04. Mawar Putih

2 0 0
                                    

Aku akhirnya sampai di depan rumahku setelah di antar oleh gadis yang kurasa seusiaku. Dia adalah satu satunya orang yang mau membantuku disaat semua orang mengabaikan ku yang menanganggapku layaknya tidak ada di bumi ini.

Dia hanya mengantarku sampai depan rumahku saja dan sebelum ia pergi ia berjanji akan menemuiku lagi esok hari. Aku mengiyakan saja perkataannya itu.

Disela sela itu saat ini aku tengah berjalan memasuki area teras rumahku, yang membuatku heran ialah aku rasa orang orang sepertinya tidak bisa melihat kehadiranku saat ini. Hanya seorang bayi yang kupikir usianya masih 1 tahun, dia dari tadi memusatkan pandangannya padaku. Ah tak ku hiraukan saja dan berlalu masuk ke dalam rumaah.

Sebelum masuk pandanganku teralihkan oleh bendera putih yang ada di depan, agaknya ini bukan pesta tapi pemakaman buatku. Tak pikir panjang aku yang masih tidak terlalu ingat siapa orang tua ku langsung masuk ke dalam rumah.

Aku bisa melihat tangis orang orang di dalam sana. Pandanganku lagi lagi terfokuskan pada gadis yang mampu membuat hatiku bagaikaan di remuk. Aku heran mengapa aku berlagak demikian.

Hatiku serasa nyeri melihat wanita itu menangis dengan matanya yang sudah sayup juga bengkak.

Margarethh..

Ah siapa itu.. aku secara tidak sadar mengucapkan nama itu. Apakah itu merupakan nama dari wanita cantik disana.

Aku mendekat ke arah wanita itu dan kulihat sepertinya ia menangis karena seseorang yang ada di dalam peti mati tersebut. Aku pelan pelan mendekat.

Deg

Deg

Deg

Aku mematung tatkalaa melihat seorang pria yang mirip denganku berbaring di dalam peti mati tersebut. Bukan lagi mirip tapi lebih tepatnya sama.. orang yang sama.

Seketika penglihatanku yang tadinya baik baik saja kini melihat cahaya yang sangat menyilaukan mata. Sepersekian cahaya itu hilang terlintaslah kejadian semalam yang aku lalui saampai detik ini.

Ku simpulkan ternyaata orang dalam leti itu adalah aku sendiri. Pantas orang orang tidak bisa merasakan kehadiranku rupanya aku ini adalah jiwa dari raga yang terbaring lemah itu.

Semalam, aku yang mengemudikan motorku dengan sangat kencang tak mampu lagi ku kendalikan sehingga aku dengan hebatnya menghantam pembatas jalan. Air mataku kini jatuh dan membasahi kedua pipiku. Aku rupanya telah meninggal dunia dan gadis ini tidak lain ialah Margareth, wanita yang kukasihi dan ku cintai selama ini.

Aku juga melihat Mama, Papa dan Xilon. Mereka ssama halnya terlihat sangat kehilangan atas apa yang telah menimpaku. Aku serasa tidak sadar, aku serasa hanya bermimpi ini terjadi menimpaku. Katakan bahwa ini hanyalah sebuah mimpi buruk ku sahaja.

____

Saat ini aku tengah berada di tempat terakhir kalinya aku pertama kali bangun kemarin. Rupanya kemarin aku sudah berada di sini di tempat pemakaman umum. Bodohnya aku yang tidak menyadari akan ini.

Aku melihat proses demi proses jasadku di masukkan ke dalam liang lahat dan saat mulai di timbun dengan tanah, Mama dan Margareth menangis dengan histerisnya di makamku.

Aku hanya bisa terdiam, bicarapun tidak ada gunanya sebab tidak akan ada yang bisa mendengar. Sekarang semua proses pemakamanku telah selesai dan semua pelayat satu persatu meninggalkan makam ku.

Saat ini hanya ada Margareth dan Xilon yang masih berada di sini, Margareth nampaknya membawakanku sebuah bucket yang pernah aku inginkan. Bucket mawar putih yang Margareth letakkan tepat di atas makamku menjadi salam terakhirnya padaku.

"Felix, ini bunga yang kamu inginkan. Aku bawakan untuk kamu. Selamat ulang tahun dan.. selamat tinggal"

Kini ia sudah berlalu pergi dan tinggallah aku sendiri di sini, di makamku sendiri. Tidak tahu harus kemana aku saat ini. Aku kebingungan, sangat.

"Haii"

Aku menoleh ke belakang mencari suara tersebut

"Kamu?  siapa kamu sebenarnya? Kamu sudah tahu dari kemarin kan kalau aku sudah meninggal?"

"Iya aku tahu"

"Lalu kenapa kamu tidak memberitahuku?"

"Sebab jika kamu sudah tahu, kamu tidak akan pernah bisa untuk pulang dan mendapatkan kembali ingatanmu"

"Lalu aku harus bagaimana sekarang?
Aku bingung dengan keadaanku sekarang"

"Ayo kita pulang ke rumah yang sebenarnya" ajak gadis tersebut

"Dimana itu?" Tanyaku

Gadis itupun tidak menjawab pertanyaanku dan hanya menunjuk langit yang indah itu "kita akan ke atas sana, menyambut kehidupan abadi kita"

Setelah itu, cahaya terang kembali masuk kedalam penglihatanku. Dan sampai saat itulah terkhir kalinya aku melihat. Sepertinya aku akan pergi ke tempat dimana kehidupan abadi akan dimulai diatas sana. Rupanya ini sudah saatnya untuk aku pergi.. perasaan duniawi ku juga sudah tidak ada di dalam diriku. Maaf telah pergi terlebih dahulu, aku akan menunggu kehadiran kalian di kehidupan abadi di atas sana.. Aku akan senantiasa menunggu Margareth di atas sana dan selamat tinggal semesta..


[END]

[END]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Mawar Putih [CERPEN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang