PROLOG

26 5 1
                                    

Suara benturan terdengar kala kursi terjatuh akibat seorang siswa ditarik paksa untuk berdiri dari duduknya. Suasana semakin riuh kala orang yang ditarik paksa itu mendapat dorongan yang membuat dirinya terjatuh mengenai meja dibelakangnya. Terdengar tawa dan makian untuk orang itu.

“Haduh berisik,” gumam Jemia merasa terusik ketenangannya, walau tak hanya sekali atau dua kali perundungan itu terjadi Jemia tetap merasa tidak terbiasa melihatnya.

“Ada apa tuan putri,” ucap Patricia meletakan nampan yang ia bawa setelah kembali dari membeli makanan.

Jemia mendengus tidak suka dengan nama panggilan yang disebut sahabatnya itu. Ia merasa risih meskipun panggilan itu sering dipakai orang tuanya untuk memanggilnya ketika dirumah. Jemia Btari Hanggara anak dari pasangan Benjamin Hanggara dan Marine Hanggara yang berasal dari keluarga pebisnis. Tak heran panggilan Tuan Putri diperuntukan padanya karena dia seorang Hanggara, putri tunggal dari pebisnis kaya raya.

“Jangan panggil gue gitu lagi!”

Patricia terkikik geli, “Anak itu di bully lagi ya?” ucap Patricia mengalihkan pembicaraan.

Jemia mengalihkan pandangannya menuju kedepan menatap perundungan yang masih berlanjut.

”Kenapa dia tidak melawan? Padahal tubuhnya besar,” Jemia heran kepada orang yang dirundung didepan sana, kenapa dia tidak melawan disaat seorang merundungnya? Sangat disayangkan jika mempunyai postur tubuh yang besar tapi tidak dimanfaatkan.

Patricia mengedikkan bahunya tidak peduli, ia lebih memilih menikmati bakso dihadapannya selagi masih hangat.

“Hai centil,” Seline tersenyum menyapa kedua sahabatnya lalu menarik kursi duduk dihapan Jemia dan Patricia. Dia baru menyusul ke kantin setelah menemui pacarnya terlebih dahulu.

“Idih lo kali yang centil sama kak Bara,” sahut Patricia pada Seline.

Seline terkikik geli kemudian mengalihkan atensinya kepada Jemia yang sedari tadi masih memperhatikan adegan pembullyan tersebut yang mau tak mau membuat dia ikut memperhatikan juga.

“Dia siapa sih?” tanya Seline sebab ia penasaran karena sudah tahun kedua mereka bersekolah di SMA Libels tetapi tidak tahu identitas siswa tersebut.

“Dia-,” ucapan Patricia terpotong sebelum tiba-tiba Jemia menggebrak meja dan bangkit berdiri menuju perundung yang hampir meninju siswa tersebut bila tidak segera ia hentikan.

Suasana kantin langsung senyap ketika Jemia mendekati kerumunan para pembully.

“Cukup!”

“Oh ternyata tuan putri mencoba menjadi pahlawan,” seringai Damian, tangan laki-laki itu masih terkepal diudara dan tangan satunya masih mencengkram kerah siswa tersebut.

Jemia menggeram, ia menangkis dan mendorong Damian menjauh.

“Lo buat masalah lagi Damian,”

Jamie mengenal Damian, walau tak terlalu dekat ia tau karena Damian merupakan anak dari rekan bisnis Benjamin setelah dikenalkan beberapa tahun yang lalu pada acara Perusahaan.

Damian terkekeh, “Kenapa lo repot-repot membela dia?” katanya sinis.

“Jangan sentuh dia,” Jemia menatap tajam Damian dan seluruh orang yang berada diruang itu.

Patricia dan Seline tercengang melihat Jemia membela orang yang tidak dikenal itu, dan kembali terkejut melihat adegan selanjutnya.

Jemia mengecup sudut bibir siswa tersebut walau tidak sampai menyentuh bibir hanya menyentuh bagian ujung yang terkesan seperti berciuman karena tertutup tangan Jemia yang menyentuh pipi siswa itu. Jemia melirik kanan dada pada seragam siswa itu, membaca namanya.

“Karena Malakai pacar gue,”

“Jangan sentuh dia kalau mau bisnis keluarga lo baik-baik aja,” Biarlah ia disebut anak manja yang menyalahgunakan kekuasaan keluarganya, ia hanya ingin menyelamatkan laki-laki yang sedari tadi ia genggam tangannya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 16 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Your CallTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang