4

14 1 0
                                    

****

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


****

"Buat apa emangnya?"
"Gak usah kepo"
"Dih"

Keduanya terdiam, Satria kini memperhatikan Mahen yang terlihat tersenyum memandang handphonenya, Satria yang penasaran pun akhirnya mengintip dan ternyata Mahen tengah tersenyum melihat sederet angka yang ia berikan tadi, sebab Mahen yang meminta padanya, itu nomornya Wildan.

"Anjing jangan bilang"
"Apa?"
"Lo mau NGEDEKETIN WILDAN YA" teriak Satria yang sontak mengagetkan Mahen, pandangan semua orang tertuju kepada mereka sekarang, sebab mereka tengah berada di kafe. Mahen yang kaget pun menarik Kakak tingkat nya itu untuk kembali duduk.

"Lo apa apaan sih bang" tanya Mahen
"Ya Lo ngapain senyum-senyum ngeliat nomornya Wildan, gue tau pasti Lo mau ngedeketin dia kan?"
"Ya terus kenapa bang orang udah suka ya mau gimana"

Rahang Satria terjatuh saat mendengarnya, Mahen seorang cowo ganteng yang melabeli dirinya normal kini mengaku menyukai laki-laki dan laki-laki itu adalah adik dari kekasihnya yang sudah ia anggap seperti adiknya sendiri. Satria kini memandang Mahen aneh.

"Bang gue tau Lo lagi bertanya-tanya kan kenapa gue bisa suka sama Wildan, sebenarnya gue juga gak tau sih perasaan ini muncul gitu aja, gue udah coba nepis dengan bilang kalau gue itu normal tapi tetap aja gue ga bisa menolak gejolak hati gue pas dekat sama dia bang" jelas Mahen panjang lebar dari tatapannya Satria merasa ada ketulusan dan kejujuran dari ucapan Mahen, namun kalian tau sendiri kan seberapa brengseknya Mahen, mungkin sekarang ia jomblo tapi tidak tau nanti, Satria tau Mahen ini tipe yang tidak bisa diam jika tidak menggandeng pasangan.

"Hen Lo tau, Juli itu protektif banget sama Wildan, semau cowo yang suka sama Wildan aja milih mundur karena Juli, tau kan seberapa galak dia?"
"Tapi bang gue serius sekarang, gue pengen deket sama Wildan, gue janji gak bakal nyakitin Wildan"
"Aduh gue juga bingung Hen, mending Lo deketin perlahan aja deh si Wildan sama hilangin sifat playboy Lo itu, dan satu hal lagi kalau Lo berani nyakitin hatinya Wildan gue ga bakal tinggal diam Hen" ucap Satria yang dibumbui ancaman, Mahen yang mendengar itu menelan ludah dengan kasar, satu tinjuan Satria mampu merusak wajah tampannya.
"Iya bang, gue janji"

Setelah hari semakin siang, Mahen pun memutuskan untuk segera pulang. Saat melihat jam tangannya, jam sudah menunjukan pukul dua siang, berarti adiknya sudah pulang dari sekolahnya, Mahen pun menaiki motornya dan cepat pulang ke rumah dia sudah sangat merindukan sang adik.

****

Setelah sampai di rumah Mahen kemudian memarkirkan motornya di garasi, kemudian melangkahkan kaki masuk ke dalam rumah, di ruang tv dapet ia lihat sesosok pemuda mungil yang tengah menonton kartun di tv dengan cemilan di sampingnya, dan jangan lupakan seekor Anjing yang berbaring nyaman di sofa.

"Adek, Abang pulang"
"ABANG..."

Julio kemudian berlari menuju Mahen kemudian memeluknya dengan erat, Mahen terkekeh kecil adiknya ini seperti tidak bertemu dengan dirinya selama setahun saja, padahal tadi pagi mereka sarapan bersama. Julio kemudian menarik tangan Mahen dan mengajaknya duduk di sofa bersama dirinya lalu menonton kartun.

"Abang, abang tau gak tadi di sekolah Juno di tembak Kak Jay buat jadi pacarnya" jelas sang adik sembari cemberut.
"Oh ya, terus kenapa mukanya cemberut kayak gini?"
"Abang kapan Kak Hesa nembak Io"
"Kamu masih kecil, gau mikir buat pacaran, Abang gak setuju"
"Dih Abang aja buaya punya pacar banyak" ucap Julio sembari memalingkan wajahnya.
"Heh, siapa yang ngajarin ngomong kayak gitu" Mahen melotot bisa-bisanya sang adik tau kata itu.
"Bang Dhika yang ngajarin".

Sepertinya Mahen harus melarang Julio untuk tidak sering menginap di rumah Dhika.

****

5.46

Setelah melihat jam di handphonenya, Mahen memutuskan untuk mandi karena dia berencana mengajak Wildan ke kafe malam ini, setelah selesai mandi dan beres-beres Mahen kemudian mengambil handphonenya dan mulai mengirim pesan.

Setelah melihat jam di handphonenya, Mahen memutuskan untuk mandi karena dia berencana mengajak Wildan ke kafe malam ini, setelah selesai mandi dan beres-beres Mahen kemudian mengambil handphonenya dan mulai mengirim pesan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Abaikan waktunya ya)

Mahen melompat kegirangan akhirnya ajakan dia di setujui, Mahen tidak sabar untuk sebentar malam, Dia sudah seperti baru pertama kali merasakan cinta saja padahal dia pemain.

Malamnya, Mahen kemudian pamit kepada orang rumah dan segera pergi menjemput Wildan, Mahen sudah mengetahui alamat rumahnya dari Satria, dan ya rumahnya tepat di samping rumah Riki, teman adiknya.

Sesaat sebelum berangkat mahen sudah menelpon Wildan bahwa dia akan segera menjemputnya.
Setibanya di depan rumah yang tak kalah besar dari rumahnya itu, Mata Mahen dapat melihat dengan jelas di sana Wildan sudah berdiri menunggunya, lagi-lagi Mahen terpesona malam ini penampilan Wildan sangat cantik, Mahen jadi takut banyak yang akan menyukai Wildan.

"Hai"
"Nunggunya lama ya" tanya mahen
"Engga Kok, mendingan kita berangkat aja sekarang"
"Maaf gue cuma bawa satu helm doang"
"Iya gapapa"

Setelah Wildan menaiki motornya, mereka pun berangkat menuju kafe, pemandangan malam di Jogjakarta yang begitu indah terasa jauh lebih indah karena sosok cantik yang Mahen boncengi malam ini, selama perjalanan mata mahen tak henti-hentinya melirik ke arah spion motornya, guna memandang wajah cantik Wildan.

Diam-diam Mahen berucap dalam hati, jika ia sudah mendapatkan seorang Wildan Shankara maka Mahen berjanji akan menjaganya sepenuh hati.

Memories About You  || MeanieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang