Bagian 2 : Mimpi yang Sama

184 9 0
                                    

Sampai jumpa.

Chanyeol terbangun dengan mata terbelalak. Ia merasa masih berada di tempat yang sama saat ia terakhir sadar.

Tapi aku di kasur,
batinnya, serta merta meraba-raba dan mendapati seprei halus dengan bau khas pewangi yang menusuk hidung.

Rumah sakit?

Tepat di kanannya ada Kyungsoo sedang memperhatikannya dan tersenyum kecil.

"Hai, hyung*. Akhirnya kau bangun juga." Kata Kyungsoo sambil mengusap-usap tangan Chanyeol.

Dengan lemah Chanyeol bertanya pada Kyungsoo.

"Siapa yang membawaku kesini semalam?"

"Semalam?", Kyungsoo bertopang dagu, bertanya nakal.

Chanyeol melempar wajah bingung ke arah Kyungsoo. Sayang, Kyungsoo hanya menjawabnya dengan senyuman khas berbentuk hatinya.

"Ah.. yang benar saja Kyungsoo-ah." Kali ini Chanyeol merasa benar-benar khawatir.

Kyungsoo bangun dari tempat duduknya, mendudukkan Chanyeol. Ia lalu mengambil segelas air di sebelah ranjang Chanyeol dan membantu Chanyeol meminumnya.

"Tentu," kata Kyungsoo.

"Lihat tangan kirimu, hyung. Bekas jahitannya panjang sekali. Jatuh dari tangga saja sampai begitu. Bagaimana jatuh ke pelukanku."

"Apwfa apw n kwrr kywrng su....". Chanyeol berbicara tak jelas dalam teguk minumannya. Tangan Chanyeol bergerak hendak memukul lengan Kyungsoo tapi ia berakhir kesakitan dan memegang luka memanjangnya yang telah diperban. Kyungsoo hanya tertawa melihat tingkah Chanyeol sembari mengembalikan gelasnya ke meja dan menidurkan Chanyeol kembali.

"Jangan banyak bergerak, hyung", sarannya.

"Baekhyun hyung yang membawa kau kesini. Ia bingung melihat ceceran darah yang mengarah ke kamar apartemen kalian. Apa lagi saat mengetahui kau pingsan. Ia berteriak-teriak pada manajer hyung di telepon seperti badak ingin melahirkan.

Chanyeol tertawa. Ia hanya bisa membayangkan bagaimana Baekhyun lompat kesana kemari dan berteriak-teriak seperti badak ingin melahirkan. Mungkin akan menakutkan bila Baekhyun benar-benar melakukannya.

"Kemana yang lain?"

"Makan siang. Paling sebentar lagi semuanya kesini." Kyungsoo menghempaskan tubuh bungkuknya ke kursi.

Chanyeol sudah tak merasakan nyeri yang menyerangnya beberapa waktu barusan. Tapi kepalanya masih terasa berputar. Meskipun tak lebih sakit dari sakit kepala yang ia rasakan saat terakhir kali masih sadar.

Selama itukah aku tidur?

"Ngomong-ngomong,"
Kyungsoo dan Chanyeol bertanya berbarengan.

"Hyung mau tanya apa?"

"Duluan saja."

"Hyung saja."

"Ah baiklah."
Tiba-tiba hujan deras. Chanyeol melirik ke arah jendela kamar rawat inapnya. Semua terlihat abu-abu dan menggelap. Entah mengapa kamar inapnya terasa dingin hari itu.

"Sudah berapa lama aku disini, Kyungsoo?", Chanyeol bertanya sambil memalingkan wajahnya lagi ke arah temannya itu. Kyungsoo mengernyit dan berusaha mengingat.

"Tiga hari." Jawab Kyungsoo mantap.

"Kau yakin aku tidur selama itu dan dengan bodohnya skip konser?"

"Hyung memang bodoh karena terlalu memaksakan diri. Bahkan orang yang sangat kelelahan pun kurasa tak akan tidur selama itu."

Chanyeol terdiam. Mengarahkan pandangannya ke langit-langit yang kusam.

"Baekhyun hyung khawatir sekali. Ia juga sempat mengira kau mati karena .......hampir......Setelah dibawa kesini... bilang kau hanya kolaps... Butuh banyak istirahat....."

Chanyeol tak begitu mendengarkan Kyungsoo dan tenggelam dalam memorinya. Mengingat-ingat apa yang ia alami selama--yang mereka bilang--pingsan.

Api.
Kyungsoo pembunuh.
Tao, Kris hyung, dan Luhan hyung tak pernah bersalah.
Baekhyun bodoh.
Aku tak begitu mengingat yang lain.... tak jelas...
Aku....

"...hyung?", panggilan Kyungsoo memecah lamunannya. Chanyeol kembali melirik Kyungsoo.

"Ohya. Tadi kau mau tanya apa?"

Kyungsoo memandang Chanyeol dengan tatapan mata penguinnya dan perlahan mendekati wajah Chanyeol.
Jantung Chanyeol berdegup cepat. Rasanya seperti kuda-kuda batalyon menyerbu dan mengobrak-abrik benteng pertahanan tubuhnya.

"Dalam tiga hari.... Apakah hyung bermimpi sesuatu? Maksudku..."

Chanyeol melihat ke sekeliling kamar. Dominasi warna putih kusam membuat kamarnya terasa kosong. Ia tak begitu yakin bahwa yang ia alami adalah mimpi karena semuanya terlihat begitu nyata.

"Hitam putih, kan?", potong Chanyeol tiba-tiba.

Mendengar jawaban Chanyeol, Kyungsoo seketika berdiri dan berjalan menuju jendela. Ia menggeser penutup kaca dan hawa dingin tak terduga merangsek masuk dan membuat kamar inap Chanyeol terasa makin dingin. Kyungsoo melihat ke luar dan bertanya,

"Hyung, apa menurutmu kita memiliki mimpi yang sama?"

"Jangan bercanda, Kyungsoo. Mimpi hanyalah mimpi. Jangan terlalu serius." Chanyeol membalik badannya ke kanan membelakangi Kyungsoo yang sedang melihat jauh di depan jendela. Berusaha mengelak dalam diam bahwa perkataan Kyungsoo mungkin ada benarnya.

"Bagaimana kalau, kau melihat aku membunuhnya? Baekhyun hyung?" kata Kyungsoo seperti berbisik. Kyungsoo membalik badannya dari muka jendela dan melihat Chanyeol yang membelakanginya.

"Hyung, ceritakan padaku mimpimu." Kali ini Kyungsoo setengah memaksa.

Bisakah aku pergi dari tempat ini sekarang juga?

----
*Hyung (n) : panggilan antar lelaki untuk memanggil laki-laki yang lebih tua umurnya.

Jam Dinding (hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang