Duduk dihamparan rumput yang dekat dengan suara gemericik sungai Han disore hari memang menjadi suasana favorite para muda-mudi di Seoul. Entah hanya untuk bersantai, bercengkrama dengan teman, bermesraan dengan kekasih, ataupun sekedar menyendiri sembari membaca buku seperti yang sedang dilakukan pemuda berkaca mata itu.
Raut wajahnya yang nampak serius membuat garis wajahnya sedikit berkerut. Ia masih asik membalik lembaran buku ditangannya selepas ia menghabiskan satu lembar halaman, hingga tak menyadari seseorang tengah berdiri dibelakangnya entah sudah berapa lama.
Gadis berambut pirang sepunggung itu, yang tengah berdiri dibelakang sang pemuda pun akhirnya memulai pergerakan, tangannya melepas syal yang melilit dilehernya sendiri lalu kembali melilitkannya ke leher pemuda berkaca mata itu dari belakang, hingga membuat sang pemuda terusik fokusnya.
"Hari ini cukup dingin, kenapa tidak memakai syal?" ucap sang gadis sembari mendudukkan dirinya disamping sang pemuda.
"Eoh?"
"Apa? Kau tidak pernah mendengarkanku."
Pemuda itu akhirnya melipat kecil ujung kertas pada halaman 52 guna menjadi tanda sampai mana ia berhenti membaca, lalu menutupnya perlahan.
"Ternyata kau masih ingat denganku?" ujar pemuda itu dengan raut wajah khasnya yang tanpa ekspresi.Sang gadis menoleh, menatap iris mata indah milik pemuda itu walupun terhalang kacamata antik yang dikenakan orang di depannya saat ini.
"Wajahmu masih pucat, seharusnya kau lebih menjaga dirimu sendiri."
Mendengar hal itu Aksa terkekeh pelan sedikit memalingkan wajahnya mengindari tatapan gadis itu.
"Untuk apa? Dan untuk siapa?" ujar Aksa dengan senyum getir di wajahnya
"Aku sudah menjadi sebatang kara sejak aku berumur 15 tahun. Tidak ada yang peduli denganku, entah aku hidup ataupun mati. Benarkan Chera?" lanjutnya yang masih fokus menatap kedua kakinya sendiri diatas tanah.
Gadis bernama Chera itu seketika memejamkan matanya sejenak ketika mendengar ucapan Aksa yang menyakitkan bagi hatinya.
Tangannya bergerak meraih tangan Aksa lalu mengusapnya perlahan hingga Aksa bisa merasakan jemarinya yang sedikit hangat.
"Bertahanlah untuk dirimu sendiri."
Mendengar hal itu, Aksa menggeleng pelan seakan sudah tak ada sedikitpun harapan untuk dirinya.
"Aku sudah menyerah pada diriku sendiri, Chera."
.
.
.
BETELGUESENote!!
Abis baca jangan lupa vote komenn :))
KAMU SEDANG MEMBACA
BETELGEUSE
FanfictionAku ingin bertemu denganmu sedetik lebih cepat, Karena kamu selalu sibuk, jadi waktu kita terbatas lagi.. Sayangnya, waktu kita untuk bersenang-senang akan segera berlalu.. Andai aku bisa sedikit lebih lama bersamamu, Bahkan saat matahari terben...