prolog

117 42 14
                                    

Disebuah rumah minimalis, tepatnya disebuah balkon kamar terlihat seorang gadis cantik sedang berdiri disana. Melihat indahnya langit disore hari.

Rambut indahnya berterbangan mengikuti arah angin. Gadis dengan senyum manis yang mampu membuat hari hari orang disekitarnya berwarna.

Mata indahnya selalu memancarkan binar kebahagiaan setiap saat. Katanya ALISYA itu seperti senja, 'Indah dan cantik' . Dia ALISYA, 'ALISYA GRECIA' penyuka alam dan malam.
Menurutnya kedua hal itu membuat tenang dan damai, alam dan malam selalu tau bagaimana membuat hati manusia tenang hanya dengan melihatnya.

Lisya biasa menghabiskan sorenya hanya sekedar bersantai di balkon dan menatap indahnya semburat senja disore hari. Sederhana namun mampu membuat seorang lynelly bahagia

" Lisya kamu dimana?!"

"Lisya lagi di balkon Ma!!" Teriak nya.

"Turun bentarr, mama minta tolong!"

Mama nya ini suka sekali menganggu waktu istirahat nya. Ia pun masuk ke dalam dan menuruni tangga berniat menghampiri mama nya.

Tak tak
.
.
.
.
.

"Kenapa ma?" Tanyanya pada wanita paruh baya yang tak lain dan tak bukan adalah mama nya.

Sabrina Marisa. Mama nya berumur 39 th, dan seorang dokter umum disebuah rumah sakit dikota tempatnya tinggal sekarang. Papa nya David Prasetyo, seorang pengusaha sukses yang punya cabang di beberapa kota kota besar. Pria berumur 40 th yang masih terlihat gagah dan berwibawa.

Dan Lisya sendiri merupakan anak tunggal/ anak semata wayang yang mereka miliki. Jadi tak heran jika apapun kemauan Lisya pasti dituruti.

Menurut Lisya menjadi anak tunggal itu kesepian. Katanya 'enak jadi tunggal.'

'Enak jadi tunggal bisa nguasain semuanya.'

'Kasih sayangnya ngga terbagi.'

'Hidupnya terjamin.'

'Engga ngerasain kurang kasih sayang.'

Nyatanya, itu semua tak sepenuhnya benar menurut Lisya. Sebab apa? Sebab sering kali ia merasa kesepian ketika orang tuanya ada pekerjaan mendadak. Dirumah hanya bersama art. Dari dulu ia ingin sekali punya saudara namun sepertinya Tuhan blum mau mengabulkannya.

Menurutnya punya saudara itu seru, kita bisa punya teman cerita, teman main, canda tawa dan semuanya bisa dilakukan bersama2. Namun Lisya harus tetap bersyukur atas semua pemberian Tuhan. Semua kebahagiaan yang ia punya, orang tua yang selalu mendukung dirinya dan kasih sayang yang sangat besar yang ia dapatkan.

"Bisa anterin ini ke tempat papa ngga? Kan pak Adi nya lagi cuti, jadi ngga ada yang anterin," jelas Mama nya Risa.

"Okee ma, sekalian Lisya juga mau cari angin di luar." Mama nya pun menyerahkan Tupperware warna merah pada Alisya.

"Lisya brangkat, assalamualaikum" ucapnya lalu mencium tangan sang mama.

"Waalaikumsalam, hati2 loh yaa!,"

Alisya pun menganggukkan kepala dan berjalan menuju garasi, guna mengambil sepeda kesayangannya. Ia memutuskan untuk menggunakan sepeda. Sekalian olah raga sore lah dan mengurangi kemacetan.

Jalanan sangat macet pada sore hari. Untung saja Lisya memakai sepeda jadinya dia tidak terkena macet.
Akhirnya, setelah menempuh beberapa menit perjalanan ia pun sampai di kantor papa nya.

Ia pun memarkirkan sepedanya dan berjalan riang sembari membawa bekal ditangan kirinya. Di lobby pun banyak karyawan yang menyapa dirinya dan dibalas oleh Lisya.
Kantor disore hari lumayan sepi karna para karyawan banyak yang bersiap pulang dan hanya sedikit yang masih tetap bekerja.

Karyawan papa nya semua ramah dan baik padanya. Jelass orang dia anak yang punya perusahaan. Klo misal diperlakukan buruk kan bisa bisa di pecat kan karyawannya.

Lisya juga banyak mengenal karyawan karyawan papa nya dan dia sangat suka mengunjungi papa nya jikalau ada waktu luang. Kadang pulang sekolah ia tidak pulang namun malah mampir ke kantor papa nya hanya sekedar melihat lihat atau mengobrol dengan beberapa karwayan.

Si Gadis Senja (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang