Selama sisa perjalanan ke sebrang, mereka diguyur hujan deras sehingga beberapa tas entah milik siapa ikut basah sebagian. Sesampai di dermaga para nelayan lokal yang mengantar mereka menawari untuk ikut singgah di sebuah rumah milik warga sekedar untuk berteduh dan menghangatkan badan sebelum mencari tempat tinggal yang bisa mereka sewa.
Awalnya tadi hanya Winda, Mahen dan Carlo yang terserang mabuk laut. Saat sampai di Pulau Mayangan Hari dan Ciara malah ikut merasa mual. Kalian bisa bayangkan sendiri, menyebrang disaat ombak sedang tinggi, air laut masih pasang dan juga guyuran hujan yang tiba-tiba. Tidak heran mereka yang tidak ada persiapan untuk mengantisipasi cuaca yang tidak bersahabat ini banyak yang tumbang.
Beberapa yang masih sehat terpaksa membantu membawakan barang teman-temannya yang sakit. Beruntung rumah warga yang dikatakan nelayan itu tidak terlalu jauh. Ketika sampai dipekarangan rumah tersebut seorang wanita paruh baya menyambut dengan senyum ramah. Rumah kayu dengan penerangan yang ala kadarnya itu adalah rumah pertama yang mereka temui setelah berjalan kaki dari dermaga.
"Tos darongkap geuning, mangga kaleubeut néng, jang. Kieu wéh kaayaan rorompok emak mah. Jauh bénteun sareng di kota nyah?" ujar si emak dan lucunya tidak ada salah satupun dari mereka yang paham.
"Apa kata si emak bang?" bisik Mahen kepada Trian.
"Gue ga paham bahasa sunda, Hen," jawab Trian, "Mak maaf kami semua engga ada yang bisa bahasa sunda."
"Kata emak kalian dipersilahkan masuk dan harap maklum sama keadaan rumah emak yang berbeda jauh sama rumah-rumah di kota." Ucap salah satu dari ketiga nelayan yang tadi mengantar mereka.
Semua pun menggangguk dan merasa sungkan dengan sikap emak yang begitu ramah menyambut mereka tapi tidak pemahami bahasa yang digunakan emak. Lantas merekapun segera masuk dan mencari tempat duduk yang nyaman. Tas mereka simpan di teras depan agar saat mereka sudah menemukan rumah sewa tidak perlu repot dibawa dari dalam.
Seorang nelayan yang terlihat lebih tua dari yang lain berbincang dengan si emak. Entah apa yang dibicarakan namun tak lama si emak pergi ke belakang rumah.
"Kalau boleh saya tahu, emang mas mbanya nyari tempat sewa yang kayak gimana mas?" tanya nelayan itu.
"Kami cari yang cukup besar pak, kira-kira yang bisa ditempatin sama 11 orang. Oh ya ngomong-ngomong saya bicara sama bapak siapa ya?" tanya Trian.
"Saya pak Ahmad mas." kata si bapak memperkenalkan diri, "yang ini Tio anak saya, sama yang di teras itu kang Taupik." tunjuk si bapak kepada mas-mas nelayan satunya yang tengah membantu Laskar dan Janu merapikan tas di teras.
Trian, Julio, Agisty dan Belinda asik berbincang dengan pak Ahmad dan anaknya. Bertanya seputar rumah sewa, kendaraan sewa dan akses jalan yang bisa mereka lalui untuk lokasi wisata yang akan mereka kunjungi nanti. Teman-teman yang sakit sudah Trian suruh untuk istirahat di ruangan lain yang disediakan si emak. Tak lama emak kembali dan membawa nampan yang beirisi beberapa gelas kopi yang asapnya masih mengepul tanda masih panas.
"Dileueut jang," ucap emak.
"Diminum." ujar pak Ahmad segera mentranslet ucapan emak.
"Makasih mak. Maaf kami jadi ngerepotin." kata Agisty, walau raut di wajahnya terlihat ragu untuk meminum kopi yang hitamnya begitu pekat itu. pasti pait nih, batin Agisty.
"Kumaha ceunah mad, rék marondok dimana ieu téh?"
"Milarian bumi anu tiasa kanggo 11 urang ceunah mak. Dimana atuh nya? Atuh da biasana turis-turis teh sok langsung ka vila atawa dijajap ku agen wisata, ai ieu mah bénteun mak. Teu langkung kawas barudak KKN kapungkur."

KAMU SEDANG MEMBACA
TRIP TRAP [Hiatus]
EspiritualCast : JaeRosé ft Other Kisah ini berawal dari.. "... Open Trip hanya dibuka 3 kali dalam setahun. Dan kali ini salah satunya adalah di Pulau Mayangan. Jadi jangan ragu dan segera daftarkan dirimu sebelum kuota penuh!" Sebelas muda mudi yang ingin b...