6. Hukuman

9 2 0
                                    


_Rasa Sakit Yang Tersembunyi_

***

"Thanks ya Al buat traktirannya, gue balik dulu. Bay"

"Bay, Hati-hati."

Disisi lain, Alana dengan hati-hati membuat pintu utama rumahnya dan segera masuk kedalam rumah. ketika melewati ruang tamu suara berat tiba-tiba saja menyapa indra pendengarannya.

"Kenapa baru pulang Alana, dari mana saja kamu!!"

Dengan penuh hati-hati Alana membalikkan tubuhnya, disana terlihat Bryan sedang membaca Proposal.

Alana berusaha tenang, entah apa yang akan dilakukan Bryan terhadap dirinya kali ini.

"Jawab pertanyaan papa Alana Keylovly Abimanyu!!" Bryan meninggikan suaranya.

"Al...Alana tadi ada urusan sama teman Alana pah."

"Kamu tau ini jam berapa, Hah!!"

"Maah pah, Alana janj..."

Plak

"Dasar Anak Gak Tau Diri Kamu!!"

Bryan menamparnya dengan sangat kuat hingga Alana tersungkur dengan tangan yang memegangi pipinya. Bryan segera mencekram tangan Alana dan menyeretnya ke dalam ruang kerjanya dengan kasar.

Ketika sudah sampai di dalam ruang kerjanya, Bryan berjalan untuk mengambil sesuatu. Melihat Bryan yang tengah berjalan mendekatinya dengan tangan kanan yang membawa tongkat membuat Alana refleks berdiri dan berlari ke pintu tapi tampaknya kebaikan sedang tidak berpihak kepadanya karena Bryan sudah mengunci pintu ruang kerjanya.

"Pah, jangan Alana janji gak bakal pulang telat lagi tanpa seizin papa" Janji Alana dengan tangan yang saling menyatu, tapi tampaknya Bryan tidak Mengumbris ucapan Alana.

"Anak seperti kamu harus diberi pelajaran agar tau batasan" Ucap Bryan. lalu ia mengayunkan tongkat tersebut ke arah Alana.

Bugh Bugh

"AKHH!! Alana berteriak ketika tongkat tersebut menghantam kaki putihnya. Alana tidak bisa menopang badannya dengan rasa sakit yang menjalar di kakinya dan ia terjatuh di lantai.

Bryan seakan-akan tuli dengan pendengarannya ia tidak memperdulikan teriakan Alana putri sulungnya.

Bugh Bugh

"Ampun pah, Alana mohon."

"Apa kamu bilang ampun!!, Dasar Anak Sialan!!". Nafas Bryan terengah-engah ia menatap nyalang anak sulungnya.

Bryan membuang tongkat tersebut dengan kasar lalu melihat Alana yang sudah lemas tergeletak di lantai tanpa rasa iba. Merasa hukuman yang iya berikan belum cukup. Bryan dengan gampangnya menendang badan Alana berkali kali.

Bugh

Bugh

Bugh

Seakan-akan puas dengan hukuman yang sudah ia berikan kepada Alana, Bryan dengan kasar menarik dagu Alana.

"Sakit? Masih ingin menjadi anak yang pembangkang, jawab papa Alana!! Bentak Bryan.

" Enggak pah" Jawab Alana dengan suara yang begitu lemah.

Setelah puas dengan jawaban Alana, Bryan dengan kasar menghempaskan dagu Alana.

"Elena!!" Panggil Bryan kepada istrinya.

"Iya mas" Jawab Elena ketika sudah sampai didalam ruangan Bryan.

"Bawa anak ini!! Saya jijik melihatnya!!"

"Dan satu lagi Alana tutupi lukamu dengan baik, jangan sampai orang orang tau. jika ada yang tau saya tidak akan segan segan untuk membunuh kamu, paham!!"

"Alana Paham pah."

"Ikut saya" Tarik Elena pada tangan Alana dengan kasar.

🔥🔥🔥

Jangan lupa vote dan komen ya teman teman

Maaf yaa kalau masih banyak typo yang bertebaran🙏🙏

Sampai jumpa di chapter berikutnya

ALANA (On Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang