𝐈𝐧𝐠𝐚𝐭𝐚𝐧───#03

31 4 6
                                    

Kini tak ada satupun insan yang berada di tempat permainan sebelum nya, mereka telah di kembalikan pada ruangan peristirahatan. Zet terlihat hanya melamun sedari tadi, tak memperdulikan sekitar nya, sama sekali tak peduli.

Entah apa yang mengusik benak nya, namun hal yang mengusik benak nya sudah di pastikan adalah hal yang berat. Terlihat dari wajahnya yang murung dan suram. Wajahnya memang selalu suram, namun kali ini berbeda.

Pandangannya tertuju pada sang rembulan yang tampak lebih cantik malam ini, dan juga lebih bersinar. Saat ia sedang hanyut dalam lamunannya tiba-tiba saja seorang pemuda berjalan menghampiri nya, dan sebenarnya Zet menyadari hal tersebut, namun ia membiarkan nya.

"Gimana?, " tanya pemuda tersebut tiba-tiba. Zet menaikan satu alis nya, mengartikan bahwa dia tak mengerti maksud dari pemuda yang berdiri di samping nya. "Perasaan lu setelah menang di game pertama. " lanjut nya

Zet melepaskan cengkraman yang ia berikan pada sebuah pagar besi pembatas, dan mulai membalikkan badan ke arah berlawanan dari raga di samping nya. "Gatau, peduli apa lu?, " ujarnya pelan

"Nanya aja, btw gua Megane, elu?, " Megane terus meminum susu kemasan yang menjadi menu makan malam mereka sembari memperkenalkan diri pada Zet.

Zet yang tak begitu peduli pada Megane hanya menjawab pertanyaan dari Megane tentang nama nya dengan singkat. "Zet. "

Setelah percakapan yang dianggap Zet tak berguna itu selesai ia langsung berjalan menuju ranjang tanpa menyentuh makan malam yang sudah tersedia. Mulai memejamkan mata, dengan suara-suara berisik dari para peserta yang masih terdengar, tentu saja suara Alia dan Nelson termasuk.

"Kamu mau jaga burung ini ga?, " pinta seseorang dengan suara lembut dan hangat. Anggukan di berikan oleh bocah lelaki yang terduduk di samping seorang bocah perempuan yang sedang memegang seekor burung yang terluka.

Gadis tersebut yang melihat temannya memberi jawaban yang sama seperti yang ia bayang kan mulai mengukir senyuman manis pada wajah bersinar nya dikarenakan terkena sinar matahari siang yang terik.

Di tengah-tengah senyuman manis nya bak seorang heroine ia menundukkan kepala dan mulai bergumam pelan, walaupun masih dapat di dengar dengen jelas. "Zet, kamu baik. " gumam nya pelan

Zet kecil yang mendengar nya hanya membalas senyuman dari sobat nya tersebut. Kini terlihat Zet kecil yang tengah menempuh perjalanan menuju rumah masa kecil milik nya. Keringat nya bercucuran, sebuah ice cream tak luput dari genggaman tangan nya, ice cream yang perlahan meleleh di karenakan sinar sang mentari yang semakin terik.

Setibanya Zet di depan pintu rumah milik nya ia langsung menerobos masuk, tak menunggu seseorang membukakan pintu untuk diri nya. Dengan segera dan nafas yang ter engah-engah ia memanggil ibunya dengen keras, "Mama! Aku pulang, " teriak nya dengan langkah-langkah kecil menuju dapur.

Setiba nya disana Zet meneliti setiap sudut dapur dan ia berhasil menemukan sosok yang sedari tadi ia cari. Berlari dengan kaki-kaki manggil nya menuju seorang wanita berkepala tiga yang tengah menyapu rumah bagian belakang, secepatnya ia memeluk sang ibu tentunya di balas pelukan oleh ibunya.

"Sekarang kamu mandi dulu sana, setelah itu makan ya, " titah perempuan berkepala tiga pada bocah yang menjadi satu-satunya orang yang dapat membuat nya tersenyum, anak satu-satunya.

Anggukan di berikan oleh Zet.

Kini Zet kecil tengah berada pada ruangan yang terasa hangat, dan nyaman tentunya. Membalut luka dari burung kecil yang memperhatikan kan, dengan lembut ia menyanyikan nyanyian-nyanyian asal pada sang burung yang membuat makhluk kecil pada genggaman nya mulai lebih tenang dari sebelumnya.

Beberapa hari setelah nya makhluk yang ia rawat mulai pulih. Suatu hal mengerikan menimpa burung kecil tersebut. Zet menginjak kan kaki pada rumah kecil nan sederhana milik keluarga kecilnya dengan amarah yang memuncak hingga ujung kepala. Amarah tak terbendung nya disebab kan oleh ejekan dari beberapa temannya.

"Ck, mereka kenapa sering ngejek aku dah?!, " geram Zet. Saat amarah menguasai hati dan diri nya ia melemparkan segala hal yang di jangkau oleh iris matanya. Tak terkecuali burung kecil yang ia rawat, di lempar hingga tak berdaya.

Kelopak matanya melebar, tek menyatu seperti saat dia sedang di kuasai oleh amarah. Bergetar, dari tangan, kaki, dan tentunya keringat bercucuran. Darah dari burung tersebut berceceran kemanapun yang darah tersebut mau. Namun entah apa yang mengganggu otak Zet, saat melihat darah segar tersebut ia justru senang.

Semenjak kejadian mengerikan tersebut Zet mulai melukai dirinya sendiri. Tidak, bukan untuk menghilangkan rasa stres, namun karna ia menyukai bau dan penampilan indah dari darah segar yang masih mengucur dari tempat goresan-goresan yang ia timbulkan. Yah itu hanya pemikiran nya saja.

Kini dua tubuh orang dewasa sedang bergidik ngeri sekaligus kaget ketika menatap hal-hal mengerikan sekaligus gila yang telah putra mereka perbuat. Darah mengalir deras dari lengan sang empu, tepat di samping nadi milik bocah tersebut. Salah satu dari mereka, ehm lebih tepatnya sang ibu. Mencoba menghentikan tindakan gila sang putra.

Zet kesal pada sang ibu yang terus mengoceh, pisau kecil terlempar pada sang ibu dengan kelopak mata menutupi netra nya. Darah bercucuran tak teratur, keluar dari perut ramping sang ibu yang tertancap sebuah pisau.

Setelahnya rasa bersalah menyelimuti hati Zet, ia mematung tanpa pergerakan sedikit pun. Jika kalian bertanya dimana sang ayah, saat kejadian ia melarikan diri sang anak. Berlarian kencangnya kearah kantor polisi terdekat.

Di tengah-tengah lamunan penuh penyesalan tersebut terdengar alarm polisi dan ambulance, tentu nya. Terlihat banyak orang berkumpul mengelilingi kediaman milik keluarga Zet, dengen Zet yang di tahan oleh pihak berwajib. Wajahnya muram, penuh dengan rasa takut dan menyesal. Raga sang ibu terkulai lemas dengan darah yang terus bercucuran.

Yah hal yang telah terjadi di masa lalu selalu terlintas pada benak nya. Membuat raga dan jiwa nya tak dapat tenang, tentu nya untuk tidur dan terlelap demi tubuh nya yang tengah kelelahan.

𝐃𝐞𝐬𝐭𝐫𝐮𝐜𝐭𝐢𝐨𝐧 𝑃𝑖𝑡 : ʏᴛᴍᴄɪ ғᴀɴғɪᴄTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang