02 - He's Back?!

167 20 26
                                    

✐Selamat Membaca✐


---

Levi berjalan dengan raut wajah seperti biasanya. Datar, cuek, dingin, serta mengeluarkan aura menyeramkan. Para siswa dan siswi yang berada di koridor pun menyingkir darinya. Mereka tau, kemana tujuan pemuda brandal itu pergi. Tentu saja karena melihat Pak Keith yang berjalan didepan.

Sesampainya diruang BK, guru tersebut membuka pintu secara kasar, membuat orang yang berada di dalam ruangan itu hampir terjengkang.

"Oii, Shades! Jangan menendang pintunya!"

"Sial! Aku hampir terjungkal. Untung saja aku bisa menahan diriku agar tidak terjatuh."

"Keith anj--!"

Levi yang berada dibelakang pria tua itu lantas menahan tawa, setelah itu melenggang masuk melewati Pak Keith.

"Oh, si bocah brengsek ini lagi!"

"Kira-kira, sudah berapa kali dia membuat onar?"

"Entahlah, mungkin dua puluh kali."

Mendengar bisikan-bisikan gaib, Levi segera memberikan death glare pada ketiga guru yang menggosip nya tadi.

"Dilarang membicarakan seseorang didepan orang yang dibicarakan!"

"Hoii, kita gak nge-bicarain lo, ya? Jangan kegeeran!"

"Tau!"

Levi menggertakkan giginya, ia merasa bahwa dirinya telah di hina.

"Awas aja, kalian semua bakal habis ditangan gue!"

"Emangnya kita takut? Hahaha ..."

***

"Hah ... hah ... hah ... Kak Hange!"

"Oh, Petra? Ada apa?"

"Kak, hah ... Kak Levi beneran masuk ruang BK lagi?" tanya Petra, gadis dengan surai coklat muda.

"Iya, itu benar. Memang pantas dia mendapatkannya," ucap Hange, seorang pria --gadis-- yang selaku teman dekat sang cebol.

"Tapi ... kenapa?"

"Ya ... karena membuat keributan," ujar Hange santai. Tidak ada raut wajah cemas atau khawatir sedikitpun.

"Hah ..." Petra menghela nafas, setidaknya kekasihnya itu tidak dihukum dengan hukuman yang berat.

"Petra, kenapa kamu tidak mencari pemuda lain saja? Dia tidak cocok untukmu. Dia pemuda bajingan, dan playboy. Bisa saja dia mencari gadis lain dan tidak memperhatikan dirimu lagi." Hange mengatakan dengan datar. Tidak mengerti jalan pikir gadis didepannya ini.

"Aku ... mencintainya, Kak Hange. Aku mencintainya! Hanya dia yang akan selalu berada di dalam hatiku," ucap Petra membuat Hange berpose mau muntah.

'Idih! Alay.'

"Dan sebentar lagi, aku akan memilikinya." Gadis bersurai coklat muda itu tersenyum, yang menurut Hange mengerikan. Ia meringis, takutnya mulut itu akan robek sewaktu-waktu.

"Hah? Aku tidak mengerti."

Petra lantas memasang raut wajah datarnya, ia kesal. "Ck, setelah lulus nanti kami akan menikah! Aku tidak sabar menunggu hari itu tiba!"

"APA?!"

"Hey, ada apa? Mengapa Kak Hange terkejut begitu?"

Mendengar hal itu, dengan segera ia merubah raut wajah terkejutnya agar Petra tidak curiga.

"E--eh, bu--bukan apa-apa ... hehe," Hange tersenyum gelisah, meneguk ludahnya kasar ketika gadis itu memicingkan matanya.

'Gawat! Gue bisa ketahuan ...'

"Begitu? Lalu kenapa Kak Hange seperti terkejut tadi?" tanya Petra, keringat dingin mulai membasahi wajah gadis berkacamata tersebut.

"Oh, atau jangan-jangan ..." Petra tersenyum miring, kemudian mendekatkan wajahnya, "Kakak pengen bikin kejutan 'kan, untuk pernikahan kami?"

"Eh?" Hange loading sejenak. "Ah, ya! Benar! Aku ingin membuat sebuah kejutan untuk kalian! Ya, itu pasti!" ucapnya dengan sedikit meninggikan nada.

"Yes! Aku tunggu kejutannya, Kakak~" ujar Petra, lalu pergi meninggalkan Hange yang mengusap dadanya rata.

"Huft ... untung dia gak curiga."

***

Levi melangkah dengan gusar, pemuda itu terlihat sangat lelah setelah menyelesaikan hukuman, yaitu membersihkan seluruh toilet sekolah.

Tapi, bukankah dia adalah seorang clean freak? Lalu mengapa mengerjakan hal itu membuatnya lelah? Jawabannya, dirinya sempat beradu mulut serta fisik terhadap guru-gurunya. Tentu saja, setelahnya ia lelah karena membuang-buang tenaganya untuk hal yang tidak berguna.

"Sial, tubuh gue terasa remuk! Semua ini salah si tua bangka itu!" celoteh nya pelan.

Pria raven itu mengusap perutnya yang sudah keroncongan. Ia belum makan, bahkan sarapan pagi pun tidak. Waktu istirahat tinggal beberapa menit lagi, dan sebaiknya dirinya harus segera makan.

Kini, Levi berjalan menuju kantin dengan semangat. Tidak sabar untuk memakan jajanan roti berisi kacang didalamnya.

"Roti kacang~ roti kacang~ gue tidak sabar ingin memakanmu ... huraaaaa!" Levi bernyanyi dengan nada aneh, membuat para siswi yang melihatnya merasa gemas, ingin menyubit pipi gembil milik Levi. Sedangkan para siswa hanya tertawa kecil.

'Ah ... indahnya pemandangan.'

Mereka tidak menyangka kalau Alpha berandal seperti Levi, adalah Alpha yang lucu, kiyowo, nan menggemaskan. Tapi ... apakah Levi benar-benar seorang Alpha?

"Oh, lihatlah pemuda mungil ini. Sangat menggemaskan, bukan?"

Seluruh atensi siswa dan siswi beralih menuju sumber suara. Dan tak lama, mereka membulatkan mata.

Begitu juga dengan Levi, ia terhenti lalu berbalik ke belakang.

Deg!

"T--tidak mungkin ..." lirih nya tak percaya.

"Hm, apanya yang tidak mungkin, Sayang. Aku kembali, untuk menemui mu." Seringai kecil terpampang di wajahnya.

Perlahan Levi berjalan mundur, tidak menyangka bahwa orang yang selama ini ia hindari telah muncul kembali.

'He's back?!'

***


---

Tbc

My Wife A Badboy - ✐Ereri✐Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang