Selamat Membaca...
.
.
Keesokan paginya...
Demam Bulan dinyatakan turun. Dan tubuhnya sudah tidak terlalu lemas. Cuma, dia masih harus diinfus dan pakai bye bye fever di dahinya.
Mereka sarapan bersama sama. Niatnya tadi mereka mau pergi bekerja dan ada yang sekolah. Tapi si bontot maksa ingin ikut sekolah juga. Alhasil, para orang tua memutuskan untuk tidak mengizinkan semua anaknya untuk masuk sekolah. Para anak tentu saja menerimanya dengan senang hati.
Karna itu berarti mereka bisa seharian bersama sang adik. Tapi dugaan mereka salah. Karna ternyata para orang tua juga tidak pergi ke kantor. Dengan alasan yang sama.
Kita flashback ke beberapa menit sebelum sarapan...
Mereka semua berkumpul dikamar ayah Sam. Untuk mengecek kondisi dari cucu atau anak atau adik bontot mereka. Tapi melihat para abang dan kakaknya yang menggunakan seragam. Membuat Bulan memaksa ingin ikut sekolah. Bahkan tadi ia sudah sempat turun dari tempat tidur untuk mengambil seragamnya.
Tapi tentu saja ayah Sam menahannya. Dan begitu juga yang lainnya.
"Adek mau ikut sekolah juga. Gak mau di rumah sendiri."
"Gak kok. Kan ada oma, mommy dan yang lain juga. Ayah juga ada."
"Gak mau, adek mau ikut. Nanti gak ada yang jagain kakak sama abang abang."
"Kita bisa jaga diri sendiri dek. Jadi adek gak perlu takut." ucap Aska
"Gak mau, adek mau ikut. Atau adek pergi dari mansion."
"JANGAN!" ucap mereka semua
"Adek ikut pokoknya, titik!" ucap Bulan dengan air mata yang sudah mengalir
"Oke oke. Lebih baik, gak usah sekolah aja semua. Satu gak masuk, semua ikut gak masuk." putus papa Ian
Dan diangguki oleh para anak atau cucu.
*Flashback off
>>>>>>>>>>>>>>>>
"Adek awas!"
Dor
Dor
"Syukur lah adek selamat. Maaf, karna abang gak bisa temenin adek terus. Jaga Kesehatan ya. Abang pergi." ucap Nick tak sadarkan diri
"Gak, abang bangun. Jangan tinggalin adek sendiri. Abang bangun, adek gak mau abang berkorban kayak gini dan pergi ninggalin adek. Abang bangun. BANG NICK!" teriak Bulan diakhir setelah sadar dari tidurnya.
Dia ada di kamar saat ini. Dan ia bergegas turun dari tempat tidur. Tanpa alas kaki dan melepas paksa infus yang ada di puggung tangannya.
Saat sampai di lantai bawah. Ia mendapat tatapan tajam dari semua keluarganya. Tapi ia tidak perduli. Karna fokus utamanya saat ini adalah mencari sosok abangnya Nick.
"Ya ampun adek. Udah lari larian di tangga, gak pake sendal dan sekarang tangan kamu berdarah. Pasti kamu lepas paksa infusnya kan." marah Febian
Bukannya menjawab. Bulan malah menangis dalam diam. Dengan pandangan kosong.
"Hei, adek kok nangis. Kenapa, ada yang sakit? Cerita ke abang. "ucap Febian
"Bang Nick. Dimana bang Nick abang!"
"Iya iya tenang dulu. Bang Nick, dia udah pergi-
"Gak, gak boleh. Bang Nick gak boleh pergi ninggalin adek sendiri. Gak, gak boleh. Suruh bang Nick kembali, hiks." ucap Bulan terisak dengan tubuh yang meluruh ke lantai
"Hei, adek tenang dulu ya. Sebenarnya adek kenapa. Cerita sama ayah sayang." ucap ayah Sam menggendong tubuh Bulan
"Abang Nick, ayah. Abang Nick pergi ninggalin adek. Abang Nick-
"Adek kenapa?" tanya seseorang yang baru saja datang dengan setelan kerjanya
"Abang Nick?"
"Iya, ini abang. Adek kenapa?" tanya Nick
"Abang nick~" ucap Bulan merengek pada Nick sambil mengulurkan kedua tangannya
Nick yang masih membawa tas kerjanya, langsung membuang tas itu ke lantai. Dan mengambil tubuh sang adik dari gendongan sang ayah.
Setelah berada dalam pelukan Nick. Bulan menangis sejadi jadinya.
"Abangggg. Jangan pergi. Jangan ngorbanin diri abang dan ninggalin adek."
"Adek gak mau ditinggal kalian. Adek gak mau kalian berkorban dan berakhir mati ditangannya. Jangan, jangan lakuin itu. Adek gak mau." ucap Bulan beruntun
"Hus~ tenang ya. Itu Cuma mimpi adek. Abang gak akan kemana mana. Kita semua gak akan ninggalin adek. Jadi tenang oke. Jangan nangis lagi. Adek baru aja sembuh. Nanti adek jadi sakit lagi gimana?"
"Abang kenapa pergi. Kan tadi kata papa. Gak ada yang boleh pergi?" tanya Bulan
"Kan papa bilangin kalian yang sekolah. Bukan kami yang kerja. Lagi pula tadi abang ada urusan mendadak dan sangat penting di kantor."
"Oke deh, tapi adek masih ngantuk. Mau tidur sama abang. Boleh kan ayah? abang?"
"Kalo abang terserah ayah."
"Iya boleh. Nanti kalo adek perlu sesuatu kasih tau ayah ya."
"Iya ayah."
Nick membawa bulan ke kamar miliknya. Dan merebahkan tubuh sang adik di kasur miliknya. Sedangkan ia pergi menuju walk in closet untuk mengganti pakaiannya, menjadi pakaian santai.
"Mana sini tangannya abang obatin. Lain kali gak boleh kayak gini lagi ya. lihat tangan adek jadi berdarah. Dan telapak kaki adek jadi merah."
"Iya abang. Adek minta maaf."
"Iya, abang maafin. Tapi ingat, jangan di ulangi."
Bulan menjawab dengan anggukan.
Setelah Nick selesai mengobati punggung tangan sang adik. Ia membereskan kotak obat dan mengembalikan ke tempatnya. Lalu setelah itu, ia menyusul sang adik dan berbaring disamping adiknya. Tak lupa ia memeluk dan menyelimuti tubuh sang adik serta tubuhnya juga.
Kedua abang dan adik itu pun tertidur menyelami mimpi masing masing. Sambil memeluk tubuh satu sama lain.
Sebenarnya mimpi Bulan itu pertanda buruk bagi mereka..
Makanya Bulan merasa cemas...
Ditunggu aja kelanjutan ceritanya ya..
Semoga suka ya..
Bye~
N.P.
MooN
18 Februari 2024

KAMU SEDANG MEMBACA
Kenapa Harus aku... (END)
Teen FictionDia yang terlahir sebagai anak perempuan pertama. Sedari kecil sudah harus merasakan kerasnya hidup. Ketika saat menyelamatkan sang adik, ia mati akibat tertabrak mobil. Bukannya ke akhirat, ia malah mengisi tubuh seorang anak perempuan satu satunya...