan lagi.
Abyan mendongak menatap wajah Jinan yang sudah tak bersahabat itu. "Kalau Tama masih cinta sama gue gimana? Gue nggak mau nyesel," cicit Abyan memelas.
Jinan memutar bola matanya malas. Kepalanya panas mendengar ucapan Abyan, belum lagi dengan matkul sebelum mereka bertemu.
"Tahu dah, gue capek. Mending lo balik dah, gue mau pacaran sama Harsa aja. Otak lo kalau belum bener, jangan temuin gue."
Setelah mengucapkan itu, Jinan pergi meninggalkan Abyan yang merengut sedih. Jahat sekali sahabatnya meninggalkan Abyan demi pacaran.
Di saat masih meratapi kesedihannya. Tiba-tiba matanya tak sengaja menemukan Tama yang baru saja masuk ke kantin bersama teman-temannya.
Namun, bukan itu poin masalahnya. Melainkan laki-laki di sebelah Tama yang terlihat manis.
Shakiel. Anak DKV di kampusnya.
Mengapa Tama merangkulnya dengan erat?
•••
Bukan tidak mau putus dengan Tama. Namun, Abyan takut menyesal dengan keputusan itu. Ia masih ingat dengan Tama yang selalu bersikap manis dan baik padanya.
Ia adalah tipe orang yang selalu mengingat kebaikan kecil yang orang berikan padanya.
Dan itu berlaku pada Tama di hidupnya. Laki-laki bertubuh tinggi itu selalu ada ketika Abyan yang lelah karena tugasnya, Tama pinjamkan uang ketika masa bayar kosnya kurang uang, dan Tama yang selalu memberikan makan ketika Abyan kehabisan uang di pertengahan bulan.
Iya, Tama memang sebaik itu.
Dan ia tidak mau dicap sebagai orang tidak tahu diri hanya karena Tama yang terlihat menjauhinya dan tidak peduli dengannya, tanpa tahu ada apa dengan laki-laki itu.
Tetapi, setelah melihat bagaimana tawa dan senyum lebar milik Tama seperti yang laki-laki itu lakukan di awal kencan.
Rasa-rasanya, ini sudah waktunya untuk melepas Tama, sebagai kekasih pertamanya yang sudah menjalin satu tahun lamanya.
Mungkin benar Tama tidak lagi memiliki perasaan dengannya. Kasarnya, bosan.
Ia tidak akan memaksa Tama selalu ada di sisinya. Untuk kali ini ia akan mendengarkan saran sahabatnya.
Memutuskan hubungannya dengan Tama.
•••
10 Februari 2024