Dua Puluh

1.5K 103 5
                                    

Bannya motor itu bergesekan dengan jalanan bersemen yang mereka lewati

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bannya motor itu bergesekan dengan jalanan bersemen yang mereka lewati. Dua anak muda yang berboncengan dengan motor matic putih itu, tak merasa terganggu dengan goncangan saat melewati banyaknya polisi tidur. Si gadis dengan telaten menunjuki arah, sementara laki-laki itu menurut padanya.

Sesuai permintaan Nadila saat ia minta traktiran ke kedai mie ayam kesukaan gadis itu, untuk tidak membawa mobilnya. Benar saja, alasannya karena akses menuju tempat itu melalui gang sempit.

"Banyak juga orangnya," celetuk Jay begitu melihat kedai mie ayam tujuan mereka.

"Yaiyalah. Tempat ini terkenal banget."

"Masa? Kok gue nggak tau?" tanya laki-laki itu sambil memperhatikan Nadila yang sudah turun dari motor, kini sedang melepaskan helm di sampingnya.

"Tempat main lo bukan di sini, kali," ucapnya lalu melengos begitu saja masuk ke dalam. Sementara Jay terkekeh dulu, baru mengikuti gadis itu dari belakang.

Mereka duduk di ujung meja panjang, mengisi tempat kosong dari rombongan yang dia taksir Ibu-Ibu pengajian. Terlihat dari pakaiannya mereka yang sama warna.

"Hari ini gue yang traktir, nggak ada penolakan." Nadila sudah mewanti-wanti dari awal. Takut kecolongan karena Jay ini sangat cerdik menurutnya.

Sementara Jay tersenyum saja dengan berbagai ide di kepalanya. Namun, laki-laki itu dikejutkan begitu menerima tepukan keras di pundaknya. Dia sampai tercengang dulu sebelum menoleh ke samping.

"Cowok apaan kamu? Masa cewek yang traktir! Padahal muka ganteng gini, rugi dong."

Jay tak bisa berkata-kata saat diomeli oleh Ibu-Ibu yang berumur sekitaran 50 tahun itu. Tak hanya satu orang, ternyata wanita itu memberitahu semua temannya. Berakhir laki-laki itu diserang ramai-ramai.

"Ibuk-Ibuk, maaf memotong. Tapi ini temen saya, bukan pacar saya. Kami memang udah janjian buat saling traktir kok. Kali ini giliran saya." Nadila berusaha melerai, tetapi Ibu-Ibu tetap saja pada pendapatnya. Mereka berhenti saat mie ayamnya sudah diantarkan.

"Lo nggak apa-apa?"

Jay tersenyum saat melihat wajah Nadila yang terlihat khawatir. "Ini bukan apa-apa dibandingin adu argumen sama dosen gue," katanya dengan santai.

Lalu dia mengambil sumpit dan sendok untuk dilap dengan tisu. Berniat memberikannya pada Nadila. Siapa sangka jika gadis itu juga melakukan hal yang sama. Kini mereka berdua saling menyodorkan sumpit yang telat dibersihkan.

"Makasih." Nadila yang terlebih dulu mengambil sumpit dari Jay, baru setelah itu gilirannya. Mereka sama-sama tersenyum sambil menyantap mie ayam yang terasa sangat enak itu.

"Pacar kamu se-perhatian itu, jangan disia-siain," pesan wanita yang duduk tepat di sebelah Jay. Nadila yang kebetulan mendengar itu, berniat ingin membantah.

Interested [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang