EPILOG

462 35 13
                                    

[Langit telah bersujud,
Kedua dunia pun telah bertemu.]

Rumah duka kini terisi penuh oleh orang-orang terdekat Ness, hadir untuk menyampaikan perpisahan terakhir. Dalam putihnya ruangan dan keharuman aroma wewangian yang menyelimuti, para tamu bergantian memberikan penghormatan terakhir kepada Ness.

Kaiser menjadi orang terakhir yang memberikan penghormatan dan mencium kening Sahabatnya, air mata tak terbendung meluncur di pipinya menimpa wajah Ness. Tubuhnya limbung di samping peti, menyulitkan Yoichi dan Kaizen untuk mengangkatnya menjauh, seiring Kaiser yang masih enggan melepaskan sentuhan tangan pada peti itu.

[Di mana pun kau melihat,

Hanya ada pertemuan.]

[Peti telah dihiasi, wewangian tersebar dimana-mana.]

[Bahkan Tuhan telah datang untuk membaca takdir ini.]

Mereka yang hadir dalam acara pemakaman menundukkan kepala penuh kekhidmatan, mendoakan agar Ness dapat pergi ke tempat yang indah dan bebas dari rasa sakit yang selama ini menyiksanya. Sejak awal acara, pandangan Kaiser terus kosong, menatap peti sahabatnya yang turun perlahan ke liang lahat. Dengan gerakan perlahan, dia menaburkan bunga-bunga kecil ke dalam tanah, ekspresinya tanpa nada, karena air mata telah habis untuk menangisinya.

Selesai upacara, Kaiser masih terdiam di samping makam Ness. Suara hembusan angin seakan memanggil kenangan-kenangan manis mereka bersama. Yoichi dan Kaizen berusaha menarik Kaiser pergi, menyadarkan bahwa kini saatnya untuk mengenang Ness dalam kenangan yang damai.

"Dia masih menungguku rupanya." Ness tersenyum haru melihat sahabatnya masih duduk di samping kuburannya. Sementara Snuffy menemaninya dari belakang, kemudian menghampiri Ness untuk segera pergi.

[Kisah kita belumlah lengkap.]

°^°^^°^°

Kehilangan Ness adalah seperti terjebak dalam lautan kehampaan yang tak berujung setiap tahunnya. Kehilangan sosok sahabat yang begitu berarti bagiku telah meninggalkan kesendirian yang menganga, mengisi hari-hari dengan kekosongan yang tak tergantikan. Namun, aku harus tetap kuat menjalaninya.

Kini, kehadiran Istriku membawa sinar baru dalam kegelapan yang melingkupiku. Dia adalah sosok yang membawa kembali kehangatan dan keceriaan dalam hidupku. Aku tak bisa berterima kasih cukup atas kehadirannya.

"Terima kasih, sudah datang dalam hidupku," ucapku, senyumku tak bisa disembunyikan melihat wajah manisnya. Aku memeluknya erat, merasakan kehadirannya yang begitu nyata.

Putri kami, dengan kepolosannya, mengingatkan ku pada kenangan indah bersama Ness. "Papa, nanti kalau Papa sudah sehat, ayo main salju!" ujarnya, serupa dengan impian yang dulu pernah kami miliki bersama Ness.

Air mataku mengalir tanpa henti, mengalir sebagai ungkapan terima kasih dan keinginan untuk memenuhi janji-janji yang terlewatkan. Aku mendekap mereka berdua, merasakan getaran cinta yang menghangatkan hatiku.

Usiaku yang menginjak 30 tahun, mengalami perubahan besar ketika karirku sebagai striker sepak bola harus berakhir karena gagal ginjal akut.

Awal aku didiagnosis oleh Dokter, Snuffy menemui ku meminta untuk mempersiapkan diri.

Pertama kali melihatnya, aku tidak paham kenapa orang itu tiba-tiba ada di Jerman dan memintaku untuk mempersiapkan diri. Ternyata, orang itu adalah orang yang akan menjemputku nanti untuk menemui Ness.

Saat aku memandang Istriku, kusadari betapa berat untuk meninggalkannya. Namun, juga kusadari bahwa kepergianku adalah untuk memenuhi janji kepada sahabatku yang telah tiada. Aku mencium keningnya dengan penuh kasih sayang, "Jaga dia, ya. Maafkan aku."

Matanya yang penuh pengertian adalah jawaban atas permintaanku. Dalam pandangan itu, aku menemukan kekuatan untuk melangkah, meski hatiku terkoyak oleh perpisahan yang tak terelakkan.

°^°^^°^°

Di bawah guguran daun Maple, aku berdiri menghadap batang pohon Maple yang megah. Hening menyelimuti tempat ini, hanya terdengar suara langkah-langkahku yang meresapi keindahan alam musim gugur. Pepohonan Maple berwarna oranye dan merah memberikan warna magis pada suasana yang mengingatkan aku pada masa kecil bersama Ness.

Kenangan indah memenuhi pikiranku ketika kami dulu jalan-jalan dan berfoto di tempat ini. Wajah Ness yang selalu menyinari hari-hariku muncul dalam bayangan, senyumannya begitu indah, dan kerinduan pun menyelinap ke dalam hatiku.

"Aku merindukanmu, Ness."

Suara langkah kaki yang deru di atas dedaunan mengalihkan perhatianku. Aku berbalik dan tak percaya melihat sosok di hadapanku.

"Hai, Aku Alexis Ness. Senang berjumpa denganmu..."

"Kaiser." Suaranya lembut, menghentikan rindu yang selama ini menguasai hatiku.

Bibirku bergetar menyebut namanya dan mataku terbuka lebar tak percaya. Di depanku, seperti bayangan yang hidup, adalah Ness dengan senyuman yang begitu akrab.

Tanpa ragu, aku berlari menuju ke arahnya dan memeluknya erat. Tubuh kami menyatu dalam kehangatan, merasakan kerinduan yang bertahun-tahun terpendam.

"Aku datang." Kami berdua, di bawah guguran daun Maple, merayakan pertemuan yang lama dinantikan.

—T A M A T—

Halo, dengan ini Author ucapkan terima kasih banyak yang udah membaca cerita ini sampai akhirnya Author bisa menamatkannya walau sering terhambat oleh waktu luang.

TATTOO || KAINESS resmi TAMAT di epilog ini berkat dukungan kalian semua yang senantiasa meramaikannya, makasih💛

TATTOO || KAISER NESS [PR-PROSES REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang