.𖥔 ݁ ˖ ‧͙⁺˚*・༓☾ ⩇⩇:⩇⩇ ☽༓・*˚⁺‧͙ ˖ ݁ 𖥔.
Sungguh hari buruk melelahkan.
Ku pikir semuanya akan berjalan lancar.
Tapi apa-apaan? Lihatlah aku sekarang, bagai gelandangan anak terlantar. Oh tidak, itu terkesan terlalu berlebihan.Penat yang ku dera membuatku ingin berhenti sejenak. Pas saja di sana ada sebuah bangku panjang, dengan sebuah lampu sebagai penerangan di sampingnya. Maka tak pikir lama aku berjalan cepat kearahnya hendak segera mendudukkan diri guna beristirahat sementara.
Ku lihat sekeliling sudah sangat sepi. Toko-toko tak ada yang buka mengingat ini sudah cukup larut malam. Tapi sebentar, aku memutuskan melihat gelang jam sport yang ku pakai. Ah.. ternyata sekarang tepat pukul 12 malam. Kurang satu detik kemudian maka sudah akan berganti hari, lantas apa yang sebenarnya ku lakukan di sini?
Aku cukup heran. Di tengah perkotaan dengan berbagai macam tempat hiburan, tempat jual beli, dan semacamnya seperti ini, ternyata sungguh sulit untuk menemukan pekerjaan.
Ada kiranya waktu enam jam ku habiskan untuk berjalan sana-sini, masuk toko ini toko itu, hanya untuk menanyakan lowongan pekerjaan. Namun apa? Enam jam sia-sia. Hasilnya nihil. Tak ku sangka mencari pekerjaan sesulit ini. Anggapan ku selama ini ternyata salah.Jika saja aku seorang anak yang tak berperasaan dan pedulian, atau setidaknya seorang anak yang tanpa keberatan berfoya-foya akan uang penghasilan orang tuanya, pastilah aku tak akan mengorbankan waktu 6 jam untuk keliling mengunjungi beberapa tempat dan sukarela menebar senyum lebih banyak seperti yang aku lakukan tadinya.
Tapi sayangnya, aku bukan anak yang suka foya-foya menggunakan uang orangtua. Meski nyatanya aku bukanlah terlahir dari keluarga kalangan menengah ke bawah. Ayahku memiliki beberapa perusahaan, sementara ibuku mengelola sebuah yayasan. Popularitas memang mereka embat cukup banyak.Yah, mereka memang kaya. Dan aku juga kaya. Tepatnya, hanya anak orang kaya. Aku belum menjadi orang kaya sungguhan.
Satu minggu lagi aku mulai memasuki perguruan tinggi. Dan sebelum itu, aku ingin mencari pekerjaan paruh waktu. Setidaknya uang hasil kerja ku akan ku gunakan untuk bersenang-senang. Yah, foya-foya menggunakan uang sendiri😏
Dengan bangganya, aku berhasil mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan pendidikan ke sebuah universitas terbaik di negeri ginseng ini. Maka dalam masalah pendidikan yang ini, tak akan berakhir begitu merepotkan kedua orangtuaku. Walau aku yakin, jikapun aku gagal meraih beasiswa, mereka tak akan keberatan menyekolahkanku di universitas terbaik tempat orang-orang elite itu.
Intinya, aku ingin belajar hidup lebih mandiri. Dalam segalanya.
Karena itulah aku berada di sini saat ini.
Duduk sendirian dekat persimpangan jalan pada tengah malam.Ku akui, hari ini aku gagal.
Tapi tak apa, masih ada hari esok.
Hey, asal tau saja aku ini orang yang optimis dan pejuang."Haruskah aku mengekspor tempat yang lebih jauh, besok?"
"Hah.. tapi itu bisa menjadi kendala dalam keseharianku jika terlalu jauh dari apartemen atau kampus."
Tiba-tiba aku teringat akan seseorang.
"Ah benar! Haruskah ak.....u.."
"–Hey siapa itu?!"
Spontan aku berdiri dari duduk. Walau area di depan sana cukup remang-remang, tapi aku yakin aku tak salah lihat. Seseorang berdiri di tengah jalan tadi, tepat bersebrangan dengan toko semir sepatu dan bangunan flat di kedua sisi jalan.
KAMU SEDANG MEMBACA
That Night
FantasyWho knows? When creepy things turn into beautiful things. It's only about That Night.