Berbeda Jalan

10 2 2
                                    

Pagi mulai menyingsing, cahaya matahari mulai menyelinap dari jendela rumah kayu kecil.
Gadis berambut coklat itu mulai bergerak dan terbangun dari tidur panjangnya.

Dia menyadari ada selimut yang menempel di punggungnya.
Mata biru yang setengah terbuka itu mulai mencoba mengingat ingat apa yang terjadi semalam.

"Oh ya.. aku ketiduran..."
Ujar gadis itu sambil berusaha meregangkan badan. Beberapa saat dia membawa selimut itu kembali ke kamar.

Setelah di buka, kamar tersebut tidak ada orang, dan sudah begitu rapi.

Lalu gadis itu pergi ke dapur, tapi tidak ada siapa- siapa. Tapi beberapa roti dan selai telah tersedia di meja.
Ada catatan kecil di bawah toples selai itu.

Dengan wajah datar gadis itu mengambil dan membaca catatan kecil itu.

"Terimakasih sudah membantuku,
Tapi aku harus pergi,
Maaf.

Ares "

Gadis itu kemudian tertegun sebentar, dia memikirkan sesuatu, namun rasa lapar di pagi hari itu membuat dia tidak ingin berpikir berat.

Miyu langsung menyiapkan perapian untuk menyalakan api. Kertas kecil dari Ares, dimasukan ke dalam perapian oleh Miyu.

"Kalau kamu kembali dengan luka parah, awas kamu ya"

Lanjut Miyu membakar api di perapian itu sambil menyiapkan air untuk membuat teh herbal dan melanjutkan sarapannya.

****

Di tempat lain jauh di dalam hutan, didekat tanah lapang, dengan bekas beberapa pohon yang tumbang.
Seorang pemuda Elf terlihat mencoba mencari sesuatu di sana.

"Hm... Sepertinya mereka tidak meninggalkan bekas"

Ares  menyusuri tempat itu, di sekitar sana masih tertinggal beberapa bulu Sirius dan sedikit bekas darah kering yang berceceran, sudah bercampur dengan tanah dan tumbuhan sekitar, tapi masih terlihat samar.

Dilihat dari kondisi bekas darah, sepertinya setelah dia menebas semua Sirius itu, mereka tidak langsung mati, tapi berbalik menyerang orang yang mengendalikan mereka.

"Ya.. setidaknya gara-gara tindakan mereka yang sembrono aku bisa kabur"

"Tapi apakah dengan kabur adalah tindakan yang benar?
Ataukah memang mereka menginginkan aku mati?
Cih.. padahal sebelumnya aku menyelesaikan tugas-tugas mereka"

Bathin Ares agak kesal dengan kondisinya. Dia jelas sekarang berada di posisi yang kurang menguntungkan, tapi tidak ada waktu untuk melarikan diri.

Pemuda Elf itu menghela nafas,
Kemudian dia meraba tanah di dekat bekas darah yang berceceran itu, kemudian dia menarik nafas lagi untuk merapal mantra.

"Diantara ritus yang masih berdiri, baik siang maupun malam,
dalam masa yang tak lekang oleh waktu,
hingga akhir zaman,
Sebagai petunjuk untuk masa yang silih berganti,
Bukti yang tidak tertuang dalam tinta,
Jadikanlah tanda-tanda yang jelas"

Bersama lirih nya suaranya yang agak berat, bekas darah kering berceceran itu mengeluarkan cahaya gemerlap agak samar, di beberapa titik semua darah yang ada di dekat itu mengeluarkan cahaya.

Ares menyusuri cahaya samar itu, dan semakin lama bekas darah itu semakin berjarak agak jauh. Dia mulai berada di dalam hutan, tapi jauh ke arah selatan.

Dia terus mengikuti arah cahaya bekas darah itu, mungkin sudah seharian dia berjalan, dan cahaya  samar itu mulai pudar, dan semakin jauh.

Mendekati tengah hari, saat semua pohon di hutan semakin lenggang, berarti area itu sudah dekat dengan pemukiman. Cahaya samar yang mengikuti bekas darah itu mulai menghilang.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 27 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Eternal SincereTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang